PELEPASAN KELAS IX SMPN 4 CIPEUNDEUY DIWARNAI PELEPASAN SISWA

 

Oleh: Hj Eni Haerini, M.Pd.

Pada akhir tahun setelah siswa selesai menempuh pendidikan di kelas IX tentunya harus dilakukan acara penyerahan kembali tanggung jawab kepada orang tua walaupun acara berlangsung sederhana. Kegiatan tersebut, juga selalu dilaksanakan oleh SMPN 4 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat yang pada tahun pelajaran 2022-2023 ini dilaksanakan pada Kamis (25/5/23) dengan disaksikan langsung oleh Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Disdik KBB, Acon Supriatna, S.Pd., M.Ap., Kepala Desa, BABINSA, BINMAS, Para kepala sekolah SD terdekat, Ketua RW, Ketua RT, serta beberapa kepala SMP di wilayah sekitar.

Kegiatan dilaksanakan dengan penuh hidmat dan haru karena kegiatan seremonial diakhiri dengan pelaksanaan upacara adat yang ratu serta rajanya dipilh dari siswa dan siswi yang memiliki nilai tertinggi dalam kegiatan PSAS. Kegiatan yang dilaksanakan tepat pukul 08.00 itu dimeriahkan oleh berbagai penampilan seni seperti pencak silat, rampak jaipongan, nyanyi solo, paduan suara, puisi, dan sumbangan lagu dari kepala sekolah, guru, siswa, maupun orant tua siswa.

Kegiatan pelepasan siswa kelas IX ini merupakan simbol bahwa tanggung jawab terhadap perilaku siswa setelah siswa dilepas ada pada pundak orang tua lagi sehingga orang tua harus lebih mengawasi anaknya jika bepergian ke luar rumah. Hal ini berarti beban tanggung jawab guru terhadap siswa semakin berkurang. Simbol kegiatan pelepasan ini dilakukan oleh kepala sekolah berupa penyerahan data siswa kepada pihak komite sekolah dengan sepatah dua patah kata dari kedua belah pihak.

Dalam sambutannya, penulis selaku kepala sekolah menyampaikan kepada orang tua siswa agar bersyukur menerima siswa dalam kondisi apa pun agar nikmatnya ditambah sesuai firman Allah.

Di lain pihak kepada siswa kepala sekolah berpesan agar menjalankan sholat yang Lima waktu agar diberi kehidupan yang layak selama hidup di dunia sehingga apa yang dicita-citakan mudah untuk didapatkan. *

Penulis adalah Kepala SMPN 4 Cipeundeuy Kab.Bandung Barat.

TU INSPIRATIF PEMBIMBING TMBB DARI SMPN 4 CIPEUNDEUY

Oleh: Hj. Eni Haerini, M.Pd.

Tantangan Membaca Bandung Barat atau yang biasa disingkat menjadi TMBB merupakan salah satu kegiatan literasi yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Bandung Barat khususnya tingkat SMP. TMBB ini merupakan program yang bertujuan meningkatkan minat baca siswa di SMP baik itu negeri atau pun swasta karena dalam TMBB siswa yang menjadi pesertanya ditantang untuk membaca dua kali dalam sebulan, sementara itu pembimbing harus membaca  lima buku dan kepala sekolah wajib membaca satu buku.  Selain membaca, peserta juga diwajibkan menulis masing-masing sebanyak lima tulisan selama masa tantangan. Namun untuk kepala sekolah hanya wajib membuat satu tulisan saja.

Pada TMBB periode 2022-2023 ini semua sekolah menengah pertama wajib menjadi pesertanya, baik negeri maupun swasta. Tentu saja dalam hal ini termasuk SMPN 4 Cipeundeuy. Terdapat 19 peserta dari siswa, 5 orang pembimbing dan kepala sekolah. Dengan jumlah guru yang sedikit tidak menjadi penghambat untuk menjadi peserta TMBB. Bahkan sebagai sekolah kecil SMPN 4 Cipeundeuy mendaftarkan diri sebagai sekolah best practice. Artinya predikat sekolah yang tertinggai dalam tantangan membaca.

Dengan Kerjasama yang baik antara siswa, guru, staf TU, dan kepala sekolah, akhirnya semua persyaratan untuk menjadi sekolah best practice dapat terpenuhi. Bahkan menjadi kebahagian ketika siswanya mendapat penghargaan sebagai juara harapan satu sebagai peserta terbanyak dalam meulis dan membaca. Sementara kepala sekolahnya mendapat penghargaan sebagai juara kedua kepala sekolah dengan review bacaan dan menulis konten terbanyak dan terkreatif.

