Oleh: Gun Gun Malisuwarna Gumelar, S.Pd
(SDN 1 Rajamandalakulon)
Waktu menunjukkan pukul 06.45 WIB. Tampak beberapa siswa dan siswi bahu-membahu menggelar sejumlah karpet di pelataran lapangan upacara sekolah. Tak lama berselang, dengan tertibnya para siswa perlahan mulai memadati lapangan upacara sambil membawa buku bacaan masing-masing.
Hari itu, hari Selasa bertepatan dengan jadwal pembiasaan literasi sekolah. Sebuah program pembiasaan bagi siswa, siswi, guru dan tenaga kependidikan sebelum proses pembelajaran dimulai.
Semenjak pembelajaran tatap muka digulirkan seratus persen, sekolah kami SDN 1 Rajamandalakulon yang terletak di Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat kembali bergeliat menata dan melaksanakan beberapa program pembiasaan sekolah yang sempat tersendat karena pandemi Covid-19 yang berdampak sangat masif dalam sendi-sendi kehidupan.
SDN 1 Rajamandalakulon terletak di jantung kota Kecamatan Cipatat, tepat di samping Pasar Lama Rajamandala, yang setiap harinya penuh sesak dikunjungi pembeli. Para pembeli yang tumpah ruah hingga ke bahu jalan tak sedikit menimbulkan kemacetan.
Namun, hal itu tak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah kami. Apalagi sekolah kami termasuk salah satu sekolah favorit dengan segudang prestasi mulai dari tingkat kecamatan hingga kabupaten. Di samping itu, melalui penelusuran alumni, sekolah kami pun termasuk salah satu penyumbang sumber daya manusia produktif yang bekerja di sektor rill pendidikan, industri, jasa, intansi pemerintah dan lain sebagainya.
Dalam upaya meningkatkan lulusan-lulusan yang berkualitas, baik akademik maupun non akademik termasuk pembelajaran moral dan etika, sudah sepatutnya sekolah kami menjadi salah satu bagian dari tri sentra pendidikan yang diprakarsai Ki Hadjar Dewantara.
Selain alam keluarga dan alam pergerakan pemuda, sekolah sebagai pusat perguruan/pendidikan harus mampu menjadi penopang yang selalu bersinergi dengan alam keluarga dan pergerakan pemuda serta mampu mengintegrasikan hasil proses pendidikan yang berkualitas tersebut dalam kehidupan nyata bagi para lulusannya.
Atas dasar itulah sekolah kami mengembangkan beberapa program sekolah salah satunya melalui kegiatan rutin pembiasaan sebagai berikut.
Senin Udara Bersih (Upacara Bendera Berdisiplin dengan Gigih)
Kegiatan rutin awal pekan pembelajaran diawali dengan pembiasaan Upacara Bendera hari Senin. Sama halnya dengan sekolah-sekolah pada umumnya, sekolah kami pun menjadikan kegiatan upacara bendera hari Senin sebagai kegiatan pembiasaan yang diharapkan mampu membantu meningkatkan kedisiplinan, ketertiban dan rasa cinta tanah air.
Selain itu, diharapkan siswa-siswi mampu menempatkan dirinya kelak untuk dapat melebur di dalam masyarakat yang beradab (learning to be), bagaimana cara mereka bertindak/bersikap (learning to do) serta yang paling utama yaitu mereka senantiasa hidup berdampingan dalam perbedaan (learning to live together).
Beberapa hal tersebut telah terejawantahkan dalam satu makna yaitu pembiasaan upacara bendera. Adapun dampak secara langsung yang sekolah kami alami dari program ini adalah siswa-siswi dapat belajar dengan penuh disiplin, tertib namun aktif dan saling menghargai satu sama lain bukan hanya di lingkungan sekolah namun juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Selasa Gelisah Merana (Gerakan Literasi Sekolah Melatih Rasa dan Nalar)
Pembiasaan ini dilaksanakan setiap hari Selasa pagi sebelum proses pembelajaran dimulai. Untuk minggu pertama dan minggu ketiga di setiap bulannya, kegiatan ini diisi dengan membaca buku bersama-sama.
Adapun buku yang dibaca adalah berupa buku fiksi non fiksi yang telah disediakan sekolah, bahkan ada pula buku-buku yang disumbangkan oleh komite sekolah melalui kolaborasinya dengan paguyuban-paguyuban kelas. Kegiatan pembiasaan literasi membaca ini dalam praktiknya, yaitu siswa-siswi membaca senyap selama 5 sampai 10 menit.
