CIPONGKOR-(NEWSROOM) Kepala SMPN 4 Cipongkor, Hartono mengemukakan bahwa calung merupakan kesenian tradisional Sunda yang unik dan menarik, karena memadukan keterampilan memainkan instrumen pukul dari bambu dengan kemampuan menyanyi (olah vocal), menari (olah gerak) dan melawak (komedi). Sayangnya, kesenian ini sudah sangat jarang ditampilkan. Minimnya regenerasi kesenian ini, membuat SMPN 4 Cipongkor berinisiatif untuk menjadikan calung sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler, selain kesenian degung yang sudah lebih dulu ada.
“Sayang sekali, kalau calung hilang begitu saja dari pertunjukan seni di Jawa Barat. Kesenian ini mengandung keterampilan yang lengkap. Ada seni suaranya, seni tarinya, dan komedinya. Semuanya sangat menghibur penonton. SMPN 4 Cipongkor ingin mengangkat kesenian ini agar siswa tahu bahwa mereka memiliki seni teater. Kedepannya, jika sudah mumpun, kami siap memenuhi undangan untuk berbagai pertunjukan.” Tutur Hartono.
Calung merupakan alat musik perkusi dan idiophone yaitu alat musik yang dipukul serta sumber bunyinya berasal dari badan alat musik sendiri. Jenis bambu untuk bahan membuat calung adalah Bambu Wulung. Dulu, calung digunakan oleh para pemuda untuk mengisi waktu luang, saat bekerja mengusir burung di lahan sawah miliknya. Di beberapa daerah ada yang dipadukan dengan musik lain untuk upacara adat. Calung akhirnya berkembang menjadi hiburan masyarakat dengan memadukan kawih (lagu), tarian, dan guyonan.
Saat melakukan seleksi peserta untuk ekstrakurikuler calung, Ahmad Jumayadi, pembina seni sekaligus Pembina OSIS di SMPN 4 Cipongkor mengatakan bahwa, para siswa menyambut dengan gembira dan antusias kegiatan tersebut. Yang unik, ternyata yang mendaftarkan diri lebih banyak adalah siswa perempuan. Hal ini yang melatarbelakangi dibentuknya ekstrakurikuler Caper (Calung Perempuan) SMPN 4 Cipongkor. Pada pelaksanaan latihannya, Ahmad dibantu oleh Ade Sarmit yang merupakan tokoh ahli calung yang tinggal di sekitar sekolah.
“Saya cukup terkejut melihat animo dan antusiasme anak-anak. Mereka semangat mendaftarkan diri. Bahkan peminatnya didominasi siswa perempuan, padahal jarang calung dimainkan oleh kaum perempuan. Terinspirasi dari banyaknya peserta perempuan, akhirnya kami menamai ekstrakurikuler ini dengan nama Calung Perempuan SMPN 4 Cipongkor disingkat Caper SMPN 4 Cipongkor.” ujar Ahmad
Selanjutnya Ahmad mengatakan bahwa latihan Caper dilaksanakan setiap Hari Selasa setelah jam pelajaran selesai. Peserta akan dilatih secara intensif, sampai mereka menguasai kesenian ini, dan siap mempertunjukkan aksinya di atas panggung. Anak-anak Calung Perempuan (Caper) SMPN 4 Cipongkor berharap dengan semangat melestarikan kesenian tradisonal, suatu hari dapat menjadi pemain calung profesional yang akan membanggakan sekolah dan daerahnya.
“Kami menjadwal latihan Caper setiap hari Selasa setelah pulang sekolah. Kami punya mimpi besar agar ke depannya setelah anak-anak menguasai calung dengan mahir, kami bisa mengadakan pertunjukan di berbagai tempat ,dan menjadi kelompok calung professional yang akan mengharumkan nama SMPN 4 Cipongkor,” pungkas Ahmad.***DianaDi
keren CAPER