Endang Wahyu Widiasari, M.Pd
(Guru IPS di SMPN 4 Cikalongwetan)
Pada modul 2 pendidikan Calon Guru Penggerak, materi yang dibahas menekankan pada pembelajaran berdiferensiasi, setelah membaca dan juga berdiskusi baik dengan rekan sejawat, pengajar praktik, fasilitator dan juga Bapak Pengawas di sekolah saya berupaya menerapkan kegiatan pembelajaran berdeferensiasi di kelas, dengan tujuan ingin memperbaiki kualitas pembelajaran dan juga menerapkan hasil belajar yang didapatkan dalam pendidikan guru penggerak khusunya modul 2, tentang pembelajaran berdiferensiasi.
Menurut kamus Bahasa Indonesia diferensiasi menpunyai arti beragam, berbeda, bervariasasi atau tidak sama, sedangkan pembelajaran Menurut Sudjana (2012: 28), pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Dapat saya simpulkan kalau pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memungkinkan adanya perlakuan yang berbeda terhadap karakteristik peserta didik. Perbedaan perlakuan ini bisa dilakukan dalam perencaan, konten materi yang diberikan, proses kegiatan pembelajaran maupun penugasan sesuai dengan keinginan dari peserta didik/gaya belajar peserta didik, sehingga nantinya produk yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang dihasilkan bisa berbeda-beda. Pada awalnya memang terasa agak berat untuk mempersiapkan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi, perlu pemikiran dan stategi untuk mewujudkannya.
Penulis mencoba mempraktikan kegiatan pembelajaran berediferensiasi ini, dan dihadiri oleh Bapak pengawas sekolah Drs Iwan Hermawan, M.M.Pd serta Bapak kepala Sekolah Asep Gunawan, S.Ag.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis untuk penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini adalah :
Langkah pertama :karena penulis mengajar di 6 kelas yang berbeda kelas yaitu 9 A B, 8 AB, dan kelas 7 AB, maka mengambil sampling di satu kelas saja dulu yaitu di kelas 8 A dengan Standar Kompetensi Memahami Masalah Penyimpangan sosial. Kompetensi Dasar mengidentifikasi berbagai penyakit sosial Miras, Narkoba, sebagai akibat penyimpangan sosial dan upaya upaya penanggulangannya, materi yang disapaikan Penyalah Gunaan Narkoba Dan penanngulangannya.
Langkah pertama : Sebelum kegiatan pembelajaran di mulai melakukan polling sederhana untuk menentukan minat dan gaya belajar peserta didik yang kemudian dijadikan dasar dalam keberagaman pembelajaran, dengan membagikan kuesioner dan meminta peserta didik untuk memilih mana yang mereka sukai, apakah gambar-gambar/infografis, cerita/karya tulis, audio/vidio . Kegiatan ini bertujuan untuk memetakan minat gan gaya belajar peserta didik. dilakukan dengan cara membagikan link gogle form yang diisi oleh siswa dan bagi siswa yang tidak merespon di gogle form saya memberikan lewat kuesioner yang di bagikan dalam sebuah kertas.
Hasil kuesioner menjadi data awal untuk menbuat pengelompokan siswa dalam gaya belajar dan membuat bahan ajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Saya mengambil kesimpulan jika anak memilih gambar.infografis mereka memiliki gaya belajar visual, memilih audio/vidio untuk gaya belajar auditori serta memilih karya tulis/cerita bergambar untuk gaya belajar kinestetik, ada juga siswa yang memilih ketiganya.
Penulis sangat menyadari bahwa data ini masih belum akurat. Namun, proses pembedaan di awal pembelajaran ini setidaknya merupakan langkah awal dalam pembelajaran berdiferensiasi.
Langkah kedua : membuat perencanaan pembelajaran yang mengakomodir semua gaya belajar peserta didik, baik dari segi konten materi, proses pembelajaran dan juga hasil belajar / produk yang dihasikan oleh peserta didik. selain itu juga penulis membuat lembar kerja per kelompok dengan masalah yang berbeda-beda sesuai dengan topik yang akan di bahas, satu kelompok pengerjaan tugas yang harus di selesaikan. Selain membuat perencanaan pembelajaran dan lembar kerja, juga membuat bahan ajar yang mengakomodir semua gaya belajar siswa, baik yang auditori, visul dan kinestetik.
Langkah ketiga : penulis juga berinovasi dengan menggunakan IT, dengan memanfaatkan akun belajar.id sebagai fasilitas yang luar biasa yang diberikan oleh Kemendikbub Ristek. Penulis membuat satu link akun di Gogle Sites yang mencakup RPP, LK, Bahan Ajar, Karya tulis yang pernah dibuat oleh penulis, Quis, dan juga room untuk kegiatan pelaksaan pembelajaran dan juga hasil kegiatan pembelajaran (untuk dua kolom ini tentu saja diisi setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan). Link gogle sites dapat di akses di
https://sites.google.com/guru.smp.belajar.id/materi-bersih-narkoba
Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, survey gaya belajar siswa, bahan ajar, lembar kerja alat peraga dan quiz dan menyimpannya dalam satu link gogle sites tentunya banyak menyita waktu, akan tetapi semua harus dilakukan untuk mempermudah dalam preoses pembelajaran dan tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai.
