“GELIAT” PROGRAM KREATIFITAS SMPN 3 SINDANGKERTA

Sindangkerta (Newsroom). Memimpin sebuah sekolah yang relatif jauh dari pusat kota kabupaten menjadi tantangan tersendiri bagi H. Deni Jamaludin yang saat ini mendapat kepercayaan memimpin SMPN 3 Sindangkerta. Tapi justru dari keadaan itulah geliat kreatifitas warga sekolah terbangun. Dengan segala keterbatasan sarana yang dimiliki, SMPN 3 Sindangkerta pun menjelma menjadi institusi yang menawarkan program unggulan yang tidak kalah dengan sekolah-sekolah lainnya yang lebih dahulu hadir.

Deni mengungkapkan bahwa program unggulan yang dirintisnya sejak Juli 2018 diberi nama “GELIAT”, gerakan literasi terpadu. Sebuah program yang mengintegrasikan berbagai macam kegiatan kesiswaan; PMR, GLS-Readathon, Pramuka, ekstrakurikuler keolaharagaan dalam satu kegiatan unggulan ala SMPN 3 Sindangkerta. Semangat yang dibangun dalam program ini adalah menyiasati keterbatasan sarana prasarana dan kekurangan tenaga instruktur/pembina .

Seperti diketahui bahwa literasi tidak hanya sebatas baca tulis saja. Menurut Word Economic Forum (2016), para siswa memerlukan 16 keterampilan agar mampu bertahan di abad XXI, yakni literasi dasar (bagaimana peserta didik menerapkan keterampilan berliterasi untuk kehidupan sehari-hari), kompetensi (bagaimana peserta didik menyikapi tantangan yang kompleks), dan karakter (bagaimana peserta didik menyikapi perubahan lingkungan mereka).

Selain itu, ada juga tiga literasi lainnya yang perlu dikuasai oleh mereka, yakni literasi kesehatan, keselamatan (jalan dan mitigasi bencana), serta kriminal (sekolah aman). Literasi gesture pun perlu dipelajari untuk mendukung keterpahaman makna teks dan konteks dalam masyarakat multikultural dan konteks khusus para difabel. Semua ini merambah pada pemahaman multiliterasi.

Literasi merupakan sesuatu yang terus berkembang atau terus berproses, yang pada intinya adalah pemahaman terhadap teks dan konteksnya sebab manusia berurusan dengan teks sejak dilahirkan, masa kehidupan, hingga kematian. Keterpahaman terhadap beragam teks akan membantu keterpahaman kehidupan dan berbagai aspeknya karena teks itu representasi dari kehidupan individu dan masyarakat dalam budaya masing-masing.

Karena itu, berbagai macam kegiatan positif di lingkungan sekolah dapat dikategorikan sebagai bentuk literasi. Proses agar siswa menjadi literat, warga sekolah menjadi literat, yang akhirnya literat menjadi kultur atau budaya yang dimiliki individu atau sekolah tersebut, dengan berbagai macam kegiatan.

“Penumbuhan literasi di SMPN 3 Sindangkerta dilakukan melalui kegiatan “Geliat” yang secara rutin dilaksanakan dalam tiga tahapan literasi yaitu tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Diharapkan dengan mengintegrasikan berbagai macam kegaiatan yang ada dalam satu wadah akan lebih menggeliatkan animo para siswa untuk tampil dalam even-even positif di masa datang.” Kata Deni mengakhiri komentarnya.- AGU