Kemudian, siswa-siswi diajak untuk menceritakan kembali isi bacaannya sesuai dengan bahasa dan pemahaman masing-masing melalui tulisan. Selanjutnya sebagian siswa dan siswi sebagai perwakilan untuk tampil di hadapan siswa-siswi lainnya dengan menceritakan kembali secara lisan. Guru pembimbing menstimulasi siswa-siswi tersebut untuk menggali isi pesan maupun amanat yang terkandung dari bacaannya. Sehingga ada hal-hal penting yang didapat untuk patut diteladani dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Kegiatan minggu kedua dan minggu keempat yaitu berupa literasi menyimak isi cerita dalam dongeng. Pembiasaan ini berupa kegiatan mendengarkan serta menyimak dongeng yang disampaikan guru pembimbing. Guru pembimbing biasanya menyampaikan isi kandungan dongeng dengan gaya teatrikal yang sangat menjiwai, agar siswa-siswi lebih tertarik, fokus dan termotivasi untuk terus menyimak hingga cerita dongeng berakhir.
Di akhir sesi kegiatan ini sama halnya dengan literasi membaca, siswa-siswi diintruksikan untuk menceritakan kembali dalam bentuk tulisan sederhana bagi kelas bawah (kelas 1, 2 dan 3) dan tulisan berupa kesimpulan untuk kelas atas (4, 5 dan 6). Adapun di akhir sesi guru pembimbing beserta siswa sama-sama melakukan refleksi kegiatan.
Melalui Gerakan Literasi Sekolah Melatih Rasa dan Nalar ini diharapkan siswa-siswi mampu mengolah rasa (afektif) yang berhubungan dengan hati, jiwa maupun inderanya. Sedangkan daya cipta (kognitif) yang berhubungan dengan logika dan daya nalar. Sehingga kelak mereka akan memiliki karsa (psikomotor) yang memiliki keinginan, hasrat atau kemauan untuk menghasilkan (karya) yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Rabu Melawan Nasib (Menyanyi Lagu Wajib Nasional Bersama)
Secepat ini dunia berubah. Teknologi informasi semakin berkembang dan maju. Kini dunia berasa ada dalam genggaman saja. Tak ada batasan lagi dalam berkomunikasi dan mengonsumsi informasi semenjak manusia dikenalkan dengan internet, sehingga tak ayal lagi bahwa informasi-informasi itu datang secara masif baik yang berdampak positif maupun negatif.
Budaya luar, terutama yang bersifat negatif sangat sulit untuk dibendung yang menyebabkan kebudayaan lokal pun turut tergerus. Rakyat makin mudah tersulut adu domba, sehingga muncul kekhawatiran apabila rakyat Indonesia mudah untuk dipecah-belah, sebagai titik awal disintegrasi bangsa.
Berdasarkan hal di atas, perlulah kiranya sekolah sebagai pusat peradaban menjadi yang terdepan dalam memperbaiki serta meminimalisir dampak yang akan terjadi. Persatuan dan kesatuan wajib kembali dipupuk dan dibina. Salah satu upaya memupuk dan membina persatuan dan kesatuan itu dengan kembali meningkatkan rasa cinta tanah air dan sikap patriotik bangsa Indonesia melalui sebuah program pembiasaan setiap hari Rabu yaitu Rabu Melawan Nasib.
Menyanyikan lagu wajib nasional secara bersama-sama disinyalir dapat menanamkan serta menumbuhkan jiwa-jiwa patriotik yang cinta tanah air dalam diri siswa.
Dalam kegiatan Rabu Melawan Nasib ini siswa-siswi bersama-sama menyanyikan lagu wajib nasional antara lain, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta, Dari Sabang sampai Merauke, Maju Tak Gentar dan lain sebagainya. Di samping lagu wajib nasional, untuk saling mengenal dan mencintai budaya daerah lain maka dinyanyikan pula lagu-lagu daerah yang berasal dari Aceh hingga Papua.
Kamis Spandek (Surat-surat Hapalan Ayat Pendek)
Setiap hari Kamis bagi siswa-siswi muslim diadakan pembiasaan hafalan surat-surat pendek ayat suci Al-Qur’an. Hafalan surat ini secara bersama-sama dikumandangkan dipandu guru pembimbing dan bacaannya dipimpin oleh tutor sebaya (siswa) yang telah lancar baik secara makhrajul huruf maupun pelafalannya.
