Adhyatnika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
Satu waktu, dalam sebuah tes tertulis, disajikan sebuah skenario peristiwa. Panjang dan berisikan ragam kondisi. Ditanyakan tentang masalah utama yang terdapat dalam skenario tersebut yang harus segera ditangani. Seperti halnya ragam peristiwa maka jawaban pun muncul beragam.
Skenarionya seperti ini. Di sebuah kelas diadakanlah sebuah praktikum IPA. Anak-anak serius mengikutinya. Pada saat bersamaan datanglah kepala sekolah untuk memeriksa keberlangsungan proses belajar mengajar di semua kelas. Kebetulan ia melewati kelas tersebut. Dilihatnya terdapat tiga orang dari kelas lain. Saat ditanya kenapa mereka masuk ke kelas lain padahal di kelasnya sedang berlangsung pelajaran IPS. Mereka menjawab bahwa pelajaran IPS membosankan.
Tiba-tiba datang guru lain melaporkan bahwa terjadi dua orang siswa yang sedang bertengkar, namun sudah ditangani oleh guru BK.
Pertanyaannya adalah, bagaimana cara kepala sekolah menangani masalah di atas?
Dari uraian di atas, seperti disajikan sebuah kondisi dan fenomena yang sederhana, namun perlu kecermatan dalam mencari akar permasalahannya. Tidak sedikit yang menyimpulkan bahwa akar akar peristiwa tersebut adalah kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran IPS. Atau ada juga yang menjawab bahwa akar permasalahannya terletak pada guru IPS sendiri yang tidak memberikan kenyamanan belajar pada tiga siswa tersebut. Bahkan, tidak kurang yang menjawab ke kasus pertengkaran siswa yang sebenarnya sudah ditangani guru BK.
Sesungguhnya dari berbagai referensi yang ada, terdapat sejumlah teknik yang harus dilakukan dalam mencari sebuah akar masalah, yakni memulainya dengan sejumlah pertanyaan yang dimulai dengan Mengapa? Seperti: Mengapa anda berada di ruangan kelas lain? Maka kemungkinan jawaban yang muncul adalah: Karena pelajaran IPS membosankan. Kemudian, disusul dengan pertanyaan Mengapa pelajaran IPS membosankan? Prediksi responnya adalah: Karena materinya tidak menarik. Selanjutnya, Mengapa materinya tidak menarik? Diperkirakan jawaban yang muncul adalah: Karena tidak up to date. Lalu, Mengapa tidak up to date? Karena kami sudah membaca materinya di internet. Dan terakhir, Mengapa anda membaca buku dan berselancar di internet? Kemungkinan jawabannya: Karena kami senang menambah pengetahuan kekinian.
Dari lima jawaban di atas ternyata akar permasalahannya adalah ada di jawaban terakhir. Artinya akar permasalahannya adalah tiga siswa tersebut menyukai pengetahuan yang kekinian sehingga mereka berselancar di internet karena banyak yang up to date yang membuat menarik dan tidak membosankan.
Skenario lainnya. Terdapat sejumlah siswa yang tidak tertarik mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah. Termasuk tidak mau menjadi petugas upacara bendera setiap hari Senin. Padahal sekolah mereka merupakan sekolah yang strategis secara lokasi. Memiliki pekarangan yang rindang dan sejuk. Kelas-kelasnya pun memiliki suasana yang sangat nyaman untuk dilaksanakan proses belajar mengajar.
Sekolah pun memiliki guru-guru berprestasi dari tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional. Termasuk kepala sekolahnya yang baru-baru ini mendapat penghargaan dari Bupati karena kinerjanya yang baik. Bahkan, beberapa siswa pernah meraih prestasi di mata lomba MTQ, Pidato, dan sepak bola di sejumlah kejuaraan tingkat kabupaten.
Secara administratif, sekolah memiliki tenaga kependidikan yang handal. Sehingga dari segi kearsipan sangat baik. Termasuk di bidang kurikulum. Namun di seksi kesiswaan masih lemah.
Jumlah siswa yang mendaftar pada tiga tahun terakhir cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan lokasi sekolah yang strategis. Termasuk dari pemenuhan standar sarana dan prasarana yang cukup ideal.
Jika melihat dari kasus di atas, ketika menggunakan teknik Mengapa? Maka dapat dibuat sebuah rangkaian pertanyaan: Mengapa siswa tidak tertarik mengikuti lomba? Karena mereka kurang motivasi. Mengapa mereka kurang motivasi? Karena mereka merasa tidak memiliki kemampuan. Mengapa mereka merasa tidak memiliki kemampuan? Karena mereka merasa tidak cukup ilmu. Mengapa mereka merasa tidak memiliki cukup ilmu? Karena mereka kurang memiliki keberanian. Mengapa mereka tidak memiliki keberanian? Karena mereka tidak percaya diri.
Setelah melihat jawaban di atas, maka akar masalah kondisi tersebut adalah terletak pada rasa percaya diri siswa. Sehingga hal ini harus dibangkitkan oleh pihak sekolah. Selain itu, dengan bangkitnya rasa percaya diri siswa, diyakini akan memunculkan keberanian dan meningkatkan kemampuan, serta motivasi mereka untuk mengikuti setiap kegiatan di sekolah.
Fenomena yang sering muncul di sekolah saat ini adalah masih rendahnya kemampuan untuk menemukan dan menggali akar permasalahan di setiap peristiwa. Padahal ketika tidak ditangani secara sistematis akan berdampak kepada tidak terselesaikannya satu kasus. Sehingga, jika dibiarkan maka bukan hanya tidak akan membuat masalah tersebut tuntas, namun juga akan memunculkan kasus baru lainnya.
Simpulan
Diperlukan keterampilan dalam menemukan akar masalah. Penanganan sebuah kasus dengan berbasis akar masalah akan membuat permasalahan tersebut terselesaikan secara komprehensif, efektif dan efesien. Hal tersebut, bahkan menjadi pengalaman empiris yang bermanfaat di kemudian hari saat menemukan masalah yang sama.***
Dari berbagai sumber
Profil Penulis
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com.,Channel Youtube: Adhyatnika Geusan Ulun, Ig.@adhyatnika geusan ulun.