Reportase: Budhi Slamet. S
Bukan kali pertama saya ditugaskan mendampingi tamu dari luar untuk berkunjung ke sekolah-sekolah SMP di lingkungan Kabupaten Bandung Barat. Tetapi ketika berjumpa rombongan yang satu ini ada sesuatu yang sedikit berbeda, karena berisi orang dari berbagai etnis dan latar belakang keilmuan yang beragam. Alto, Jesica dan Rino merupakan tamu dari yayasan Harmoni Jakarta, bertandang ke Kabupaten Bandung Barat dalam rangka mempersiapkan program besar untuk satu tahun atau mungkin beberapa tahun ke depan dengan istilah “Sekolah Toleran”. Kamis (14/3/19)
“Kami merupakan mitra dari USAID yang bermaksud menggandeng sekolah di wilayah Kabupaten Bandung Barat dalam mengembangkan sekolah toleran yang bercirikan toleransi dan kebhinekaan,” ungkap Alto selaku ketua rombongan.
Ada tiga tema besar yang diusung oleh Yayasan Harmoni ini yaitu toleransi, anti kekerasan, dan kebersamaan. Ketiga tema ini diharapkan bisa dijumpai pada sekolah-sekolah yang nantinya akan dijadikan sekolah toleransi dimana memilki karakteristik yang khas sesuai kondisi dan lingkungannya.
Bila menelusuri berbagai informasi di internet, ternyata istilah ‘Sekolah Toleransi’ ini bukanlah merupakan hal yang baru. Dikutip dari ANTARA News (23/10/14) Sekolah Toleransi digagas oleh Mabes Polri dengan maksud untuk membangun karakter generasi muda yang mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan memiliki visi kebangsaan, sekitar tahun 2014 Sekolah Toleransi ini mulai disosialisasikan pada pelajar jenjang SMA di Jakarta.
“Target jangka panjangnya dari Sekolah Toleransi ini adalah agar anak-anak ini memiliki visi kebangsaan yang kuat,” ujar Karo Penmas Mabes Polri saat itu Brigjen Pol Boy Rafli Amar.
Sementara dalam jangka pendek, Polri menargetkan penurunan angka kriminalitas tawuran dan bullying di kalangan pelajar, serta keterlibatan pelajar dalam kasus narkoba. Mabes Polri berkeyakinan bila pemahaman nilai-nilai luhur Pancasila ditingkatkan di kalangan pelajar, akan membuat mereka terhindar dari sikap intoleran dan aksi-aksi kekerasan. Target awal akan ada 400-500 sekolah toleransi di seluruh Tanah air, begitulah bunyi release resmi mabes Polri saat itu.
Matahari masih belum terlalu tinggi saat kami mulai berangkat menuju sekolah pertama yang kami kunjungi yaitu SMPN 1 Ngamprah. Rombongan disambut hangat oleh Kepala SMPN 1 Ngamprah beserta jajarannya.
“Kami menyambut baik rencana dibuatnya Sekolah Toleransi khususnya bagi kami SMPN 1 Ngamprah yang merupakan salah satu sekolah yang sudah cukup lama berdiri di Kabupaten Bandung Barat. Kami berharap beberapa program yang nanti akan kami ajukan bisa diakomodir dalam program sekolah toleransi ini,” ungkap Sudarmanto, Kepala SMPN 1 Ngamprah setelah mendengarkan penjelasan dari pihak Yayasan Harmoni.
Obrolan hangat kami dan pihak sekolah ternyata berhasil menggali berbagai ide dan gagasan yang selama ini hanya menjadi wacana. Terlihat ada harapan dan keinginan besar dari pihak SMPN 1 Ngamprah dengan rencana program ini. Berbagai program baik yang telah berjalan maupun baru menjadi sekedar gagasan akan dibawa nantinya di forum workshop dalam pembahasan lanjutan dengan pihak yayasan Harmoni.
Dari SMPN 1 Ngamprah kami melanjutkan perjalanan menuju SMPN 5 Lembang yang jaraknya cukup jauh. Saya sendiri baru kali pertama mengunjungi SMPN 5 Lembang ini. Posisi sekolah yang harus masuk menyusuri jalan desa yang berliku dengan pemandangan areal pertanian yang asri, begitu memanjakan mata kami. Mengandalkan google map kami berhasil tiba di lokasi SMPN 5 Lembang menjelang waktu makan siang.
“Luas areal sekolah kami sekitar 6000 m2 yang berdiri di atas tanah Desa. Karena posisinya yang terpencil kami sedikit sulit menerapkan metode zonasi ketika PPDB kemarin,” ungkap Mahfoedin, Kepala SMPN 5 Lembang yang dengan ramah menyambut kami sambil sedikit berkelakar.
Lebih jauh Mahfoedin menyambut baik rencana dibentuknya sekolah toleransi mengingat SMPN 5 lembang memiliki karakteristik dan keaneka ragaman budaya dan keyakinan siswanya yang cukup mencolok, yaitu adanya siswa penganut aliran kepercayaan sunda wiwitan dalam jumlah yang cukup banyak.
“Silahkan bapak dan ibu persiapkan konsep apa yang akan disajikan nanti, intinya harus mengusung ketiga tema besar kami yaitu toleransi, anti kekerasan dan kebersamaan.. Rencananya Kamis (21/3) akan ada workshop di kantor Dinas Pendidikan KBB untuk menampung dan memilih konsep apa yang akan diadopsi. Kami dari pihak Harmoni menunggu partisipasi bapak dan ibu,” ungkap Jesica menutup sesi kunjungan ke SMPN 5 Lembang.
Selepas menikmati suguhan makan siang dengan menu nasi liwet, lalapan dan sambal terasi, kamipun famit untuk kembali pulang. Tak lupa tuan rumah memberikan oleh-oleh sayuran khas Lembang yang diperoleh dari ladang pertanian sekitar sekolah. Sungguh sebuah perjalanan yang luar biasa hari itu.