Oleh: Rustiyana
(Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat)
VUCA
Di era Industri 4.0 ini, mungkin di antara kita pernah mendengar VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity). Sebuah istilah yang pada awalnya digunakan dalam dunia militer untuk menggambarkan suatu keadaan dimana ketidakpastian dan secara dinamis mengubah situasi peperangan. Sekarang, istilah VUCA digunakan di semua bidang, seperti: industri, bisnis, pemerintahan, pendidikan, dan lain-lain.
Dari sisi Volatility (volatilitas) berarti dinamika perubahan yang sangat cepat dalam berbagai hal, seperti teknologi, ekonomi, politik, sosial, dan gaya hidup. Sementara Uncertainty (ketidakpastian) berarti sulitnya memperkirakan suatu isu atau peristiwa akan terjadi, atau sulitnya memperkirakan implikasi dari suatu isu atau peristiwa yang terjadi saat ini.
Sementara Complexity (kompleksitas) berarti tingkat kerumitan di mana organisasi beroperasi, yang dapat menimbulkan gangguan atau kekacauan bagi organisasi tersebut. Dan, Ambiguity (ambiguitas) berarti realitas yang berbaur dari berbagai kondisi yang ada yang membuat makna dari realitas tersebut terasa mengambang, dan penuh dengan ketidakjelasan.
Hal yang merupakan bukti nyata bahwa konsep VUCA berada di sekitar kita, adalah seperti yang dialami saat pandemi Covid-19 yang mengakibatkan semua aspek kehidupan berubah dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, ketidakpastian. Termasuk permasalahan yang ditimbulkannya pun sangat rumit dan kompleks, serta ketidakjelasan. Terlebih pada bidang pendidikan, dimana penyelenggaraan pembelajaran sangat terimbas akan kondisi pandemi Covid-19.
VUCA PRIME
Di sisi lain, terdapat konsep yang dapat digunakan sebagai salah satu untuk menanggulangi kondisi VUCA di atas, sebagaimana yang dikembangkan oleh Bob Johansen- peneliti ternama dari The Insitute for the Future, yang merancang kerangka kerja kepemimpinan efektif yang disebut dengan VUCA Prime (vision, understanding, clarity, agility).
VUCA Prime jika diterapkan dalam satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
- Vision (visi)
Kondisi volatility dapat diatasi dengan vision yang kuat dari pimpinan satuan pendidikan, yakni Kepala Sekolah. Dengan adanya visi, Kepala Sekolah dapat menyediakan dan sekaligus menguatkan satuan pendidikan untuk dapat memberikan navigasi sedemikian rupa sehingga institusi yang dipimpinnya tetap dapat melangkah ke depan, walaupun terjadi turbulensi.
Vision membutuhkan sekaligus memberikan jawaban terhadap tiga pertanyaan, seperti: Mengapa kita di sini, bagaimana cara untuk sukses, dan apa ukuran sukses?
Dari Vision di atas, akan timbul kesempatan untuk mengubah uncertainty (ketidakpastian) menjadi Understanding (pemahaman).
- Understanding (pengertian)
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, Vision yang kuat akan membantu kepala sekolah dalam mengubah uncertainty menjadi understanding. Dalam hal ini, Understanding akan membawa semua anggota tim di satuan pendidikan berbagi cara pikir (mindset) yang sama, dan membangun pengertian dan pemahaman yang selaras tentang bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk kesuksesan satuan pendidikan. Semua praktik baik (best practice) yang ada dapat diadopsi dan komunikasi aktif terhadap seluruh stakeholder satuan pendidikan dilakukan terus menerus dan dua arah.
Selanjutnya, memasukkan elemen kunci Vision, termasuk nilai-nilai inti, strategi, dan ukuran sukses ke dalam peta strategi yang dikomunikasikan secara luas, interaktif, dan dinamis yang dapat membantu pemahaman berkesinambungan, bukanlah hanya berupa sebuah kampanye sesaat.
Hal di atas harus menjadi cara hidup yang intrinsik, sehingga pimpinan satuan pendidikan dapat memimpin dan sekaligus membangun kepercayaan berbagai pihak (leading and believing).
- Clarity (kejelasan)
Complexity dapat diatasi dengan Clarity yang tumbuh dari pembangunan kedisiplinan yang mendasar. Secara konstan hal ini akan memperkuat prioritas yang riil, serta mencegah satuan pendidikan masuk dalam kumpulan aktivitias yang tidak efektif dan efisien.
Dibutuhkan dedikasi yang tulus terhadap peserta didik, dan tetap terjaga untuk memberikan, serta sekaligus menerima masukan dari stakeholder pendidikan, baik internal maupun eksternal. Semuanya akan mengurangi kompleksitas yang tidak perlu, dikarenakan VUCA sendiri sudah menciptakan keadaan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Sudah seharusnya setiap satuan pendidikan waspada untuk jangan sampai menciptakan kompleksitas internal yang menggunung. Sebaliknya, satuan pendidikan harus tetap menjaga komitmen bersama untuk bersikap simplicity (penyederhanaan). Hal tersebut dapat dilakukan dengan membangun integritas data dan informasi internal satuan pendidikan.
- Agility (kelincahan)
Elemen terakhir dari VUCA PRIME adalah Agility yang dapat digunakan untuk mengatasi ambiguity. Agility merupakan kelincahan menghadapi perubahan, menghadapi tuntutan orang tua siswa/peserta didik/masyarakat, dan dalam menghadapi perkembangan baru yang tiba-tiba muncul.
Bila satuan pendidikan tidak lincah dan tangguh, maka akan timbul kegamangan yang berakibat mutu pendidikan yang diharapkan tidak tercapai. Hal ini dapat terjadi dikarenakan lambatnya memahami perubahan, termasuk terlambat dalam bertindak, dan terlambat berubah, sehingga kehilangan arah, serta tiba-tiba menjadi tidak kontekstual lagi dengan situasi yang terjadi
Seperti saat ini, dimana kita mengalami pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, termasuk kebijakan pembelajaran yang selalu berubah-ubah, maka satuan pendidikan harus dapat menanganinya dengan tepat dan cermat.
Contoh dalam menyikapi kebijakan moda pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh satuan pendidikan, adalah dengan mulai menerapkan belajar dari rumah (BdR), blended learning, dan tatap muka, yang tentunya setiap satuan pendidikan harus dapat menjawab tantangan tersebut dengan visi yang jelas yang dipahami semua warganya. Termasuk kejelasan untuk semua kegiatan dengan skala prioritas, serta kelincahan dari satuan pendidikan dalam menghadapi segala kemungkinan yang muncul.
Simpulan
Kondisi VUCA merupakan keniscayaan yang dapat terjadi dalam setiap aspek kehidupan, termasuk di satuan pendidikan. Semuanya harus disikapi dengan bijak oleh semua pihak dengan senantiasa berupaya mengatasi segala kondisi VUCA tersebut dengan tepat dan berhasil guna, yakni dengan menginternalisasikan vision (visi), understanding (pengertian), clarity (kejelasan), dan agility (kelincahan). ***