Oleh: Abdul Cholik
(Guru IPS SMPN 2 Padalarang)
SMPN 2 Padalarang pada 25 juli 2019 mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Prov. Jawa Barat dan berhak maju ke tingkat nasional. Satu momen yang sangat diidambakan oleh setiap sekolah berwawasan lingkungan untuk meraih gelar bergengsi ‘Adiwiyata Nasional’, sebuah penghargaan yang diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada sekolah yang telah meraih penghargaan serupa tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
Seperti diketahui, sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang telah menerapkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan tujuan mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup melalui kegiatan pembinaan, penilaian dan pemberian penghargaan Adiwiyata kepada sekolah.
Secara umum tujuan sekolah Adiwiyata adalah untuk mewujudkan masyarakat sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dengan, pertama menciptakan kondisi yang lebih baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, siswa, orang tua, dan warga masyarakat) dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Ke dua, mendorong dan membantu sekolah agar dapat ikut melaksanakan upaya pemerintah dalam melestarikan lingkungan hidup dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan demi kepentingan generasi yang akan datang. Ke tiga, warga sekolah turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan.
SMPN 2 Padalarang dengan luas sekitar 9.866 meter persegi, relative cukup luas untuk institusi pendidikan setingkatnya, apalagi bila dibandingkan dengan sekolah yang ada disekitarnya. Dengan luas seperti itu ditambah secara geografis berada di dataran yang menghampar rata, menjadikan sekolah ini strategis untuk dikembangkan. Kami bersyukur memiliki orang tua yang merintis pembangunan sekolah ini sejak sekitar tahun 1982.
Luas lahan tersebut menjadi salah satu kelebihan dan potensi sekolah ini dalam analisis SWOT untuk dikembangkan. Sejak tahun 2004 dari sekolah potensial kemudian tahun 2006 menjadi Sekolah Standar Nasional. Pada 2008 sebagai Rintisan Sekolah Bertarap Internasional (RSBI), dan pada 2009 ditunjuk menjadi bagian dari program Sekolah Bertarap Internasional(SBI).
Seiring dengan perkembangan program pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, terutama pada masa berkembangnya program RSBI, maka kami dituntut salah satunya untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship). Antara 2008 sampai 2009, kami memulai mengembangkan sumber daya alam yang ada di sekolah. Untuk itu kami bekerjasama di antaranya dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk mengadakan pelatihan dalam mengolah dan memanfaatkan lingkungan sekolah.
Seluruh warga sekolah bahu-membahu melaksanakan kegiatan di atas, demi mewujudkan impian menjadi yang terbaik. Secara sukarela dan mandiri saling mengumpulkan dana, yang umumnya dari sertifikasi guru. Di antaranya adalah rekan guru yang selalu menjadi penyumbang terbesar, namun sayang sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Dana itu dipergunakan untuk membeli bibit-bibit, seperti bibit sawi (sunda menyebutnya sosin). Kemudian tanaman penghijauan, dan selbihnya digunakan untuk emasangan pavingblock. Walaupun tidak cukup luas. Hal tersebut terutama saat menyambut Bupati Bandung Barat dalam peresmian SBI. Dari program SBI itulah, walau ada yang ‘mencibir’, sekitar tujuh guru bisa menimba ilmu secara gratis di Australia.
Khusus dari pengembangan entrepreneurship, diantara rekan ada yang melanjutkan program tersebut. Hubungan dengan dinas lingkungan hidup semakin diperkuat. Ditambah dukungan orangtua siswa dan hubungannya yang harmonis, mereka memberikan bantuan baik tenaga, pikiran dan materil. Khusus untuk materil diarahkan untuk mempercantik, memperindah dan membuat rindang sekolah. Selain itu, kami mendapatkan keuntungan, sebagai efek dari yang sudah diperjuangkan sebelumnya, yaitu berupa bantuan dari pemerintah pusat untuk mengembangkan sarana pra sarana sekolah terutama pembangunan fisik, di antaranya, kamar mandi dan WC siswa yang representatif. Namun tentu segala upaya pemenuhan standar menuju sekolah yang layak belumlah optimal. Masih banyak yang harus dibenahi agar dapat menjadi yang terbaik di ajang bergengsi itu.
Akhirnya, dari perjalanan panjang tersebut ternyata bukanlah seperti ‘mie instan’ yang siap saji. Diperlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit untuk meraih satu impian besar. Adalah pada 2019 ini SMPN 2 Padalarang mendapatkan kesempatan berlaga di ajang Sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Diperlukan usaha yang sangat besar, dan dukungan dari semua pihak demi meraih gelar prestisius itu. Semoga jaya di tingkat nasional untuk Adiwiyata-nya. BRAVO SMPN 2 PADALARANG SATRIA YANG SIAP LUMPAAAT!!! ***
Editor: Adhyatnika GU