BANDUNG-(NEWSROOM). Balai Bahasa Jawa Barat dalam upayanya menggali permasalahan dalam kebahasaan di tengah-tengah masyarakat, menggelar kegiatan penyuluhan Bahasa Indonesia bagi media masa cetak dan online. Kegiatan yang menghadirkan sejumlah pakar kebahasaan tersebut, dibuka oleh Hermawan Aksan selaku ketua FBMM (Forum Bahasa Media Masa), dilaksanakan di Hotel Tebu Bandung, Selasa (26/11/19).
Kepala Balai Bahasa Jabar, Umar Solikhan, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa tujuan kegiatan di atas adalah untuk menggali permasalahan dalam kebahasaan serta mencari solusi. Sehingga, masih menurutnya, persoalan kebahasaan yang terjadi saat ini dapat diminimalisasi.
“Kegiatan yang akan dilaksanakan selama dua hari ini adalah untuk menggali permasalahan dalam kebahasaan serta mencari solusi,” ungkapnya Umar.
Lebih jauh diungkapkan tentang kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Hal ini sangat berkaitan erat dengan identitas bangsa yang majemuk, sehingga diperlukan bahasa persatuan. Demikian juga dengan situasi kebahasaan di Indonesia yang turut dikupas tuntas dalam paparannya.
Sementara itu, Asep Rahmat, pemateri yang juga peneliti di Balai Bahasa Jabar, menguraikan Ejaan Bahasa Indonesia yang pernah dan sedang diberlakukan di Indonesia. Paparan ini menarik karena menghadirkan fenomena penggunaan bahasa sekarang ini. Tayangan yang ditampilkan secara apik tersebut berbentuk iklan, pemberitahuan atau sebatas tulisan yang ditemukan di belakang bus/truk yang cukup menggelitik. Hal ini menjadi hiburan tersendiri bagi peserta. Ada hal yang menarik dari apa yang ditulis tersebut, kendati tidak memperhatikan kaidah bahasa, tetapi menarik, dan cukup menjual serta merangsang orang untuk membacanya.
Di sisi lain, Hermawan Aksan, pemateri terakhir, dalam presentasinya tentang Bahasa Indonesia Jurnalistik. Dalam uraiannya, diungkapkan bagaimana teknis penggunaan kata dan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa. Cara penulisan yang baik dijelaskan lebih rinci dengan memperlihatkan contoh judul berita yang ditayangkan di media masa cetak dan daring. Kesalahan penulisan yang sebenarnya tidak perlu terjadi masih terlihat jelas, kesalahan penulisan sederhana yang menimbulkan salah arti dan makna masih kerap terlihat. Begitu juga dengan penggunaan kata yang kurang tepat masih terjadi, serta kesalahan-kesalahan lainnya yang secara kasat mata tidak terlihat masih nampak.
Hal itulah yang membuat kami, peserta pelatihan untuk yang kesekian kalinya mengernyitkan alis ketika narasumber membedah kata per kata yang ada dalam headline media masa cetak dan daring. Kemampuan metakognitif kami pun terasah, hingga kata yang terucap ‘Oh iya, ya….’
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari dan diikuti sekitar 80 orang dari berbagai kalangan ini, memberikan pengalaman tersendiri seluruh peserta. Banyak ilmu yang di dapat, banyak pengetahuan baru yang diserap. Semuanya menjadi modal untuk bisa mempraktikkan ilmu tersebut. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan di tengah rutinitas kerja yang cukup padat.hingga menjadi ajang penyegaran dalam rangka meng-upgrade diri.
Terimakasih atas ilmunya, terimakasih atas kesempatannya, hingga wawasan penulis bertambah terutama tentang dunia jurnalis, dunia yang boleh dibilang asing. Secara teoretis penulis tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Namun demikian, menulis adalah dunia yang sangat dekat dengan dunia pendidikan. Sehingga ilmu ini akan menjadi rujukan dalam upaya mengembangkan kemampuan menulis.
Di tengah keterbatasan yang dimiliki, penulis akan tetap semangat untuk mencari ilmu. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah dikatakan seorang politikus handal Dahlan Iskan yang begitu menginspirasi bahwa ..Tetap sabar, semangat dan tersenyum. Karena kamu sedang menimba ilmu di universitas kehidupan. Allah menaruhmu di tempatmu yang sekarang, bukan karena kebetulan. ***
Reportase : Elis Lisnawati
Editor: Adhyatnika GU