Menjadi sebuah sebuah kebanggaan lain juga bagi SMPN 4 Cipeundeuy karena dalam TMBB kali ini menyertakan staf Tata Usaha sebagai pembimbing. Beliau bernama Angga Wibawa Nur Hidayat. Padahal masih ada guru yang bisa menjadi pembimbing siswa dan di sekolah lain pada umumnya pun hanya gurulah yang menjadi pembimbing siswa peserta TMBB.

Angga memang seorang staf TU yang menginspirasi bagi orang-orang di sekotarnya. Beliau selalu terlibat membantu kegiatan apa pun di sekolah. Beliau selalu bekerja dengan ikhlas dalam melakukan hal apa pun di sekolah sehingga dengan honornya yang sekadarnya saja Angga selalu tampak Bahagia. Demikian halnya sebagai pembimbing TMBB. Dengan sangat sabar membimbing siswa peserta dalam membuat review dan tulisan. Bahkan siswa peserta TMBB yang dibimbingnya ada dua orang yang sangat lambat dalam pengerjaan tantangannya. Namun dengan kegigihan Angga ini, akhirnya kedua peserta itu tetap dapat memenuhi target tepat waktu.

Semoga Angga Wibawa ini dapat menginspirasi guru di mana pun untuk turut serta mengambil peran dalam TMBB berikutnya. Seorang TU saja mau membimbing siswa, masa guru masih beralasan? ***

Penulis adalah Kepala SMPN 4 Cipeundeuy Kab.Bandung Barat.

 

GURU INPRES

 Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA

Guru Inpres sangat melegenda. Program ini menjadi success story bangsa Indonesia dalam melawan kemiskinan dan keterbelakangan.  Program yang sangat menyentuh kebutuhan dasar manusia dalam bidang Pendidikan.  Program ini berdasarkan Instruksi Presiden (INPRES) RI nomor 10 tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD.

Pada tahap pertama, Pemerintah telah berhasil membangun 6.000 SD dengan fasilitas minimal yaitu tiga ruang kelas. Dilengkapi dengan pengadaan Guru SD yang berkualifikasi lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) atau sederajat. Hingga tahun 1994 telah dibangun 150 ribu SD tersebar di seluruh pelosok Nusantara.  Para Guru SD Inpres itu, sejatinya “Guru Penggerak” di penggalan akhir Abad 20. Suatu prestasi luar biasa bagi bangsa Indonesia untuk menyiapkan SDM  pada beberapa dasa warsa berikutnya, pada  periode awal abad 21.

Secara nasional, kebijakan pembangunan SD INPRES 1973 -1994 telah memberikan kesempatan anak usia SD untuk bisa menuntaskan wajib belajar 6 tahun. Selain Program SD Inpres, Pemerintah juga merintis SD Pamong pada tahun 1975, SD Pamong ini diperuntukan bagi anak putus sekolah, untuk menuntaskan studi di Sekolah Dasar.

Avicenna Award
Keputusan  kebijakan SD INPRES ini, telah diapresiasi UNESCO. Pada awal Juni 1993, UNESCO mengumumkan memberi penghargaan Avicenna Award (Ibnu Sina) kepada Presiden Soeharto. Hal yang sangat membanggakan, dan jarang terjadi, Direktur Jenderal UNESCO Prof. Federico Mayor (waktu itu)  akan datang sendiri ke Jakarta untuk menyerahkan penghargaan yang prestisius Avicenna award pertama langsung ke tangan Presiden Soeharto.

Pak Harto dalam kapasitas Presiden Republik Indonesia diapresiasi UNESCO sebagai sosok negarawan tangguh yang mampu melakukan terobosan inovatif dan massal guna memberantas Tiga Buta (buta aksara & buta angka, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan dasar).

Pemerintah Indonesia diapresiasi karena mampu melakukan terobosan kebijakan untuk mencerdaskan bangsa. Dalam sambutan penyerahan Avicenna Award, Federico Mayor (1993) menegaskan noting that UNESCO had for years paid close attention to Soeharto’s efforts to make education programs available, even in the country’s most remote areas, and that other devoping countries should folow Indonesia’s lead in successfully decreasing illiteracy.

Dalam pandangan UNESCO, Indonesia menjadi model negara yang patut diadopsi oleh negara berkembang dalam mengatasi kebodohan dan keterbelakangan melalui berbagai program pendidikan dasar massal dan menyentuh kebutuhan. Terbitnya Inpres tentang program bantuan pembangunan Gedung SD ini, tidak lepas dari sentuhan sentuhan “Begawan Ekonomi” pada masa itu, yaitu Prof.Dr. Wijoyo Nitrisastro yang menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang ekonomi, keuangan dan Industri (Ekuin).