Dalam proses pembelajaran penulis berupaya menbebaskan siswa untuk mempelajari konten apa yang mereka sukai, dan mereka akses di Gogle Sites yang sebelumnya sudah dibagikan di WA group kelas, dengan maksud sebagai bekal awal mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam penugasan/pembuatan produk juga membebaskan peserta didik untuk membuat produk sesuai dengan apa yang mereka sukai. Misalnya dalam mengerjakan tugas dibebaskan apakah akan membuat karya tulis, vido, gambar, infografis seperti komik, audio, vidio. Siswa diberi kebebasan untuk berkreasi.
Satu kesalahan yang saya lakukan selama ini, biasanya kalau menberikan tugas pada peserta didik satu tugas sama pengerjaannya, misalnya silahkan buat dalam bentuk vidio atau dalam bentuk gambar dll. Siswa tidak diberikan pilihan akan tetapi kali ini siswa diberikan pilihan mengerjakan tugas sesuai dengan keingainannya.
Dengan diberikan keleluasaan dalam belajar ternyata hasil belajarnya juga beragam, ada berbagai produk yang dihasilkan dan berbeda-beda akan tetapi tidak keluar dari konten materi yang diberikan. Ada berbagai produk yang dihasilkan seperti vidio, puisi, cerpen, gambar, infografis, dan ada juga siswa yang membacakan hasil puisi karya temannya. Lalu ada juga siswa yang membuat narasi cerita untuk dijadikan suara dalam vidio yang dibuat dalam kelompoknya.
Ketika pengerjaan Quis juga siswa merasa senang, dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Diakhir kegiatan pembelajaran penulis juga melaksanakan refleksi dengan memberikan pertanyaan bagaimana kegiatan pembelajaran hari ini? “jawabya menyenangkan, waktu begitu cepat berlalu”.
Tantangan pembelajaran berdiferensisasi yang penulis rasakan
Sebenarnya secara tidak langsung pembelajaran berdeferensiasi sudah dilaksanakan walaupun tidak mencakup semua hal yang penulis lakukan dalam kegiatan suvervisi pembelajaran tanggal 22 Februari 2022 kemarin. Alasanya kenapa menggunakan pembelajaran berdefernsiai ketika sivervisi? salah satunya adalah penulis ingin mempraktekan ilmu yang didapatkan dalam pendidikan guru penggerak yang sedang dijalani dan dalam pembinaan yang Pengawas Sekolah berikan salah satunya pembelajaran berdiferensiasi.
Walau dalam pelaksanaannya banyak sekali kekurangan dan memdapatkan masukan-masukan yang positif dari bapak pengawas, namun itu akan menjadi bahan untuk perbaikan-perbaikan ke depannya.
Mungkin untuk permulaan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang mudah. Guru harus dapat menyiapkan beberapa materi dan instrumen penilaian sekaligus. Misalnya dalam menggunakan diferensiasi konten/materi, berarti harus menyiapkan materi lebih dari satu karena disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sama halnya dengan diferensiasi proses dan produk, berarti harus ada lebih dari satu media pembelajaran dan alat penilaian.
Akan tetapi bukankah pembelajaran harus berpusat kepada peserta didik? segala upaya yang dilakukan oleh guru harus berdanpak kepada peserta didik, dan salah satu keuntungan dari pembelajaran berdiferensiasi adalah memaksimalkan potensi peserta didik. cepat menyerap materi dan juga kreativitasnya lebih berkembang.
Selain kreativitas peserta didik lebih berkembang juga dapat Memancing siswa lebih aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, sikap toleransi, kerjasama dapat muncul dengan pemberian keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan potensi. Siswa bebas memilih bahan dasar, proses, dan produk yang dihasilkan siswa. Namun, guru juga tidak membebaskan semuanya sehingga pembelajaran terkesan ambyar. Guru tetap mengontrol pembelajaran dengan memberikan isian LK yang sama bagi semua siswa.
Itulah salah satu pengalaman penulis dalam menerapkan pembelajaran berdeferensiasi, tentunya masih banyak kekurangandalam pelaksanaanya. Akan tetapi bukankah lebih baik mecoba hal baru, dari pada hanya mengenal teori dan membicarakannya saja, serta berkeluh kesah tanpa memprakteknya dilapangan.
Dengan mengenal teori dan mempraktekan langsung dilapangan kita dapat merasakan dan mengetahui apa saja kekuarangan dan kelebihan yang ada dalam diri, untuk perbaikan kedepan dalam pemberian pelayanan terhadap peserta didik.
Mantap sangat bermanfaat Bu .teruskan Bu