Dadang A. Sapardan
(Kabid Pembinaan SD, Disdik Kab. Bandung Barat)
Mencermati fenomena yang perkembangan pola pembelajaran sampai sampai saat ini, permasalahan masih berkutat pada upaya mendorong setiap guru untuk memiliki kemampuan optimal dalam pembelajaran, terutama kemampuan untuk mengimplementasikan pembelajaran dengan nuansa student center oriented (berpusat pada siswa). Berbagai upaya terus dilakukan untuk memberi kemudahan pada setiap guru dalam mengimplementasikannya. Upaya tersebut membuahkan hasil pada sebagian guru, tetapi belum berefek pada sebagian guru lainnya. Sekalipun demikian, para pemangku kepentingan tanpa henti terus berupaya dengan optimal agar sebagian besar guru dapat mengimplementasikan pembelajaran dengan nuansa berpusat pada siswa.
Mengupas dan membicarakan fenomena yang berkembang dalam ranah pendidikan, seakan tidak akan pernah surut-surutnya. Berbagai pandangan dari berbagai sudut pandang menjadi khazanah yang sangat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan. Fenomena demikian dimungkinan karena pendidikan menjadi ranah yang harus dikelola dengan aktual sehingga perlu dinamisasi agar sesuai dengan perkembangan kehidupan yang berlangsung masa kini dan masa depan.
Banyak sekali pandangan bahkan kajian yang dilontarkan oleh berbagai pihak tentang fenomena pendidikan yang berlangsung di negeri ini. Tidak jarang, mereka mengaitkan potret keberhasilan implementasi kebijakan pendidikan berdasarkan capaian hasil komparasi dengan kebijakan yang diterapkan negara lain. Tidak sedikit pula yang melakukan perbandingan dengan melihat pada trend perkembangan capaian prestasi internal.
Menelaah terhadap arah kebijakan pendidikan, penerapan kebijakannya paling sedikit mengarah pada dua ranah utama, yaitu ranah peningkatan aksesbilitas (keterjangkauan) dan ranah peningkatan kualitas (capaian mutu). Ranah aksesbilitas merupakan upaya fasilitasi terhadap setiap warga usia sekolah agar memiliki kemudahan dalam mengakses pendidikan sesuai usia mereka. Sedangkan ranah kualitas mengarah pada capaian mutu dengan perhitungan indokator tertentu yang ditetapkan atau melalui perbandingan dengan mutu capaian pendidikan negara lain.
Dalam kaitan dengan capaian kualitas, core kebijakan implementasi pendidikan mengarah pada keberlangsungan pembelajaran yang terjadi pada ruang kelas atapun pun di luar kelas. Keberlangsungan pembelajaran menjadi perhatian banyak pihak karena proses pembelajaran telah menjadi indicator utama akan keterlaksanaan pendidikan pada setiap satuan pendidikan. Fenomena pandemi Covid-19 yang memaksa siswa dan guru melakukan aktivitas dari rumah (belajar dari rumah), pada awalnya melahirkan pemikiran pada sebagian besar masyarakat bahwa terjadi penghentian keterlaksanaan pembelajaran. Sejalan dengan bergulirnya waktu, pemikiran tersebut sedikit demi sedikit terkikis karena kenyataan memperlihatkan bahwa pembelajaran tetap berlangsung dengan menggunakan pola pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui moda pilihan, dalam jaringan (daring), luar jaringan (luring), atau kombinasi keduanya.
Keterlaksanaan PJJ sebagai antisipasi strategis akibat penghentian dengan paksa atas pembelajaran tatap muka (PTM) telah menjadi bukti empiris dan pematah pandangan banyak masyarakat. Proses pendidikan tidak telah terhenti begitu saja sejalan dengan merebaknya Covid-19.
Keberlangsungan PJJ yang selama ini menjadi pola pembelajaran alternatif, tidaklah sempurna. Begitu banyak kelemahan yang terjadi dalam penerapannya. Salah satu yang menjadi kelemahannya adalah keterpusatan pembelajaran pada guru. Indikator yang memperlihatkan hal ini dapat dilihat saat pembelajaran dengan moda daring. Keberlangsungan pembelajaran dengan moda daring yang memanfaatkan berbagai aplikasi pertemuan virtual, tidak jarang memperlihatkan dominasi guru dalam proses pembelajaran. Ceramah menjadi metode yang cukup dominan dalam pembelajaran dengan moda daring ini.
Guna mengurangi dominasi guru dalam proses PJJ, perlu dicarikan formulasi tepat sehingga pembelajaran tidak terlalu berat pada teacher center oriented (berpusat pada guru) tetapi lebih memberi ruang pada student center oriented (berpusat pada siswa). Hasil pemikiran atau kajian yang mengarah pada upaya tersebut sangatlah diperlukan dalam upaya mendorong keberlangsungan pembelajaran yang sesuai dengan ruh-nya yaitu menstimulasi siswa agar menjadi pembelajar.
Pemikiran tersebut perlu ditekankan karena penerapan kebijakan pendidikan yang selama ini diterapkan, mendorong keberlangsungan pembelajaran dengan nuansa berpusat pada siswa, sekalipun dalam situasi dan kondisi apapun. Upaya untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan siswa sebagai porosnya, harus menjadi isu utama yang dihembuskan dalam proses pembelajaran. Para guru sebagai aktor utama implementasi pembelajaran harus untuk mampu melaksankannya dengan berbekal kompetensi optimal.
Alhasil, guna mendorong capaian kualitas seperti yang diharapkan, salah satu langkah yang harus dilakukan adalah mengampayeukan pola pembelajaran dengan nuansa berpusat pada siswa. Kampaye dilakukan pada berbagai pihak, terutama kepada para guru sebagai sosok otoritatif dan strategis dalam proses pembelajaran. ****Disdikkbb-DasARSS.
Mantap! Htr nuhun 🙏
Ruarbiasa smangat
Pola ini sebetulnya sudah lama digulirkan. Namun berbagai kendala justru menjadikannya kabur. Salah satunya adalah pandangan/orientasi terhadap capaian. Salah satunya beban kurikulum yang menjebak guru untuk tergesa memenuhi target dalam memenuhinya..
Butuh proses untuk membudayakannya. Semoga dengan PSP hal ini dapat terwujud. Semangat selalu 🙏