ASYIKNYA PJJ DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Oleh : Harun, S.Pd.
(Guru Prakarya SMPN 3 Cipongkor)
Pembelajaran jarak jauh dengan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Prakarya dapat meningkatkan motivasi dan kompetensi siswa dalam berkarya. Selain itu, siswa juga dapat mengeksplor materi bahan ajar dengan lebih leluasa. Hal ini dibuktikan dengan foto ataupun video yang mereka kirim kepada guru tentang hasil belajar yang telah dilakukan di rumah.
Latar Belakang Masalah
Pada Maret 2020 pembelajaran di masa Covid-19 dimulai. Satu kondisi yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan seperti apa bentuknya, bagaimana cara pelaksanaannya dan tentunya hasil akhir yang biasanya dalam bentuk nilai hasil pembelajaran. Pada masa ini pula perubahan dari satu kondisi ke kondisi yang lain begitu cepat. Tidak hanya di bidang teknologi tetapi juga didalam dunia pendidikan. Kondisi demikian pemerintah pun dengan menerbitkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa penyebaran virus Corona.
Minggu pertama diterapkannya Belajar dari Rumah (BdR) tampak begitu berantakan. Hampir semuanya tidak tersampaikan dengan tepat. Pembelajaran belum terencana secara gamblang, dan kondisi yang dirasakan adalah perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Sebagai guru, penulis ditutut untuk selalu memiliki alternatif jitu agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini agar tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Selain itu, Kemdikbud juga mengeluarkan kebijakan dengan memberikan keleluasaan sekolah untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing. Regulasi ini menekankan pada pembelajaran yang memiliki keterampilan hidup dan karakter siswa. Pada dasarnya sistem pendidikan di Indonesia saat ini mengacu pada Kurikulum Darurat pada setiap satuan pendidikan yang merupakan penyederhanaan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013.
Sementara itu, pembelajaran Prakarya yang sebelumnya dilakukan tatap muka, dengan model yang bervariasi, mengharuskan siswa berperan aktif. Hal ini harus tetap dipertahankan walaupun pada kondisi seperti ini. Oleh karena itu penulis memilih model pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual. Diharapakna dapat membuat siswa lebih aktif dan mampu mengeksplore materi dengan leluasa. Selain itu, mereka juga akan aktif menggali kemampuan diri dengan mempelajari konsep sekaligus menerapkannya dan mengkaitkan dengan dunia nyata di lingkungan sekitar terutama dalam pembelajaran yang bersifat praktik.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kontekstual. Sehingga siswa tetap dapat belajar dengan baik, nyaman, menyenangkan, tidak memberatkan orang tua, dan bermakna.
Langkah Penyelesaian
Materi pembelajaran yang disajikan untuk siswa pada mata pelajaran Prakarya dari kelas VII sampai kelas IX ada dua tema pokok, yaitu kerajinan dan pengolahan, baik pada kompetensi dasar pengetahuan maupun keterampilan.
Di naskah ini, penulis mengambil contoh pembelajaran yang dilakukan di kelas VII semester I pada materi kerajinan. Proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan kontekstual menggunakan media-media yang ada di sekitar rumah siswa.
Proses pembelajaran di atas dilakukan secara daring dan luring. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisinya dengan sekolah-sekolah di desa lainnnya yang tidak semua siswa memiliki fasilitas komunikasi. Termasuk terbatasnya kuota, dan sinyal internet.
Pembelajaran daring hanya dapat dilakukan melalui grup whatsapp. Sebuah aplikasi yang dipandang cocok karena ramah kuota. Sedangkan pembelajaran luring dilaksanakan melalui modul yang dibagikan secara terjadwal di sekolah.
Pada kegiatan awal pembelajaran daring tidak bisa dilaksanakan. Sehingga komunikasi lebih tampak satu arah karena penulis hanya dapat mengingatkan mereka untuk selalu menjaga kesehatan. Selain itu juga memotivasi mereka agar tetap belajar dengan keterbatasan, serta menginformasikan tentang aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan.
Sementara itu, pada kegiatan inti pembelajaran siswa belajar secara mandiri menggunakan lembar kegiatan siswa yang telah dibagikan sebelumnya. Hal ini sebagai pedoman yang harus dilakukan selama pembelajaran, baik teori ataupun praktik, jika siswa mengalami kesulitan.
Di sisi lain, pembelajaran praktik menggunakan model dan pendekatan kontestual untuk memberikan keleluasaan siswa menemukan secara langsung dikehidupan nyata. Selain itu materi yang ditemukan antara satu siswa dan yang lainnya berbeda, sehingga materi yang diperoleh semakin banyak.
Adapun hasil dari pembelajaran ini biasanya siswa akan mengirimkan bukti fisik hasil pembelajarannya kepada penulis dalam bentuk foto, atau video yang telah dibuatnya.
Di lain pihak, siswa yang melaksanakan pembelajaran luring, proses pembelajarannya mengikuti petunjuk-petunjuk dalam modul yang telah dibagikan guru. Isi dari modul tersebut, yaitu prasyarat, bahan ajar, lembar kegiatan, serta lembar penilaian. Modul ini dibagikan secara terjadwal yang diambil oleh siswa. Selain untuk mengambil modul siswa mengumpulkan hasil belajarnya dalam bentuk potofolio.
Hasil
Pembelajaran Prakarya pada materi kerajinan dengan model dan pendekatan kontekstual ternyata mampu membuat siswa menemukan materi atau bahan ajar secara mandiri. Hal ini berdampak pada bergamanya karya yang dihasilkan mereka.
Selain itu, siswa juga dapat mengeksplor materi yang ada di sekitar rumah yang tidak dapat mereka temukan selama pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut tampak dari karya yang dihasilkan selama pembelajaran yang telah didokumentasikan baik melalui video ataupun foto.
Simpulan
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Prakarya menggunakan model kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan meningkatkan hasil karya siswa, serta mampu membuat mereka mengeksplor bahan ajar secara leluasa dan nyata yang ada di sekitar rumah mereka. Hal ini membuat pembelajaran menjadi menarik, dan menyenangkan.
Catatan: Tulisan di atas lebih lengkap dapat disimak di Kumpulan Best Practice Guru yang segara akan terbit.
Profil Penulis
Harun, S.Pd., Guru Prakarya SMPN 3 Cipongkor, Alumni S1 Pendidikan Seni Rupa UNNES, PPG SMK Kolaboratif Desain dan Produksi Kria Tekstil UPI Angkatan 2 (2013), Pemenuhan Guru SMK Produktif angkatan 2 (2015-2017), Guru Inti PKP Mata Pelajaran Seni Budaya (2019.)
Editor: Adhyatnika Geusan Ulun