DINAS PENDIDIKAN RESPONS PROGRAM BALAI ARKEOLOGI JAWA BARAT

NGAMPRAH, (NEWSROOM).- Imam Santoso M.R., Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat, mengungkapkan bahwa dirinya akan merespons positif program dari Balai Arkeologi Jawa Barat yang akan menyelenggarakan kegiatan Rumah Peradaban. Kegiatan yang diinisiasi oleh Balai Arkeologi akan sangat bermanfaat bagi siswa dan guru yang akan terlibat di dalamnya.
“Kami merespons positif program Rumah Peradaban dari Balai Arkeologi karena akan sangat bermanfaat terhadap penambahan pengetahuan siswa dan guru di Bandung Barat,” ungkap Imam Santoso saat dimintai komentarnya terkait dengan pelaksanaan audiensi dari Balai Arkeologi Jawa Barat ke Dinas Pendidikan, kamis (30/01/20).
Disampaikan pula, bahwa kegiatan Rumah Peradaban yang mengusung tema potensi wisata sejarah dan budaya perkebunan Panglejar, Cikalongwetan diharapkan akan membuka cakrawala baru dari siswa dan guru. Mereka akan lebih mengenal lebih dalam terkait dengan keberadaan beberapa peninggalan jaman Belanda. Bahkan, selanjutnya peninggalan tempo dulu itu dapat dijadikan destinasi wisata baru di Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan yang akan dilaksanakan dengan mengajak para siswa dan guru SMP di Kecamatan Cikalongwetan dan Cipeundeuy tersebut memiliki kesejalanan dengan program Pemerintah Kab. Bandung Barat yang saat ini tengah berupaya memoles dan memperkenalkan berbagai destinasi wisata baru.
“Program Rumah Peradaban memiliki kesejalanan dengan program Pemkab Bandung Barat dalam mendorong lahirnya destinasi wisata baru,” pungkas Imam.
Pada penerimaan audiensi dari Balai Arkelogi Jawa Barat, Dadang A. Sapardan, Kepala Bidang Pendidikan SMP yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan menyampaikan bahwa program memperkenalkan beberapa peninggalan jaman Belanda lewat wisata arkelogi akan sangat bermanfaat bagi siswa dan guru. Melalui program yang rencananya akan mengajak puluhan siswa dan guru untuk mengunjungi potensi yang dimiliki Perkebunan Panglejar, siswa akan belajar melalui mengalami langsung. Langkah tersebut sejalan dengan pola pembelajaran Contekstual Teacing Learning (CTL) yang lebih mengutamakan siswa untuk mengalami sendiri apa yang diajarkan, sehingga siswa dapat mengalami sendiri setiap pembelajaran, bukan berdasarkan informasi verbal atau visual dari buku atau media lainnya.
“Program Rumah Peradaban akan sangat bermanfaat karena siswa diajak untuk melihat langsung beberapa peninggalan lama jaman Belanda dan hal itu sejalan dengan pembelajaran Contekstual Teacing Learning (CTL),” ungkap Dadang, saat dialog dengan pihak Balai Arkelogi Jawa Barat.
Disampaikan pula bahwa bukan tidak mungkin siswa di sekitar Perkebunan Panglejar tidak mengetahui detail apa yang ada dan dimiliki perkebunan karena selama ini akses untuk berkunjung cukup terkendala. Ketika siswa diajak untuk berkunjung terhadap beberapa destinasi peninggalan Belanda yang dimiliki Perkebunan Panglejar, bisa jadi merupakan pengalaman berarti dan sangat berharga bagi sertiap pesertanya, terutama bagi siswa. Untuk ke depan, Balai Arkelogi Jawa Barat diharapkan menambah jumlah kegiatan dan jumlah peserta yang bisa berperan aktif menjadi peserta pada program Rumah Peradaban, sehingga siswa yang diajak dalam program ini bisa lebih banyak lagi.
“Saya berharap agar Balai Arkelogi Jabar memperbanyak kegiatan sejenis, sehingga akan banyak siswa yang dapat ikut serta dalam kegiatan sejenis,” ungkap Dadang yang diamini oleh Sri Heryanti, Kasi Kesiswaan SMP***
Berita: Dasarss