Ibnu Sina atau Avicenna dijadikan simbol ilmu pengetahuan dan Namanya diabadikan UNESCO untuk nama penghargaan (award) bidang pengetahuan UNESCO. Ibnu Sina  merupakan sosok  ilmuwan muslim kaliber dunia pada abad 10. Ibnu Sina (980-1037) dikenal sebagai filosof, ilmuwan Kedokteran kelahiran Persia. Ia penulis dan ilmuwan produktif, yang karya karya menjadi rujukan bidang kedokteran sampai sekarang. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Al Qanun fii At Tibb atau Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran.

Noble Prize
Success story atas kebijakan pembangunan SD Inpres khas Indonesia ini, ternyata telah menjadi lahan subur bagi para peneliti dunia bidang ekonomi. Banyak riset internasional yang mengkaji perkembangan ekonomi masyarakat diamati dari raihan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Dalam kasus SD Inpres ini, bagaimana efek kebijakan pembangunan SD Inpres bisa memberikan pengaruh signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di pedesaan dan daerah terpencil di Indonesia.

Lewat tiga ekonom kaliber dunia berkebangsaan Amerika Serikat yaitu : Esther Dufo, Abhijt Banerjee dan Michael Kremer pada tahun 2019 meraih Hadiah Nobel (Noble Prize) bidang Ekonomi. Mereka melakukan penelitian tentang dampak SD Inpres di Indonesia. Judul penelitiannya Schooling and Labour Market Consequences of School Construction in IndonesiaEvidence from an Unusual Policy Experiment. Riset yang dilakukan Dufo dkk tentang kebijakan pendidikan SD Inpres ini telah mengantarkan mereka untuk meraih Noble Prize di bidang Ekonomi.

Lima dasawarsa
Kini tahun 2023, lima dasawarsa setelah SD Inpres digulirkan, cerita sukses itu tetap melegenda. Para guru SD Inpres, yang umumnya lulusan SPG, ditempatkan tersebar di berbagai SD Inpres di berbagai wilayah Indonesia. Mereka benar benar menjadi duta negara untuk mendidik generasi muda yang haus pendidikan dasar. Saat ini dari sekitar 900 ribu guru SD Inpres yang direkrut periode 1973 -1993, lebih dari setengahnya (450 ribu orang) yang sudah pensiun. Terima kasih wahai kusuma bangsa. Engkau The real hero, pemantik cahaya pertama yang membimbing generasi muda dari kegelapan. Pengabdian ibu bapak sangat bermakna bagi generasi muda Indonesia saat ini.

Semoga spirit Guru Inpres yang melegenda ini bisa terus menyala. Tantangan kehidupan di pertengahan Abad 21 akan semakin berat. Dinamika kehidupan masyarakat semakin kompleks. Seperti diungkapkan Alfin Tofller (2015) bahwa  the illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn. Masyarakat buta huruf di abad 21 bukan hanya masyarakat yang tak bisa baca tulis semata. Tetapi mereka yang tidak dapat belajar, tidak mau belajar, dan mereka yang tak sudi belajar kembali.

Itulah tantangan bidang pendidikan saat ini!

Penulis adalah Guru Besar Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

WUJUDKAN DISIPLIN SISWA DENGAN RAMBUT RAPI

Oleh : Hj. Eni Haerini, M.Pd

Disiplin merupakan sebuah komponen yang dituangkan dalam visi SMPN 4 Cipeundeuy. Salah satu usaha yang dilakukan sekaitan hal itu adalah mewajibkan siswa laki-laki agar mencukur rambutnya dengan rapi. Namun sehebat apa pun guru meminta siswa  untuk merapikan rambut, bahkan sampai kepala sekolah turun tangan pun tetap saja banyak siswa yang berambut gondrong. Bahkan ketika dihitung,  pada  hari Senin tanggal 22 Mei 2023 jumlah siswa yang berambut rapi dari semua tingkat hanya 10 orang saja.

Sebagai bentuk upaya  agar kedisiplinan berambut rapi tetap dilaksanakan siswa, akhirnya sekolah memanggil dua orang tukang cukur untuk melakukan cukuran masal. Hal ini dilakukan agar tidak ada alasan bagi siswa untuk berambut rapi. Tentu saja sebelum mendatangkan tukang cukur, dilakukan sosialisasi agar siswa mecukur rambutnya di rumah jika tidak ingin dicukur secara masal karena dicukur secara masal pun mereka tetap membayarnya langsung ke tukang cukur.

