BUDAYA POSITIF DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Oleh : Safitri Nur Diana, S.Pd.SD
(SDN Panggelarbudi Sindangkerta)

Budaya sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk lingkungan belajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.Sekolah idaman merupakan sekolah yang sesuai dengan cita-cita, selanjutnya bagaimana cita-cita pendidikan pada sekolah, Sekolah tentunya tempat untuk menuntut ilmu dengan keadaan yang nyaman dan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.

Keadaan nyaman di sekolah dapat diciptakan dengan sekolah tanpa adanya penindasan, bullying, dan kekerasan oleh semua warga sekolah. Dengan demikian seluruh warga sekolah bergotong royong menciptakan sekolah yang nyaman, hal ini tentunya dapat terwujud melalui budaya positif.

Budaya positif merupakan paradigma untuk menyelesaikan masalah melalui motivasi intrinsik orang yang memiliki masalah. Ketika dihadapkan dengan masalah. Ketika dihadapkan dengan masalah maka orang tersebut yang harus menyelesaikan dengan cara menggali nilai-nilai positif yang ada. Jadi dalam lingkungan sekolah disiplin melalui budaya positif dapat diterapkan melalui kesepakatan kelas.

Kesepakatan kelas merupakan aturan mengenai tingkah laku siswa dalam kelas yang merupakan kesepakatan bersama. Ketika siswa melanggarnya, maka kita sebagai guru perlu untuk mengingatkan kesepakatan kelas yang ada dan tidak menghukum tetapi memunculkan motivasi intrinsik siswa siswa. Sehingga siswa dapat belajar dalam keadaan  takut bahkan tertekan. Pembelajaran yang nyaman maka akan menuntun siswa mencapai kemerdekaan belajar yang mengarah pada penguasaan Profil Pelajar Pancasila.

Desiminasi Budaya Positif merupakan pengimplementasian budaya positif di lingkungan sekolah. Desiminasi ini diikuti warga sekolah. Budaya positif di sekolah meliputi:

  1. Disiplin positif dan nilai kebajikan universal
  2. Teori motivasi hukuman dan penghargaan
  3. Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas
  4. Lima posisi kontrol
  5. Segitiga restitusi

Tentunya elemen-elemen budaya positif sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam pembelajaran yang menuntun dan berpihak pada murid. Penerapan keyakinan kelas yang melibatkan murid sangat berkaitan dengan kemajuan zaman, juga saat guru menjalankan posisi kontrol guru dalam menangani kasus di sekolah sebagai manajer dan penerapan segitiga restitusi.

Budaya positif di sekolah bertujuan untuk menumbuhkembangkan motivasi intrinsik warga sekolah. Motivasi intrinsik merupakan kemampuan diri sendiri untuk menangani masalah yang dihadapi dengan bertanggung jawab. Oleh karena itu budaya positif sangat diperlukan oleh seolah agar dapat memberikan lingkungan yang nyaman dalam pendidikan.

Pelaksanaan Desiminasi di SDN Panggelarbudi pada tanggal 25 Oktober 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 9 orang guru termasuk Bapak Kepala Sekolah. Waktu pemaparan dengan durasi waktu 1 jam 10 menit. Pada saat itu terjadi tanya jawab dengan bapak ibu guru, Bapak dan ibu guru mengkhawatirkan apabila restitusi tidak dapat menyelesaikan secara berkesinambungan. Hal ini tentunya kami jawab dengan membangkitkan motivasi dari bapak ibu guru dengan cara mengkaitkan pembiasaan dengan pembelajaran di kelas. Berapa kali mereka mengulangi apa yang dilakukan hingga anak dapat mengaplikasikannya sendiri. Proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya sehingga karakter mereka lebih kuat.

Kepala sekolah juga memberikan masukan semoga apa yang sudah ditularkan kepada bapak ibu guru supaya dapat dilaksanakan dalam kelas. Bapak ibu guru sangat terinspirasi dengan materi yang kami bawakan. Perubahan dan menggerakkan tidak harus langsung menjadi besar, perubahan dan menggerakkan perlu dilakukan oleh diri sendiri terlebih dahulu.  Salam Guru Penggerak-      Tergerak, Bergerak, Menggerakkan!

 

Profil Penulis
Safitri Nur Diana, S.Pd.SD. NIP. 198706172019032001. Guru SDN Panggelarbudi Kecamatan Sindangkerta KBB. CGP Angkatan 9.