Oleh: Ni Putu Noviyanti
(Guru Bahasa Inggris SMPN 2 Gununghalu)
Pandemi Covid-19 telah memaksa para peserta didik kita untuk belajar dari rumah. Namun, melakukan belajar jarak jauh dari rumah bukanlah hal yang mudah bagi mereka. Faktanya ada banyak keterbatasan dan minimnya sarana pendukung bagi mereka, seperti banyak siswa yang tidak memiliki ponsel yang mendukung penggunaan internet.
Latar Belakang
Pada masa pendemi seperti sekarang ini, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan berkenaan dengan Belajar Dari Rumah (BDR) hal ini berdasarkan Surat Edaran No. 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan di masa penyebaran darurat – covid-19. Di dalamnya dijelaskan bahwa belajar dari rumah melalui daring/pembelajaran jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi Peserta Didik tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum.
Hal di atas sesungguhnya perlu disikapi oleh seluruh sekolah agar proses pembelajaran dapat tetap terlaksana dengan baik. Selain itu, untuk menyikapi pelaksanaan pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), lebih lanjut Pemerintah mengeluarkan Panduan Pembelajaran Jarak Jauh dalam bentuk Surat Edaran Sekertaris Jenderal Kemendikbud No. 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Belajar Dari Rumah di masa darurat Covid-19, media dan sumber pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan secara daring dan luring, pembelajaran daring yaitu pembelajaran jarak jauh dalam jaringan dengan menggunakan gawai/gadget maupun laptop melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring.
Sedangkan pembelajaran Luring adalah pembelajaran jarak jauh luar jaringan (offline) menggunakan televisi, Radio modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak, alat peraga dan media belajar dari benda di lingkungan sekitar
Seperti diketahui juga, dampak pelaksakaan BDR tidak selamanya berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini mengingat selama proses belajar mengajar jarak jauh, dengan berbagai kendala yang ditemukan, tidak selamanya siswa dapat mengaplikasikan sejumlah portal yang tersedia. Akibatnya kegiatan pembelajaran pun menjadi tidak maksimal. Materi pembelajaran pun tidak dapat tersampaikan seperti harapan. Hanya sekitar 3–9 siswa yang mengikuti nya dengan baik di setiap kelasnya. Hal ini yang mendorong Penulis untuk mencoba menggunakan cara lain yang lebih sederhana dan efektif.
Langkah Penyelesaian
Menganalis permasalahan yang dihadapi di atas, dalam hal ini Penulis mencoba penggunaan youtube dan aplikasi Whatsapp dalam proses belajar mengajar jarak jauh selama masa pandemi ini.
Pada kesempatan tersebut, Penulis melaksanakan kegiatan pada materi bahasa Inggris kelas VII, berdasarkan buku ‘When English rings a bell’ chapter IX (Bigger Is Not Always Better) karena peserta didik sudah meminjam buku tersebut dari perpustakaan sekolah sehingga memudahkan mereka untuk belajar.
Alasan Penulis menggunakan youtube karena portal ini dianggap mudah dan dapat diakses siapa saja, kapan saja. Selain itu, video pembelajaran tentang materi yang tersedia di dalamnya dapat dipelajari dan dapat ditonton berulangkali secara offline.
Selanjutnya, Penulis membuat video pembelajaran secara mandiri disesuaikan dengan kebutuhan serta karakteristik siswa. Suara pengajar serta kehadiran kita dalam video diharapkan secara psikologis sedikit banyak dapat memotivasi mereka untuk tetap semangat belajar.
Kemudian, Penulis memberikan instruksi untuk mencatat materi yang disampaikan dan semua informasi penting dari video pembelajaran di kanal youtube dengan link https://youtu.be/61H8Opl_xE melalui grup mata pelajaran Bahasa Inggris kelas di aplikasi whatsapp.
Pada akhir kegiatan, untuk mengecek dan mengkoreksi hasil kerja siswa, dikirimkan melalui aplikasi whatsapp yang sudah dibentuk di awal. Siswa yang tidak memiliki ponsel dapat ikut mengirimkan hasil kerjanya melalui ponsel temannya.
Hasil
Penulis mendapatkan tingkat partisipasi belajar siswa meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah tagihan mereka yang masuk di setiap kelasnya naik secara signifikan. Di bab IX ini rata- rata setiap kelasnya, dari jumlah total peserta didik 30 – 32 perkelasnya, terdapat sekitar 25-30 peserta didik mengirimkan hasil kerjanya untuk dikoreksi.
Kesimpulan
Akhirnya, pembelajaran jarak jauh bagi siswa di daerah terpencil dengan mayoritas keadaan keluarga yang kurang mampu tetap dapat diupayakan. Meskipun belum maksimal namun proses belajar mengajar, proses transfer ilmu harus tetap di upayakan agar mereka tetap mendapat pengalaman hal baru dan belajar. Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Catatan: Lebih lengkap tulisan ini dapat disimak di Buku Kumpulan Best Practice Guru-Guru Bandung Barat selama Pembelajaran Jarak Jauh yang sebentar lagi terbit.
Profil Penulis
Ni Putu Noviyanti, pengajar Bahasa Inggris di SMPN 2 Gununghalu
Editor: Adhyatnika Geusan Ulun
Semangat untuk guru youtuber, semoga tetap mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat undang undang