Adhyatniika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
Semakin menarik saat mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) tentang pendidikan di program Calon Guru Penggerak (CGP) yang penulis ikuti. Pemahaman tentang pendidikan menjadi lebih komprehensif, dan yang paling utama adalah merefelksi sejauhmana capaian penulis selama menjadi seorang guru. Hal ini pun menjadi momentum terbaik untuk memotivasi diri melakukan perubahan fundamental dalam upaya meningkatkan pelayanan pendidikan kepada siswa. Sehingga menyadarkan penulis agar selalu menempatkan mereka menjadi subyek pendidikan yang kelak akan meneruskan tongkat estapet pemimpin pembelajaran di kehidupan nyata.
Adalah sebuah sintesis yang merupakan rangkuman dari pengalaman belajar saat penulis menggali dan berusaha memahi konsep pendidikan KHD di program di atas. Hal ini sangat bermanfaat dalam memecahkan sejumlah permasalahan yang ditemui saat melakukan proses pembelajaran di kelas. Selain itu, informasi yang diterima penulis sangat berguna dalam menemukan intisari tentang pemikiran KHD.
Terdapat sejumlah pertanyaan yang menjadi pokok sintesis tersebut, yakni Apa yang penulis percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari pemikiran KHD? Kemudian, Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku penulis setelah mempelajari modul tersebut? Dan, Apa yang bisa segera penulis terapkan lebih baik agar kelas mencerminkan pemikiran KHD?
Berikut adalah jawaban yang penulis coba sajikan. Pertama, sebelum mempelajari pemikiran KHD, penulis memahami dan meyakini bahwa pendidikan dan pola asuh anak didik di keluarga menjadi cerminan karakter mereka di kelas. Walaupun karakter yang dimiliki anak merupakan kodrat lahiriah, namun sebagian besar sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan pola asuh orang tuanya. Kedua, penulis memahami bahwa anak didik memiliki keunikan dalam bersikap dan cara belajarnya. Hal ini dikarenakan kecerdasan majemuk yang mereka miliki. Sayangnya, hal tersebut tidak mendapatkan kesempatan untuk menggali potensi, minat, dan bakatnya. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan yang ada belum mengakomodasi kecerdasan majemuk tersebut secara sistematis.
Selain di atas, kecenderungan orang tua yang masih memiliki keyakinan bahwa suksesnya pendidikan anaknya hanya ditinjau dari sisi pengetahuan saja, tanpa mau melihat potensi mereka yang sesungguhnya. Hal ini lah menjadi bahan renungan penulis, kenapa banyak melihat siswa yang kurang motivasi dalam belajar, dan kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya.
Selanjutnya, setelah mempelajari pemikiran KHD, penulis semakin memahami bahwa anak didik ibarat benih yang disemai di ladang bernama sekolah, sementara guru merupakan petani yang memilki kewajiban memelihara, menjaga, memupuk, merawat mereka dengan sepenuh hati, agar tidak rusak dan dimakan oleh hama kebodohan. Sehingga kelak akan lahir sebuah generasi yang unggul dan berkarakter baik.
Selain itu, penguatan pemahaman akan peran guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi potensi anak didik menjadi hal lain yang penulis peroleh. Hal ini pun menjadi pijakan utama dalam menggali segenap potensi, minat dan bakat anak didik disesuaikan dengan kodrat alam, kodrat zaman, dan kodrat anak itu sendiri. Sehingga peran guru sebagai ‘among’ sangat dibutuhkan dalam membimbing mereka menjadi pribadi yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mampu bereksplorasi dalam cipta, karya dan karya yang nantinya akan berguna bagi diri, keluarga, dan masyarakat.
Akhirnya, layaknya kepada anak kandung yang dengan sepenuh hati dan kasih sayang melayani dan memfasilitasi mereka sesuai dengan kebutuhannya, maka penulis berupaya memerdekan anak didik untuk terus menggali segenap potensi yang dimilikinya.
Tentu dibutuhkan kesungguhan dalam mewujudkan hal di atas. Namun, seperti sebuah keyakinan bahwa tugas guru adalah melayani kebutuhan anak didik menuju cita-cita kebahagiaannya, maka proses tersebut harus di awali diri sendiri, kemudian lingkungan kelas, sekolah dan masyarakat. Semoga dengan hal tersebut akan terwujud generasi yang percaya diri, merdeka, kreatif, inovatif, dan berkarakter baik sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang diharapkan semua pihak.***
Profil Penulis
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com.,Channel Youtube: Adhyatnika Geusan Ulun, Ig.@adhyatnika geusan ulun.