Cipongkor-Newsroom. Beberapa waktu yang lalu, Kepala SMPN 2 Cipongkor H. Dadang Arifin mengemukakan bahwa untuk menggulirkan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah, SMPN 2 Cipongkor melaksanakan Program “Rebo Ngaronyok”. Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk pribadi siswa berkualitas yang memenuhi lima nilai utama PPK, yaitu nasionalis, religius, mandiri, gotong royong, dan integritas.
“Program “Rebo Ngaronyok” merupakan salah satu program PPK yang dilaksanakan setiap Hari Rabu. Kami ingin punya ciri khas PPK yang menjadi unggulan di sekolah kami. Kegiatan pertama, yaitu “Huap Lingkung”, dilaksanakan pada jam istirahat kedua. Kegiatannya, berupa makan bersama, dengan lauk pauk yang dibawa dari rumah masing-masing. Para siswa saling bertukar makanan, jika jenis makanannya berbeda-beda. Mereka saling berbagi dan saling memberi. Wadah makan dan minum yang mereka bawa tidak menjadi sampah untuk lingkungan sekolah. Wadah tersebut, dapat digunakan kembali setiap harinya. Setelah selesai makan bersama, wadah yang digunakan untuk alat makan langsung dicuci bersih. Dari kegiatan ini diharapkan muncul karakter gotong royong, mandiri, dan nasionalis.” papar Dadang ditemui disela kegiatan makan bersama, Rabu (10/10/18).
Saling membantu dan berbagi antar teman merupakan nilai gotong royong yang yang harus dibiasakan di lingkungan sekolah, karena pendidikan tentang gotong royong ini tidak hanya diterapkan di rumah saja. Hal ini mendorong siswa untuk dapat bekerjasama dalam kehidupan di masyarakat, bahkan di lingkup yang lebih luas lagi.
Kegiatan kedua “Rebo Ngaronyok” yaitu sholat dzuhur berjamaah. Kegiatan ini dilakukan langsung, setelah siswa mencuci wadah pada kegiatan makan bersama.Kemudian mereka berwudhu untuk sholat bersama.
“Kami belum punya mesjid berukuran besar, ada juga mushola yang ukurannya kecil, sehingga tidak bisa menampung sholat berjamaah dengan jumlah ma’mum yang banyak. Akhirnya, agar kegiatan sholat dzuhur berjamaah tetap berlangsung, kami memisahkan tempat sholat. Untuk jamaah laki-laki, pelaksanaan sholat dilakukan di mushola dengan imam dari guru laki-laki, sedangkan untuk jamaah perempuan dilaksanakan di ruang laboratorium IPA dengan imam dari guru perempuan. Seluruh peserta didik disiplin melakukannya, karena dibentuk kelompok untuk saling mengingatkan dalam melaksanakan sholat. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang, sehingga akan segera diketahui siapa saja yang tidak melaksanakan sholat berjamaah. Seluruh guru membimbing pelaksanaan kegiatan sholat bersama ini. Dari pembiasaan ini diharapkan muncul karakter religius, gotong royong, mandiri, dan integritas.” ujar Dadang menjelaskan dengan detail.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan bahwa setelah sholat dzuhur berjamaah, siswa kembali masuk kelas untuk melaksanakan pembelajaran berikutnya di dua jam terakhir. Kemudian bel pulang dibunyikan, gerbang sekolah dibuka, dan siswa pun dipersilahkan untuk pulang ke rumah masing-masing.
“Siswa masuk lagi ke kelas setelah melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Mereka kembali melanjutkan kegiatan belajar di kelasnya masing-masing. Kedisiplinan menjadi hal yang utama dalam menegakkan tata tertib sekolah. Kami selalu mengunci pintu gerbang sekolah saat jam belajar berlangsung, dan baru membukanya, jika waktu pulang sudah tiba. Setelah jam pelajaran selesai, mereka pulang bersama-sama, disusul kemudian oleh guru-guru dan kepala sekolah. Semoga apa yang kami programkan, menjadi kebiasaan mereka dalam kehidupan sehari-hari.” Pungkas Dadang***DianaDi