Oleh : N. Mimin Rukmini
Ini sebuah gurauan indah, diskusi santai di sela-sela kelelahan, dalam angkot (Kamis, 6 Desember 2018) bersama rekan seperjuangan. Sayang sekali tak ada Bapak guru selain sopir angkot sendiri yang mungkin ikut tersenyum ketika gurauan ini terjadi. Sudah terbiasa, usai kegiatan pameran segala barang bawaan ditumpuk dan dipak untuk kembali disimpan atau dipajang di sekolah asal. Segala perencanaan, pelaksanaan kegiatan pameran, sampai pada evaluasi dan refleksi, adalah perjuangan luar biasa yang membutuhkan kerja sama dan sinergi semua elemen.
Senda gurau di dalam angkot memiliki kenangan tersendiri. Berbasah ria saat di lokasi pameran, tak membuat surut perjuangan. Menunggu Bapak Bupati, Aa Umbara sejak pukul delapan pagi sampai waktu duhur tak menyulutkan peserta pameran untuk bertemu pimpinan daerah. Persiapan penyambutan oleh petugas khusus yang diambil dari beberapa sekolah sungguh luar biasa. Kesenian Angklung dan Kang Lengser sudah berdandan sejak pagi. Antusias tim kesenian penyambut, peserta GLS, dan peserta pameran betul-betul dahsyat.
Hujan yang mengguyur hampir tiap hari, membuat panitia dan peserta degdegplas. Ketakutan bagaimana kalau saat ada bupati, turun hujan? Bagaimana kalau saat readathon hujan? pokoknya ada kekhawatiran yang cukup lumayan.
Lain kekhawatiran dan ketakutan, lain pula kenyataan. Pada saat pelaksanaan pameran, tak ada keluhan atau ganjalan. Semua berjalan seperti biasa. Antusias peserta dan undangan perlu diberi acungan jempol. Hujan, panas, hujan lagi, panas lagi yang sudah mulai turun sebelum dzuhur, menjadi keasyikan tersendiri. Siswa peserta pameran rela hujan-hujanan nengikuti berbagai suguhan acara kesenian, doorprize Bjb, tak lupa pula sembari walking gallery pameran, padahal pakaian yang kami kenakan basah kuyup, kering lagi, dan basah kuyup lagi.
Keadaan baju basah dan kering, entah berapa kali kehujanan sampai mengering lagi, membuat celoteh di dalam angkot tertuju pada makanan yang terbuat dari singkong. Singkong yang sengaja dihujankan dan dipanaskan. Singkong tersebut, biasa dinamai dengan “gatot”. Rasanya enak, warnanya putih campur kehitaman, semakin lama dihujankan dan dipanaskan, gatot semakin lezat. Singkong gatot biasa dimasak dengan cara dikukus, campur parutan kelapa muda, tentunya diberi garam. Rasanya, waaaw, dahsyat!
Pameran pendidikan bukan hanya berdampak pada semakin berkembangnya PPK, literasi, GLS, dan penguatan kecakapan Abad 21, melainkan pula sebagai sambutan memasuki revolusi industri 4.0. Kurang lebih 1200 peserta pameran turut berpartisipasi, memiliki kesan tersendiri. Demikian halnya panitia penyelenggara, tim Newsroom Disdik KBB, serta 26 peserta pengisi stand pameran. Semua memiliki cerita baik suka maupun duka. Pentas seni untuk menyambut Bupati Bandung Barat, pemberian piagam TMBB, serta lomba stand pameran pendidikan nuansa literasi, menjadi penggugah agar gelar kegiatan pameran pendidikan ke depan makin memukau dan berdampak pada hasil pembelajaran. Lomba stand pameran hanya ajang motivasi untuk semakin berprestasi. Tak ada yang menang dan yang kalah, Insha Alllah bernilai ibadah. Demikian pula dengan celoteh gatot di dalam angkot hanyalah sebuah ilustrasi gurauan penambah kreasi. Semoga!