CIKALONGWETAN–NEWSROOMS. SMPN 1 Cikalongwetan Kab. Bandung Barat bekerjasama dengan Yayasan Harmoni-USAID mengadakan Seminar Peningkatan Toleransi Dan Anti Kekerasan Bagi Orang Tua Siswa kelas IX Tahun Pelajaran 2019-2020. Kegiatan di atas digelar dalam rangka menyuarakan peningkatan toleransi dan anti kekerasan. Hal ini dimaksudkan karena kekerasan yang terjadi di kalangan pelajar akhir-akhir ini, seperti tawuran, bullying, perkelahian, dan kekerasan secara verbal melalui media sosial marak terjadi. Fenomena ini tentu saja bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga orang tua, Sabtu (23/11/19).
Kepala SMPN 1 Cikalongwetan, Sumargono, mengungkapkan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi atas peran Yayasan Harmoni-USAID yang memprioritaskan program edukasi atas semua fenomena di atas dengan mengundang orang tua siswa. Menurutnya, peranan orang tua sangat penting dalam membina dan membimbing siswa, dikarena kesempatan dan akses yang lebih banyak dibandingkan sekolah.
“Kami, pihak sekolah mengucapkan terima kasih kepada yayasan Harmoni-USAID yang telah bekerjasama dalam kegiatan seminar ini. Peranan keluarga terutama orang tua merupakan faktor yang sangat penting, karena memiliki akses yang mudah dan memiliki waktu yang lebih banyak terhadap putra-putrinya di rumah,” Ungkap Sumargono saat membuka kegiatan.
Sementara itu, Ineu Maryani, Ketua Pelaksana, dalam laporannya mengemukakan, bahwa peserta yang hadir berjumlah 250 orang, masing-masing difasilitasi starter kit, snack dan lunch box. Ditegaskan pula bahwa tidak semua orang tua siswa memahami bagaimana mengatasi kekerasan yang terjadi pada putra-putrinya. Alih-alih mencegah, malah seringkali orang tua mencontohkan kekerasan terhadap putra-putrinya karena berbagai persoalan yang terjadi pada keluarganya. Oleh karena itu, seminar ini diharapkan menjadi ajang silaturahmi sekolah dan orang tua siswa sekaligus ajang pembelajaran dalam meningkatkan toleransi dan anti kekerasan.
Pada kesempatan itu, hadir narasumber, Irfan Amalee dari Peace Generations yang juga merupakan owner penerbit Mizan. Materi yang disampaikan adalah bagaimana mengubah kekerasan menjadi empati atau welas asih. Penyajian yang cukup menarik, membuat peserta terlihat antusias mengikuti seminar sampai akhir.
Tampil sebaga narasumber berikutnya, yakni Nadia, seorang remaja yang memiliki pengalaman ‘berhijrah’ bersama keluarganya ke suriah, mengikuti kelompok radikal di sana. Ketertarikannya kepada kelompok radikal Suriah ini adalah karena dijanjikan kehidupan khilafah. Namun sesampainya di Suriah, ternyata tidak seperti dijanjikan, Nadia dan keluarganya terlunta-lunta, yang akhirnya dengan segala kesulitan dan perjuangan yang dihadapi mereka dapat kembali ke tanah air. Nadia dan keluarganya berusaha untuk memulai kehidupan baru lagi di tanah air, dan memiliki forum ‘ngobrol bareng’ yang menjadi media dirinya untuk share pengalaman. Paparan pengalaman untuk lebih bijak menggunakan media sosial, tidak mudah terpengaruh terhadap ajakan-ajakan berbagai komunitas yang belum tentu kebenarannnya.
Seperti diketahui, sejak 24 Juli 2018 silam, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI bekerja sama dengan USAID untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berdimensi kekerasan di Indonesia, yang diberi nama Proyek HARMONI. Proyek Harmoni, pada awalnya difokuskan pada riset untuk mengembangkan pengertian resiko radikalisasi untuk para buruh migran di Hongkong, Malaysia dan juga di Indonesia. Selanjutnya program yang akan dilaksanakan adalah komunikasi strategis, integrasi sensitivitas konflik dan prinsip ‘Do No Harm’, gender, monitoring dan evaluasi, dan pembelajaraan. Gender menjadi pusat perhatian pusat Harmoni, bukan hanya dari sisi implementasi dan keterlibatan, tetapi juga terjadinya kemunduran dalam norma gender yang diakibatkan pelaku Violent Extremism (VE) dan intoleran, termasuk efeknya terhadap pencapaian perempuan saat ini di masyarakat.
Sementara itu, pada awal Tahun Pelajaran 2019/2020, sebanyak empat SMP di Kab. Bandung Barat dapat sentuhan Program USAID Harmoni. Program ini diarahkan pada dua core utama yaitu pengauatan toleransi dan anti kekerasan. Program ini bersifat fasilitasi terhadap berbagai kegiatan diselenggarakan oleh sekolah. Fasilitasi yang diberikan bukan dalam bentuk materi tetapi dalam bentuk perangkat yang dapat mendukung keberlangsungan kegiatan sekolah.
Sekolah yang mendapat sentuhan program ini adalah SMP 1 Ngamprah, SMP 1 Cikalongwetan, SMP 5 Lembang, dan SMP 1 Cililin. Keempat sekolah ini diharapkan menjadi percontohan, dalam implementasi program yang diarahkan pada penguatan toleransi dan anti kekerasan.
Dalam seminar sehari ini, Yayasan Harmoni memfasilitasi semua akomodasi yang dibutuhkani. Sehingga para peserta merasakan mafaat terselenggaranya kegiatan di atas, dan berharap dapat berlangsung secara berkesinambungan.
“Berdasarkan evaluasi yang diisi oleh semua peserta, mereka menyatakan sangat merasakan manfaat dari seminar ini dan diharapkan kegiatan ini diadakan secara berkala dengan penambahan nara sumber dari berbagai disiplin ilmu. Terima kasih yang tak terhingga kepada Harmoni yang telah mewujudkan kegiatan ini. Yukk…Saling bertoleransi dan berkasih sayang, maka dunia yang damai akan tercipta,” tandas Ineu Maryani.***
Berita: N. Mimin Rukmini
Sumber Berita: Ineu Maryani
Editor: Adhyatnika GU