BELAJAR DARI KESABARAN DAN TANGUNG JAWAB

Oleh: Ratu Intan Azizah, S.Pd
(Guru Perintis SMPN 3 Batujajar)     

Menjadi bagian dari keluarga SMP Negeri 3 Batujajar merupakan hal membanggakan. Sekolah yang belum memiliki banyak gedung dan masih terbilang cukup gersang, namun memiliki berbagai hal  bisa digali dari sumber daya manusianya.

SMPN 3 Batujajar memiliki beraneka ekskul dan program sekolah yang bisa diikuti para siswanya. Mulai dari paskibra, pramuka, marching band, seni tari, basket, sepak bola, dan salah satu yang menarik perhatian adalah GLS yaitu Gerakan Literasi Sekolah. Kenapa hal ini bisa menarik perhatian? Karena GLS ini dilaksanakan setiap pagi di hari selasa.

Para siswa mulai dari kelas tujuh hingga kelas sembilan duduk berbaris di lapangan untuk membaca buku bersama dan membuat reviu. Tanpa disadari, penulis ikut memperhatikan para siswa, dan terkadang juga ikut membaca.

Hingga suatu hari, Bapak Nandang Hidayat, S.Pd selaku kesiswaan meminta penulis turut serta membantunya dalam kegiatan yang dibuat oleh Bupati Kabupaten Bandung Barat yaitu lomba Tantangan Membaca Bandung Barat atau yang biasa disebut TMBB. Untuk menambah pengalaman, akhirnya penulis bersedia dengan meminta Bu Vera Olivia, S.Pd juga turut serta. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan, untuk menyukseskan sebuah program membutuhkan kerja sama dengan guru lain, selain itu karena penulis adalah guru yang masih baru bertugas.

Lomba TMBB ini ternyata diluar perkiraan. Tantangan yang diberikan ternyata tidak terlalu mudah. Para Siswa, Guru dan bahkan Kepala Sekolah dilibatkan dalam lomba ini. Ketentuan secara garis besarnya, para peserta diharuskan membaca sebuah buku dan membuat reviunya. Para peserta pun beberapa kali harus membuat sebuah karya tulis baik fiksi maupun nonfiksi. Hasil reviu tersebut dikumpulkan paling lambat tanggal 30 setiap bulannya.

Banyak kesulitan dan juga keseruan yang penulis dapat pada saat mengikuti lomba ini. Setiap manusia pada dasarnya mempunyai sifat dan sikap yang beragam, terlebih siswa. Ada yang sangat antusias mengikuti lomba ini dan ada juga yang terkadang harus ‘dikejar-kejar’  untuk menyetorkan reviu. Sebagai guru perintis, harus sebisa mungkin mengumpulkan reviu tepat pada waktunya. Terkadang hal tersebut membuat kami merasa berlomba dengan waktu, tetapi setelah semua reviu selesai dikumpulkan ada rasa lega dan bangga terhadap siswa-siswa yang kami bimbing.

Sampai suatu ketika, salah satu siswa yang mengikuti lomba ini harus dirawat di rumah sakit karena kondisi kesehatannya sedang menurun. Tetapi lomba tetap lomba, waktu tidak bisa menunggu. Akhirnya untuk menyelesaikan setoran reviu pada bulan tersebut, dengan terpaksa siswa tersebut difoto dengan selang infus masih menempel pada pergelangan tangannya. Semangatnya tetap membara, senyumnya tetap mengembang. Darinya penulis belajar arti tanggung jawab.

Banyak hal dapat dipelajari, baik dari guru-gurunya hingga siswa-siswanya. Mereka telah mengajarkan rasa sabar dan juga tanggung jawab. Ternyata benar kata pepatah, jangan melihat buku dari sampulnya. Karena segala hal yang kurang baik di luar belum tentu tidak baik di dalamnya. Segala hal itu bukan hanya bagaimana kita melihat tetapi juga bagaimana kita memaknainya.

Editor: Nani Sulyani

Catatan Editor :

“Tulisan ini menceritakan bahwa tanggung jawab terhadap tugas dapat menumbuhkan sikap heroik siswa. Karakter tanggung jawab, kerja-sama, kekompakan dan kesabaran seluruh warga sekolah terwujudkan melalui kegiatan TMBB. Selamat.”