STARTEGI PENGGALIAN ILMU

Oleh : Dadang A. Sapardan
(Kabid Pend. SMP Disdik Kab. Bandung Barat)

Belajar atau menuntut ilmu merupakan langkah mulia yang patut dilakukan manusia, sepanjang manusia tersebut menekuni ilmu yang benar dan dengan cara yang benar pula. Dalam wilayah keilmuan, menurut pandangan Islam, terdapat dua dikotomi ilmu, yaitu ilmu yang baik atau ilmu terpuji dan ilmu yang jelek atau ilmu tercela. Ilmu yang baik merupakan ilmu untuk mewujudkan kebaikan bagi umat manusia, sehingga berimbas pada kemaslahatan umat. Ilmu yang jelek merupakan ilmu yang menghasilkan keburukan atau kerusakan bagi seluruh umat manusia. Dengan menekuni ilmu yang baik, seorang manusia akan dapat mengantisipasi kehidupan yang dijalaninya, baik kehidupan masa kini, maupun kehidupan masa yang akan datang. Dengan kata lain, pergulatan manusia dengan ilmu yang baik akan mengantarkannya pada keselamatan kehidupan, baik kehidupan di dunia, maupun di akhirat kelak.

Umat muslim merupakan umat yang tidak harus dan tidak akan menihilkan ilmu dalam kehidupannya. Bagi umat muslim, ilmu harus menjadi bagian terpenting dalam kehidupannya. Ketiadaan ilmu dalam diri, akan melahirkan keterpurukan. Bagi umat muslim upaya untuk menggapai ilmu dengan setinggi-tingginya merupakan keharusan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Pengusaan ilmu yang kuat akan dapat memperkuat keberadaan umat muslim dalam tatanan kehidupan dunia. Hal itu pernah dirasakan oleh umat muslim pada masa kejayaannya. Masa ketika pemikiran para ilmuwan muslim sangat dominan dalam kehidupan keilmuan. Masa ketika pemikiran Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Khaldun dan para ilmuwan muslim lainnya menjadi rujukan utama pemerolehan ilmu bagi seluruh umat manusia. Pada saat itu, penguasaan berbagai ilmu didominasi oleh umat muslim sehingga menjadikan umat ini sebagai bagian komunitas kehidupan dunia yang kokoh dan sangat diperhitungkan.

Dalam pencarian dan penguasaan ilmu, terdapat beberapa landasan yang menjadi stimulus sehingga dapat menjadi pendorong umat muslim untuk selalu menggali ilmu. Stimulus yang menjadi pendorong tersebut terungkap dalam Q.S. Az-Zumar:9, “…Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” Selain itu, dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah saw pernah bersabda, “Barang siapa yang keluar (bepergian) dalam rangka mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali.” Dengan demikian, umat muslim merupakan umat yang patut bersyukur karena telah diberi landasan yang kuat dan jelas dalam kaitannya dengan pencarian dan penguasaan ilmu.

Para pemikir serta ahli pendidikan dunia Islam telah cukup lama mengemukakan beberapa nasihat yang harus dijalani oleh setiap pencari ilmu. Nasihat-nasihat yang dikemukakan oleh para ahli itu merupakan langkah strategis dan sistematis bagi setiap pembelajar dari kalangan umat muslim agar dapat menguasai ilmu dengan baik. Dengan demikian, di masa depan mereka diharapkan akan menjadi aktor utama dalam bidang keilmuan serta akan berperan aktif dalam perebutan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang selama ini telah lepas begitu saja. Hal tersebut perlu dulakukan karena hingga saat ini kenyataan telah memperlihatkan pada kita dan tak dapat dipungkiri bahwa pencarian dan penguasaan ilmu begitu dominan dikuasai oleh umat non-muslim. Oleh karena itu, umat muslim dalam pencarian dan penguasaan ilmu masih berada dalam bayang-bayang umat non-muslim. Secara kuantitas umat muslim ini begitu dominan tetapi secara kualitas, dalam wilayah pengusaan ilmu, jelas sekali masih kalah dominan oleh umat lainnya.

Berkenaan dengan kenyataan seperti dikemukakan di atas, di bawah ini dipaparkan sepuluh nasihat untuk para pencari ilmu. Nasihat yang dikemukakan mengacu pada pemaparan yang dikemukakan Syahatah (2004:130-138). Pertama, bertakwalah kepada Allah dan ikhlaskanlah niat untuk melakukan pencarian ilmu. Kedua, berakhlaklah dengan akhlak yang mulia. Ketiga, perbaiki hubungan kita dengan teman-teman  dan hubungan kita dengan guru-guru yang menjadi mediator penyampaian ilmu. Keempat, tentukanlah target yang harus tercapai melalui proses pencarian ilmu ini. Kelima, tekunlah melaksanakan pembelajaran dan pergunakanlah perangkat teknologi modern sebagai alat bantu guna memudahkan pemahaman terhadap bidang ilmu yang dipelajari. Keenam, bergegaslah untuk selalu menghadiri pembelajaran. Ketujuh, berikan penyegaran pada jiwa kita, perhatikan kondisi kesehatan kita. Kedelapan, berteman dan berkumpullah bersama orang-orang yang saleh serta jauhilah berkawan dengan orang-orang fasik. Kesembilan, percayalah pada diri sendiri, bertawakallah kepada Allah, dan berlindunglah dari setan. Kesepuluh, kurangi rasa takut kita pada saat menghadapi ujian.

Kesepuluh nasihat di atas merupakan pedoman yang harus menjadi pegangan umat muslim dalam upaya pencarian dan penguasaan ilmu. Adalah sebuah kebahagiaan yang tak terhingga, ketika setiap langkah yang kita ayunkan mendapat ridlo dari Allah SWT. Kesepuluh nasihat tersebut dilakukan dalam upaya mendapat keridloan Allah SWT dalam wilayah pencarian dan penguasaan ilmu. Dengan demikian, ilmu yang kita miliki memiliki multiguna, baik untuk kehidupan dunia maupun untuk kehidupan akhirat kelak.

Dikaitkan dengan prinsip ’pendidikan seumur hidup’, nasihat tersebut tentunya bukan saja pegangan yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap pelajar, tetapi harus menjadi pedoman bagi seluruh umat muslim dalam upaya pencarian dan pemahaman ilmu.

Konsep pendidikan seumur hidup merupakan sebuah slogan yang begitu mudah untuk diucapkan tetapi sulit diimplementasikan, oleh umat muslim sekalipun. Tidak bisa dipungkiri bahwa masih bergulir pemahaman belajar yang salah. Belajar masih dimaknai sebagai bagian dari status. Ketika seseorang berada dalam status pelajar, maka belajar menjadi tugas utamanya, tugas belajar sudah dinyatakan selesai ketika status pelajar sudah terlewati. Bagi yang sudah dalam status non-pelajar, belajar dianggap sudah bukan bagian dari fase kehidupannya. Pemahaman demikian harus dikikis, sehingga belajar merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang, terlepas dari statusnya sebagai pelajar atau bukan. Dengan instilah yang saat ini sedang ‘ngetrend’, dalam kapasitas sebagai apapun, seseorang harus memosisikan sebagai pembelajar.*** DasARSS.