Melalui hafalan ini diharapkan siswa-siswi mampu menjelajah ranah kognitif (hafalan) sehingga dapat melatih daya ingat serta ke depannya akan mudah menyerap apa saja yang dipelajarinya, terutama dalam berpikir kritis, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi pembelajarannya.
Jumat Saber Duta (Salat Berjamaah Duha dan Tausyiah)
Pembiasaan salat sunat ini merujuk pada wasiat Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah RA. yaitu sebagai amal harian yang penuh manfaat tentunya yang selayaknya umat islam ikuti. Pun demikian melalui Jumat Saber Duta, sekolah kami memiliki tujuan maupun goal yang tinggi dalam mewujudkan lulusan-lulusan yang beriman, bertakwa dan beramal soleh sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Tentunya melalui salat duha berjamaah ini selain mengandung manfaat yang tak terhingga dalam ladang amal pahala kebaikannya, juga melatih diri untuk terbiasa tertib, fokus dalam berbagai hal (khusyu), disiplin, gotong royong, hidup indah dalam perbedaan tidak memandang status ekonomi, strata sosial, warna kulit dan terikat kuat dalam ikatan ukhuwah islamiyah. Melalui kegiatan ini besar harapan pihak sekolah tentunya, memiliki siswa-siswi yang bersih lahiriah dan batiniahnya dan juga sama-sama hidup penuh keberkahan dan keselamatan.
Sabtu Geprak Keprak (Gerakan Praktik Kepramukaan)
Kegiatan pembiasaan di akhir pekan sekolah kami adalah Gerakan Praktik Kepramukaan (Geprak Keprak). Kegiatan ini adalah bagian dari peran kepramukaan dalam mewujudkan pentingnya pendidikan karakter bangsa.
Menurut Joko Murshito Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, dan praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang bertujuan membentuk watak peserta didik. Apabila mengacu pada definisi tersebut, cukup jelas dipaparkan bahwa kepramukaan sebagai penopang dan penunjang terwujudnya pendidikan karakter bangsa.
Rasanya tidak adil apabila kepramukaan tidak diikutsertakan dalam program pembiasaan SDN 1 Rajamandalakulon. Kepramukaan merupakan pengejawantahan dari pendidikan karakter itu sendiri, karena dalam kepramukaanlah terintegrasi semua pembelajaran berikut dengan tindakan praktisnya, meskipun sifatnya di luar lingkungan sekolah dan keluarga.
Dalam pembiasaan Geprak Keprak, terlebih dahulu kegiatan diawali dengan upacara pembukaan, dilanjutkan dengan pembagian kelompok siaga dan penggalang, kemudian secara terpisah program pembiasaan pun secara masing-masing dilaksanakan. Materi pembiasaan pun disesuaikan dengan program kerja yang telah ditentukan.
Untuk penggalang misalnya, pengenalan sejarah kepanduan dunia dan sejarah kepanduan Indonesia, dilanjutkan dengan materi peraturan baris berbaris (PBB) misalnya, dan materi lainnya yang masih berkaitan erat dengan materi keparamukaan sebelumnya. Materi dalam kepramukaan dirasa sangat menarik, sebagai sarana pelengkap dan tindakan praktis dari pembiasaan-pembiasaan hari sebelumnya.
Kegiatan pembiasaan ini sudah barang tentu perlu adanya tindakan evaluasi setelah sebelumnya ada tindakan refleksi dan manajemen resiko dari masing-masing kegiatan pembiasaan. Kegiatan ini pun tak lepas dari nilai dan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru yang mampu memanfaatkan pembelajaran berbasis aset menjadi pembelajaran yang lebih bermakna yang mampu memanusiakan siswa-siswinya dalam ruang lingkup budaya positif sekolah.
Selanjutnya kegiatan pembiasaan ini akan lebih sempurna apabila berlandaskan atas teori trikon, yaitu Kontinyu berarti berkesinambungan, terus menerus tiada henti hingga akhirnya akan menjadi budaya. Konsentris, berarti pendidikan harus di bangun berdasarkan budaya dan nilai luhur bangsa sendiri dalam menuntun tumbuh kembang anak sesuai karakter kebudayaannya.
kemudian, konvergen memiliki arti pendidikan harus dibangun berdasarkan beberapa pemahaman, model pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang berasal dari berbagai sumber dan selanjutnya diselaraskan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri.***
Profil Penulis
Gun Gun Malisuwarna Gumelar ahir 1 Maret 1981 di Rajamandalakulon. Tinggal di Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Guru kelas di SD Negeri 1 Rajamandalakulon Kecamatan Cipatat sejak 2020.
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun-Newsroom Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat