Bandung Barat (Newsroom). Kemdikbud bekerjasama dengan Google dan Refo, menggulirkan akun pembelajar dengan domain belajar.id sejak bulan Desember 2020. Akun gratis ini harus segera diaktivasi oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan sampai akhir Juni 2021. Jika belum aktivasi, maka secara otomatis Google menonaktifkan akun-akun tersebut. Melalui akun ini, “Program Belajar Dimana Saja” ini, mendukung pembelajaran jarak jauh di Masa Pandemi. Walaupun demikian, fasilitas Google Suite for Education, cocok juga untuk pembelajaran tatap muka karena sistem fitur yang terintegrasi. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Januari sampai pelaporan dan penutupan hari selasa (06/04/2021).
Para fasilitator Google yang terlibat untuk menyosialisasikan akun elektronik ini, berasal dari berbagai unsur jabatan dan lembaga. Beberapa diantaranya: Pengembang Teknologi Pembelajaran Ditjen GTK Kemdikbud, Admin Pusdatin Kemdikbud, Duta Rumah Belajar, Widyaiswara Ditjen GTK, dan Guru SD dan SMP Penerima Chromebook. Mereka diseleksi dengan soal-soal tes yang berkaitan dengan Google, sebagai langkah awal untuk mendapatkan Google Certified Educator (GCE)/Pendidik Bersertifikat Google Level 1 #Batch 2. Setelah terjaring menjadi peserta pelatihan, setiap seminggu sekali dalam satu bulan mengikuti sesi pelatihan 1-4, melalui Streamyard dengan tugas-tugas praktek dan teori yang dikumpulkan di Google Classroom. Jadi, Full dalam sebulan mengerjakan tugas mandiri tentang Google.
Setiap tugas yang diberikan terstandar dengan panduan tersendiri. Masing-masing tugas dievaluasi oleh para Coach dari Refo yang digawangi oleh Steven Sutantro.. Tidak berarti semua tugas yang diberikan lolos begitu saja. Tugas yang tidak sesuai dengan panduan, diminta untuk diperbaiki dan diunggah ulang. Tugas-tugas untuk peserta, padat dan terstruktur. Semua peserta harus menyelesaikannya tepat waktu. Setelah menyelesaikan tugas, para fasilitator harus melaksanakan pengimbasan kepada guru-guru minimal 50 peserta, dengan jumlah maksimal tidak terbatas. Diutamakan guru yang bertugas di wilayah fasilitator, jika tidak ada, dibolehkan untuk pengimbasan dengan peserta dari berbagai provinsi di Indonesia. Para fasilitator ini berhak menjadi Google Master Trainer (GMT).
Pengimbasan berlangsung selama 2 bulan. Materi dan tugas sesuai silabus yang diberikan kepada peserta lebih ringan dari Google Master Trainer. Para guru mengikuti pelatihan, boleh secara daring ataupun luring sesuai dengan protokol Covid-19. Tugas-tugas teori dan peserta, terkumpul di Google Classroom. Para GMT memeriksa tugas peserta sampai tuntas. E-sertifikat diberikan pada peserta setelah peserta menyelesaikan seluruh tugasnya.
Ternyata, tidak sampai disini, tantangan untuk menjadi Google Certified Educator/Pendidik Bersertifikat Google Level 1. Para GMT harus mengikuti ujian langsung dari Google. Inilah tantangan yang dianggap paling berat. Bagaimana tidak? Mereka akan dites baik teori maupun praktek secara langsung on cam on audio secara marathon selama 3 jam. Tidak bisa meminta bantuan siapapun. Hanya mengadalkan kemampuan diri, menguasai semua teori dan prakteknya. Perangkat yang digunakan harus terupdate dan keluar dari semua akun. Ada akun yang diberikan langsung dari Google melalui pembayaran voucher gratis. Hampir semua peserta merasakan panas dingin, saat mengerjakan tugas. Otak bekerja keras menjawab soal yang memiliki kualitas High Order Thingking skill.
Tentu sangat menyenangkan dan bangga, jika beberapa jam setelah melaksanakan ujian ada pemberitahuan dari Google via email, bahwa kita “Pass”. Namun sebaliknya, jika email dari Google isinya “Fail”, maka berarti kita harus mengulangi ujian dan membeli voucher dari Google sebesar US $10. Jika gagal lagi, maka diberi satu kesempatan lagi untuk ikut. Namun, jika yang ketiga kali tidak lulus, maka dipastikan tidak akan mendapatkan Google Certified Educator. Sungguh perjuangan yang tidak mudah.***
Reportase dan Foto: Dian Diana