BANGSA TANGGUH (Renungan Jelang Hari Kebangkitan Nasional)

Adhyatnika Geusan Ulun 

(SMPN 1 Cipongkor)

 Seperti diketahui, perjuangan selalu menuntut pengorbanan, dan pengorbanan terbesar para pahlawan adalah mengedepankan kepentingan bangsa daripada diri sendiri. Sehingga buah dari hal tersebut adalah kemerdekaan. Menentukan nasib sendiri. Menggariskan kehidupan diri dengan tanpa diatur oleh bangsa lainnya

Suatu ketika, di sebuah pembekalan instruktur nasional kurikulum, seorang narasumber mengungkapkan tentang harusnya bangsa Indonesia bangga kepada sejarah perjuangan para founding fathers.

Disampaikannya bahwa hal di atas sebenarnya sangat logis ketika setiap manusia yang lahir ke muka bumi merupakan hasil perjuangan. Berjuang melawan sekian miliar bibit kehidupan. Dan lahirlah makhluk unggulan, manusia.

Saat dihubungkan dengan perjalanan sejarah perjuangan para pendiri negara, maka generasi milenial sekarang hendaknya selalu bersyukur dilahirkan sebagai bangsa besar ini. Sebuah keluarga kebangsaan yang terdiri dari para pejuang yang tangguh. Mereka yang berani mengorbankan segala apa yang dimilikinya untuk mendirikan sebuah negara yang pastinya akan compang-camping dihantam pergolakan perjuangan.

Kembali kepada presentasi narasumber di atas. Disampaikannya juga bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak sesederhana seperti sebuah narasi dalam berbagai skrip yang dapat dibaca dalam satu dua jam saja. Namun, perjuangan pergerakan kemerdekan Indonesia melalui periode yang sangat pelik dan rumit.

Berbicara tentang kondisi susah, bangsa Indonesia sangat khatam tenatng keadaan ini. Dijajah Belanda berates tahun, sangat susah. Pergi Belanda datang Jepang, susah kembali. Indonesia merdeka datang lagi NICA, susah lagi. terusir NICA terjadi pemberontakan di mana-mana, susah lagi. Orde Lama berkuasa hingga rakyat makan bulgur, susah. Orde Lama tumbang muncul Orde Baru, lama-lama susah lagi. Orde Baru runtuh muncul Reformasi, kian lama mulai susah lagi. hal ini berarti tentang kondisi susah bangsa ini sudah tertempa.

Melihat hal di atas, dapat dimaknai bahwa bagsa ini didirikan bukan berupa pemberian penjajah. Bukan hadiah karena kesetiaan kepada kaum imperialis. Tetapi negara ini ada dikarenakan buah perjuangan. Dan perjuangan tidak seperti ajian ‘Sim Salabim’ tetapi berkat tetasan keringat, banjir darah dan nyawa para pendahulu.

Seperti diketahui, perjuangan selalu menuntut pengorbanan, dan pengorbanan terbesar para pahlawan adalah mengedepankan kepentingan bangsa daripada diri sendiri. Sehingga buah dari hal tersebut adalah kemerdekaan. Menentukan nasib sendiri. Menggariskan kehidupan diri dengan tanpa diatur oleh bangsa lainnya.

Hal tersebut seyogyanya menjadi acuan setiap generasi. Pada saat kondisi kurang nyaman seperti hari ini, maka keyakinan diri tentang bangsa yang tangguh itu hendaknya terus ditanamkan di dada. Sehingga akan memunculkan sikap optimis dalam diri, dan menumbuhkembangkan etos kerja yang positif dalam segala bidang.

Sikap optimis di masa kini sangatlah diperlukan. Ketika diterpa badai dan tsunami corona, maka dibutuhkan keyakinan untuk bangkit dan tidak terjebak dalam situasi keterpurukan.

Sama halnya dengan diperlukannya penumbuhkembangan etos kerja yang gigih dalam melawan keadaan yang kurang menguntungkan seperti sekarang ini. Sehingga keadaan yang melemah setah diterpa pandemi Covid-19 dapat bangkit dan kembali bergairah.

Diperlukan kesungguhan dalam merealisasikan sikap di atas. Namun, dengan membangkitkan semangat memuliai dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dan saat ini, diharapkan dapat memperbaiki keadaan saat ini.

Akhirnya, seperti halnya Dr. Wahidin Sudiro Husodo, yang menggelorakan semangat kebangsaan 113 tahun yang lalu. Maka saatnya bangsa ini terus memelihara, menumbuhkan, dan menguatkan semangat gotong royong sebagai landasan dalam melaksanaan pembangunan. Selain itu, selalu optimis menghadapi masa depan, untuk mempercepat pemulihan bangsa dari pandemi Covid-19.

 

Profil Penulis:

Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus  MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.

œAdhyatnika.gu@gmail.com., Ig.@adhyatnika geusan ulun.