Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA
(Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia)
Idul Adha atau Idul Kurban merupakan pesan langit yang mendarat di Bumi. Pesan itu difirmankan Allah SWT belasan abad lalu kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail AS. Peristiwa tersebut merupakan pesan simbolik agama untuk mengajak umat Islam terus meneladani kesalehan pengorbanan Nabi Ibrahim dan ketegaran jiwa Nabi Ismail.
Idul Adha adalah satu dari dua hari Raya yang sangat Istimewa bagi umat Islam. Pertama, hari raya Idul Fitri yang dilaksanakan kaum muslimin pada setiap tanggal 1 Syawal tahun Hijriayah. Kedua, hari raya Idul Adha yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
Idul Adha sering juga disebut Idul kurban dan disusul dengan hari tasyrik yaitu tanggal 10,11, dan 12 Dzulhijjah. Pada dua hari raya dan tiga hari tasrik ini, umat muslim tidak diperbolehkan berpuasa. Pada saat hari Idul kurban dan tiga hari Tasyrik, daging hewan kurban mulai dibagikan dan umat muslim ataupun non muslim dipersilahkan untuk menikmatinya.
“Generasi Ismail”
Kisah Nabi Ismail sangat istimewa. Nabiullah Ismail diabadikan Allah SWT dalam Al Quran sebanyak 12 ayat. Sosok Nabi Ismail adalah buah dari doa Nabi Ibrahim yang meminta anak saleh kepada Allah Ta’ala. Doa beliau diabadikan dalam Al-Qur’an: “Wahai Rabbku, berilah aku keturunan yang saleh.” (QS. Al-Qashash: 110).
Pesan simbolik agama atas pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan kepatuhan anaknya yaitu Nabi Ismail AS menjadikan Idul Kurban dan hari Tasrik merupakan momen istimewa bagi umat Muslim. Bagi umat Islam khususnya “Generasi muda Ismail” Abad 21 saat ini, minimal ada empat pelajaran yang bisa kita petik atas peristiwa Idul Kurban.
Pertama, refleksi ketaatan hamba kepada Sang Khalik. Firman Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail AS merupakan uji ketaatan dan keihklasan hamba kepada Sang Khalik. Bagi generasi muda Ismail Abad 21, semangat ketakwaan kepada Allah SWT dan kesetiaan kepada orangtua, seperti ditunjukkan Nabi Ismail kepada Nabi Ibrahim patut terus ditingkatkan.
Dalam konteks kekinian, generasi muda dituntut menjadi pribadi yang beriman, bertakwa dan berbudi luhur dengan bercirikan pribadi yang mandiri, kreatif dan bernalar kritis untuk kemaslahatan bangsa. Spirit Idul kurban bagi generasi muda yang sering disebut generasi milenial dan digital native, adalah sisi lain untuk lebih meningkatkan kompetensi spiritual (spiritual comperencies) kepada Sang Khalik.
Kedua, ekspresi peningkatan empati dan pengendalian diri. Pengelolaan diri dan peduli terhadap sesama adalah ciri utama seorang muslim. Ibadah kurban adalah pengejawantahan diri untuk berbuat kebaikan, memuliakan sesama, menghargai orang lain, dan berempati terhadap lingkungan sekitar.
Ibadah penyembelihan kurban sebagai bentuk penghambaan dan ketakwaan kepada Sang Kholik, tak hanya berdimensi ibadah personal, namun juga memiliki makna ibadah sosial. Yaitu melalui distribusi daging hewan kurban kepada segenap kaum muslimin dan juga masyarakat non muslim untuk bersama sama mengkonsumsi dan menikmati masakan protein hewani yang berasal dari daging hewan kurban.
Ketiga, Idul kurban adalah ibadah sosial. Ritual kurban merefleksikan seorang hamba yang mampu menyiapkan hewan kurban. Hewan kurban tersebut disembelih dan dibagikan kepada yang berhak. Di hari Idul Adha dan hari Tasyrik, saatnya umat Islam bersyukur, bersukaria bersama dengan mengkonsumsi makanan, minuman, nutrisi hewani dari hewan kurban secara bersama. Spirit tolong menolong, saling menyantuni termasuk berbagi daging kurban merupakan ibadah sosial yang paling nyata. Manfaat kurban dirasakan banyak pihak, mulai dari para peternak, pedagang hewan, distributor hewan, jasa angkutan, jagal penyembelih, sampai pada lapisan masyarakat.
Keempat, ibadah kurban merupakan refleksi kesetiakawanan global. Perayaan Idul kurban dan hari Tasyrik, dilaksanakan oleh segenap kaum muslimin di setiap negara di berbagai belahan dunia. Peduli sesama merupakan penciri Idul Adha, merupakan fondasi tumbuhnya kewargaan global (global citizenship) yang dilandasi oleh kepedulian sesama, saling hormat menghormati, dalam merawat warga dunia yang damai, sejahtera lahir batin.
Baznas (2023) melaporkan bahwa nilai potensi ekonomi kurban tahun 2022 mencapai 31,6 triliun rupiah atau meningkat 74% dari potensi tahun 2021. Potensi ekonomi tersebut berasal dari 2,61 juta shohibul kurban dan sekitar 2,1 juta hewan kurban yang disembelih yang terdiri atas 1,6 juta ekor domba/kambing dan 521 ribu ekor sapi.
Pada tahun ini diproyeksikan terdapat 166 ribu ton daging kurban terdiri dari 124,5 ribu ton daging domba/kambing dan 41,9 ribu ton daging sapi yang dapat dibagikan kepada penerima manfaat.
Itulah hikmah Idul Adha sebagai bentuk penghambaan kepada Sang Khalik. Spirit Idul Kurban perlu terus dikumandangkan, agar umat Islam terus meneladani kesalehan pengorbanan Nabi Ibrahim dan ketegaran jiwa Nabi Ismail. ***