Rencana pemanggilan tukang cukur ini sebenarnya sudah lama disampaikan dalam rapat orang tua siswa dan mendapat dukungan penuh karena mereka pun merasa sangat kesulitan dalam menangani anaknya yang berambut gondrong. Namun, ketika disampaikan kepada siswa, ternyata tidak membuat siswa berambut rapi  keesokan harinya bertambah. Tetap saja lebih banyak siswa yang tidak disiplin.


Akhirnya, mau tidak mau dan suka tidak suka, pada Selasa, 23 Mei 2023 semua siswa yang rambutnya menyalahi aturan, dicukur oleh Pak Teguh Wiryanto, S.Pd. seorang guru yang memiliki keakhlian dalam mencukur, dan mereka pun dicukur secara gratis.

Mengingat keberhasilan program Cukur Masal, SMPN 4 Cipeundeuy akan menjadikan program ini sebagai program rutin yang akan dilakukan satu kali dalam sebulan sehingga menjadi menjadi program pembiasaan baru yang dijadikan usaha dalam mencapai visi sekolah. ***

Penulis adalah Kepala SMPN 4 Cipeundeuy  Kab.Bandung Barat.

 

MISTERI ANGSA KAMPUS

Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA
(Guru Besar Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UPI)

Ini tentang angsa universitas. Seorang rekan yang bertandang ke kampus UPI pekan lalu bertutur, Kemana tuh Angsa putih penghuni kolam kampus Bumi Siliwangi?
Sekarang sudah tak ada lagi, katanya.

Pertanyaan ringan sahabat tadi, seolah mengingatkan kita bahwa beberapa waktu lalu, angsa di kolam  gedung Bumi Siliwangi pernah menjadi ikon. Angsa putih Bumi Siliwangi pernah menjadi salah satu warga kampus yang unik, dan membanggakan. Angsa  menjadi ikon kampus UPI.

Sering kali, angsa putih yang berseliweran di pinggir kolam, menjadi pihak pertama yang  menyapa tamu universitas yang akan bertandang ke Bumi Siliwangi. Dengan suaranya yang khas berseru “Kreeing, kreeing, kreeing,” seolah ia  berucap selamat datang.

Malahan, bagi mahasiswa/i yang sering duduk santai atau sambil baca buku di bangku pinggir kolam, kehadiran suara angsa menjadi hiburan tersendiri yang unik alami. Kini sekumpulan angsa putih tersebut telah tiada.

Ikon universitas

Di beberapa universitas besar di luar negeri, sering Angsa atau Geese menjadi ikon universitas. Rambu rambu  penyebrangan angsa atau “Geese Cross” banyak dipasang di berbagai tempat pinggir jalan kampus. Banyak juga  universitas luar negeri yang memasang tagline Angsa atau Geese sebagai ikon universitas.

Salah satunya perguruan tinggi di kota Daejeon di Korea Selatan, yaitu KAIST (Korean Advanced Institute of Science and  Technology) telah menjadikan angsa sebagai warga terhormat. Angsa sebagai ikon universitas. Pihak pengelola kampus juga memasang lintasan penyeberangan  untuk angsa. Lengkap dengan cross traffic sign, yang dipasang di jalan kampus.

Di Nottingham University Canada,  kehadiran Angsa menjadi isu akademik, selain sebagai bahan kajian prilaku binatang (animal behavior) juga pihak universitas menyiapkan berbagai fasilitas agar angsa kampus bisa nyaman hidup di habitatnya. Pengelola kampus menyediakan  kolam, lokasi tempat berjemur, rumpun tanaman, sampai pada tempat penyeberangan (geese cross) dan lorong perlintasan (geese tunnel).

Di University of Waterloo Canada, sekumpulan angsa liar sekitar kampus selain sebagai teman canda para mahasiswa,  ternyata angsa bisa mengganggu para pejalan kaki. Angsa juga suka mematuk ketika ia merasa terganggu. Orang Sunda menyebutnya dilodok soang.

Itulah sekilas tentang angsa di kampus. Banyak universitas yang menjadikan angsa sebagai ikon. Termasuk di kampus Bumi Siliwangi, angsa bisa menjadi sumber inspirasi dan pelengkap kehidupan kampus.

Saya tutup dengan pantun.

Jalan tertatih pasangan angsa, berjalan di tepi kolam Bumi Siliwangi.
Mari raih kejayaan bangsa, kampus UPI untuk kemaslahatan negeri.

***