Adhyatnika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
Menjadi bagian dari program calon guru penggerak (CGP) angkatan 4 merupakan pembelajaran berharga bagi penulis. Di luar sejumlah tugas yang harus dipenuhi, banyak hal yang dapat dipetik dari kegiatan tersebut. Mulai dari penegasan tentang siswa sebagai subyek pendidikan, filosofi kemerdekaan, dan kemandirian yang diusung Ki Hadjar Dewantara (KHD), desain pembelajaran MERRDEKA yang menjadi salah satu kekhasan program, termasuk mendesain kerangka pembelajaran sesuai dengan pemikiran KHD yang menjadi salah satu kewajiban CGP untuk dipresentasikan di minggu kedua kegiatan.
Ketika memahami tentang siswa sebagai subyek pendidikan, sebenarnya bukan hal yang baru disampaikan. Terlebih diksi ini sudah menjadi semangat untuk menempatkan peran peserta didik sebagai hal yang utama dalam proses pembelajaran. Namun, ketika memahami tentang pendidikan yang harus berlandaskan kodrat alam, kodrat zaman, dan kodrat anak, maka di sinilah poin utama ketika guru diingatkan tentang tugasnya yang bukan hanya sebagai educator saja, tetapi juga harus menjadi motivator, dan fasilitator yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali potensi minat dan bakatnya. Sehingga hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi mereka di kemudian hari.
Begitupun dengan filosofi kemerdekaan, kebebasan dan kemandirian dalam pendidikan. Program CGP benar-benar untuk membangkitkan kemerdekaan dan kemandirian siswa agar tumbuh menurut kodratnya sendiri, kodrat untuk segala kemajuan yang dimerdekakan seluas-luasnya. Oleh karena itu, berdasrkan pemikiran KHD pendidikan diarahkan untuk mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Sehingga dengan kemerdekaan dan kemandirian tersebut dapat mengarahkan guru untuk mendidik siswa mencari sendiri pengetahuan dan menggunakannya untuk keperluan umum. Selain itu, kemerdekaan dan kemandirian harus menghargai hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri dengan mendasarkan pada tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum, dengan tujuan tertib dan damai. Termasuk, kemerdekaan dan kemandirian yang dapat menumbuhkan semangat “Kebangunan Nasional” dimana sistem pendidikan nasional tidak menunjukkan sifat intelektualistis, individualistis, dan materialistis, melainkan mengandung cita kebudayaan dengan mengobarkan jiwa nasionalisme dan kultural.
Desain Kerangka Pembelajaran Sesuai Pemikiran KHD
Adalah menarik saat pemikiran di atas dikaitkan dengan Profil Pelajar Pancasila yang ternyata akan menjadi ruh pembelajrannya. Di sini penulis bersam tim mebuat sebuah desain kerangka pembelajaran menurut pemikiran KHD. Tentu sangat banyak kekurangannya, termasuk bukan satu-satunya model yang harus menjadi acuan, namun setidaknya menjadi gambaran nyata implementasinya.
Penulis mengusung salah satu kegiatan yang biasa dilakukan sebelum memulai kegiatan pembelajaran, yakni pembiasaan membaca asmaul husna dan salah satu ayat suci Al Quran. Hal ini dilaksanakan mengingat kultur sekolah dan lingkungan sekitar yang religius, dan sebagian besar siswa merupakan santri pondok pesantren. Selain itu, sebagai dukungan atas visi sekolah yang mencantumkan terwujudnya peserta didik yang berkakhlak mulia, kritis, kreatif dan berwawasan lingkungan, menjadi salah satu alasan mengapa mengangkat pembiasaan tersebut. Sehingga Profil pelajar Pancasila yang ditampilkannya pun dari dimensi pertama, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berkahlak mulia.
Penulis sangat bersyukur karena memiliki sumber daya dan potensi yang mendukung hal di atas, seperti sekolah memiliki guru dan warga sekolah lainnya yang mayoritas beragama Islam, sekolah memiliki salah satu visi, yakni mewujudkan peserta didik yang berakhlak muli. Kemudian adanya dukungan warga sekolah dan lingkungan sekitar, dan peserta didik masih memegang nilai-nilai religiusitas yang tinggi.
Sementara itu, tujuan utama disusunnya desain di atas, yakni bahwa pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, Profil Pelajar Pancasila adalah profil lulusan yang bertujuan menunjukkan karakter dan kompetensi yang diharapkan diraih, juga menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila bagi peserta didik dan para pemangku kepentingan.
Seperti diketahui, Profil Pelajar Pancasila merupakan Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.
Pada dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia diharapkan akan terwujud pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan lima elemen kuncinya, yakni akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.
Adapun kompetensi Profil Pelajar Pancasila yang dicapai dalam desain pembelajarannya adalah menghargai kearifan lokal dalam konteks berakhlak kepada agama, melestarikan nilai-nilai luhur keagamaan, dan pembiasaan untuk melatih diri untuk selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sementara idikator ketercapaiannya, yakni memiliki keyakinan yang kuat terhadap agama yang dianut, dan menghormati orang yang mempunyai keyakinan berbeda, memiliki kesadaran untuk mendalami ajaran agama yang dianut, aktif dalam melaksanakan ibadah sesuai ajaran agamanya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, bertanggung jawab terhadap peningkatan pengamalan ajaran agama kepada masing-masing pemeluknya, aktif dalam melaksanakan ibadah sesuai ajaran agamanya dengan melaksanakan perintah, dan bertanggung jawab terhadap peningkatan pengamalan ajaran agama kepada masing-masing pemeluknya.
Simpulan
Diperlukan kesungguhan untuk mengimplementasikan desain kerangka pembelajaran menurut pemikiran KHD di atas. Tentu banyak tantangan yang akan dihadapi, baik internal maupun eksternal. Namun, sebagaimana desain perangkat pembelajaran dengan mulai dari diri sendiri, maka diyakini hal ini akan berproses menjadi sesuatu yang bemanfaat. Bukan hanya untuk diri saja, namun bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya umat. Mungkin tidak terlihat hari ini, tetapi besok lusa akan tampak perubahannya.***
Dari berbagai sumber
Profil Penulis
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com.,Channel Youtube: Adhyatnika Geusan Ulun, Ig.@adhyatnika geusan ulun.
Tulisan yang bagus. Sangat mengugah untuk para guru agar ‘bergerak’. Saya sepakat, sebagai pendidik dan atau praktisi di bidang pendidikan, sudah semestinya kita kembali pada cita-cita KHD bahwa pendidikan harus dapat menghamba pada murid dan sejatinya pendidikan itu merupakan persemaian benih-benih kebudayaan.
Sukses selalu untuk penulis dan tim Newsroom Disdik KBB.
Tetap semangat pak!