Oleh : Nuraprilia, S.Pd
(Guru Perintis SMP PGRI Lembang)
Ingin rasanya saya berteriak. Bagaimana tidak, kalau sudah akhir bulan saya akan bermain kucing kucingan dengan anak-anak komunitas Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB) karena kami dikejar setoran review.
Kadang saya tak habis pikir, pada saat diumumkan bahwa sekolah kita termasuk sekolah yang harus mengikuti TMBB, mereka lah yang mengajukan sendiri, bahwa mereka ingin menjadi bagian tanpa paksaan dari siapapun. Tapi kenapa pada saat ditagih setoran review harus ada saja yang bermain kucing-kucingan.
Bulan ini (Agustus) adalah bulan terakhir bergelut dengan kejaran membaca dan review. Plong, rasanya. Berakhir sudah semua tantangan yang telah disepakati (Bulan Februari sampai dengan Agustus). Kami sudah menyelesaikan membaca dan membuat review walaupun hanya sebatas minimal (21 buku, dua video dan dua karya tulis).
“Saya akan kangen sama kalian anak-anaku.”
“Haiiiii…. Ada yang sudah beres membacanya?”
“Kamu sudah membaca berapa buku?”
“Kamu sudah bikin review?”
“Kenapa kamu belum membaca buku satupun? Ada masalah?”
Hal seperti itu sering kali saya alami ketika menyapa anak-anak komunitas TMBB dan selalu saja ada jawaban dari mereka:
Bu, boleh aku pinjam bukunya di perpus?! (Ya Allah, baru pinjam )
Bu, bukunya ketinggalan di rumah. (Aduh, alasan kuno)
Bu, banyak tugas sekolah yang harus dikerjakan jadi gak sempet membaca buku apalagi bikin reviewnya. (alasan klasik yang bikin bete)
Bu, saya gak enak badan. (masa sih harus dipaksa membaca, teganya)
Seribu alasan kami hadapi pada bulan ke tiga. Dua bulan pertama semua lancar dan tepat waktu dalam membaca dan membuat review. Mulai bulan ke tiga, muncul kendala.
Solusi. Ya, saya harus punya solusi dari masalah ini. Saya mulai mempraktikannya. “Anak-anak kita bikin review bareng bareng yu, soalnya ibu juga belum bikin.” Saya mulai mengajak mereka.
“Bu, boleh gak kalau bikinnya sambil ngedengerin musik di Hp?” Saya jawab, “boleh.”
“Berarti boleh dong bawa hp? soalnya kalau ke sekolah tidak boleh membawa hp.”
“Bu boleh gak sambil botram?”
Pokoknya apapun yang mereka minta akan saya izinkan asal tidak menyalahi koridor tata tertib sekolah. Alhamdulillah akhirnya kami bisa melalui tantangan ini sampai selesai. Semoga dengan adanya tantangan ini dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi anak-anak, saya dan guru perintis.
SALAM LITERASI !
Editor : Nani Sulyani
Catatan editor:
“Penyampaian tulisan disajikan menarik, mewakili hampir seluruh guru perintis penerima tantangan. Berbagai hambatan dari siswa mendera dan dapat menjadikan turunnya motivasi guru dan siswa. TMBB telah menggali potensi guru untuk menjadi problem solver. Selamat.”