Adhyatnika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
Perdebatan pola pikir yang dahulu sering muncul akhirnya terjawab. Mungkin itulah kalimat yang tepat untuk sebuah catatan saat mengikuti kegiatan G-meet sore tadi. Sebuah statemen logis diungkapkan instruktur program Calon Guru Penggerak (CGP) benar-benar mencerahkan penulis. Sehingga hal ini mendorong untuk membuat tulisan refleksi diri, betapa selama ini belum tersadarkan akan makna substansi dari semboyan Tut Wuri Handayani yang menghiasi logo sakral Kementerian Pendidikan di Indonesia.
Pertanyaan yang sering muncul selama ini adalah mengapa mengambil frasa terakhir dari slogan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara (KHD) pada awal abad 20 silam. Kritik atas keputusan mengambil Tut Wuri Handayani bermunculan mengingat terdapat dua hal lainnya ‘seakan’ ditinggalkan. Sehingga generasi berikutnya seolah berada dalam ketidakseimbangan akan makna utuh dari ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, yang apabila diurutkan akan bermakna di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan. Ketiga hal ini merupakan buah pemikiran brilian yang memberikan filosofi keseimbangan antara depan, tengah, dan belakang. Tiga sisi pemantik semangat untuk cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi ruh pendidikan nasional Indonesia.
Seperti diketahui, makna utuh dari tiga slogan di atas adalah bahwa guru meupakan pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas digugu dan ditiru dalam perkataan dan perbuatannya. Selanjutnya, seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat serta ide-ide mereka untuk berkarya. Kemudian, seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus menuntun, menopang dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dan karya anak-anak didiknya.
Adalah sangat menarik saat memahami arti Tut Wuri Handayani, dimana guru harus menjadi penuntun, penopang, dan penunjuk arah yang benar bagi hidup, serta karya anak didiknya. Hal ini mengisyaratkan bahwa guru bukan hanya sebagai edukator saja, namun juga merupakan motivator, sekaligus fasilitator bagi muridnya. Itulah mengapa slogan terakhir digunakan sampai saat ini, karena sebagai edukator guru tampil di depan memberikan transfer ilmu dan transformasi nilai-nilai kebaikan, kemudian di tengah memberikan motivasi kepada murid untuk menggali segenap potensi yang dimilikinya, dan di belakang memfasilitasi ide-ide kreatif mereka.
Tentu diperlukan pemahaman yang komprehensif untuk hal di atas. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, pemahaman akan pemikiran KHD tentang pendidikan tersebut sangatlah mencerahkan. Termasuk pemikirannya tentang budi pekerti yang merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Di teori modern hal ini dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).
Akhirnya, dengan kembali mengusung pendapat KHD bahwa pendidikan memiliki kekuatan dan kekhasan tersendiri. Kata kunci yang muncul, yakni kemerdekaan, kebebasan, dan kemandirian, memunculkan suatu konsep mengenai nasionalisme dan kebudayaan, merupakan konsep keseimbangan yang tidak terbantahkan.
Makna di depan, di tengah, dan di belakang, bukanlah hanya sekedar rangkaian kata tanpa makna, namun merupakan keselarasan pemikiran yang harus selalu dijaga agar cita-cita mewujudkan generasi unggul, cerdas dan berkarakter dapat tercapai. Semangat bergerak, menuju pendidikan Indonesia yang merdeka dan berpihak pada anak.***
Dari berbagai sumber
Profil Penulis
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com.,Channel Youtube: Adhyatnika Geusan Ulun, Ig.@adhyatnika geusan ulun.