Wida Yuliandani, S.Pd.
(SMPN 4 Cipongkor)
Tepat pada tanggal 11 Januari 2021 saya memulai pengalaman baru. Bertugas mengajar mata pelajaran IPA di SMPN 4 Cipongkor. Lokasi sekolah berada di puncak bukit yang dapat leluasa, memandang wilayah sekitarnya. Waktu perjalanan yang ditempuh dari rumah untuk mencapai sekolah ini, sekitar 1 jam perjalanan
Kondisi Pandemi Covid-19 menyebabkan moda pembelajaran di SMPN 4 Cipongkor dilaksanakan secara daring. Begitu pun dengan pembelajaran yang saya ampu. Kegiatan belajar dilakukan melalui Whatsapp Grup (WAG). Selama satu semester ini, pembelajaran IPA secara daring dirasa kurang efektif. Banyak sekali hambatan dalam pembelajaran. diantaranya tidak semua siswa/orangtua memiliki HP, letak geografis di pegunungan yang membuat susah signal, tidak adanya kuota, dan ketidakcakapan siswa/orangtua dalam menggunakan beberapa aplikasi di HP. Hal ini mengakibatkan tidak semua siswa mengikuti pembelajaran IPA, bahkan ada yang tidak mengumpulkan tugas-tugasnya, sehingga berdampak pada penilian akhir.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pada tahun ajaran baru 2021/2022, saya bersama rekan guru yang lain, mengelompokkan siswa berdasarkan daerah asalnya masing-masing. Ketua per kelompok dipilih yang memiliki HP, selalu tersedia kuota, dan memiliki signal yang bagus di rumahnya. Selain itu, ketua kelompok berperan mengajak dan mengingatkan anggota kelompoknya, untuk belajar bersama. Dengan demikian tidak ada alasan bagi siswa, untuk tidak mengikuti pembelajaran IPA secara daring.
Saat pelaksanaan pembelajaran, kegiatan pendahuluan dan akhir dilaksanakan secara asyncronous di dalam WAG. Kegiatan inti dilakukan melalui secara synchronous melalui group video call. Secara bergiliran, saya melakukan video call terhadap siswa di tiap kelompok. Materi yang diberikan merupakan materi yang membuat siswa terlibat secara langsung. Dengan metode eksperimen sederhana dan diskusi kelompok, siswa dapat melakukan percobaan sederhana dengan alat dan bahan yang mudah di dapatkan di rumah. Selama pembelajaran berlangsung, saya membimbing secara langsung sehingga siswa dapat langsung bertanya, apabila ada yang tidak dimengerti selama proses pembelajaran.
Metode pembelajaran daring seperti ini, Cukup efektif mengakali kondisi pandemi. Siswa terlihat antusias dalam melakukan percobaan dan diskusi kelompok. Kehadiran siswa semakin meningkat, tugas-tugas dikerjakan dengan baik, dan penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan pun meningkat.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, keadaan berangsur membaik, sekolah kami diizinkan untuk melakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Siswa dapat kembali bersekolah dengan memakai seragam, walaupun dalam keadaan terbatas, semangat dan keceriaan mereka, mengisi kembali ruang-ruang kelas yang telah lama ditinggalkan.***
PROFIL PENULIS
Wida Yuliandani, lahir 05 Juli 1985 di Tasikmalaya. Saat ini berdomisili di Rajamandala-Cipatat Bandung Barat menempuh pendidikan terakhir di UPI Bandung bidang studi Pendidikan Fisika (2003). Penulis merupakan Guru IPA di SMPN 4 Cipongkor.
Editor: Dian Diana