Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
Matahari dan bulan adalah dua tanda kebesaran Allah. Keduanya mengalami gerhana bukan karena atau sebab bagi kematian atau kelahiran seseorang. (Rasulullah SAW)
Baru saja kita menyaksikan fenomena alam, gerhana bulan. Sebuah kejadian langka yang sering menarik perhatian semua. Bukan hanya tentang keberadaannya saja, tetapi sering dalam memaknainya. Hal ini perlu dicermati sehingga tidak salah dalam menyikapinya.
Seperti diketahui, pada masa pra-Islam masyarakat memandang gerhana, baik bulan maupun matahari, dengan cara berbeda-beda. Ada yang menghubungkannya dengan pertanda buruk dan tidak sedikit mengaitkannya dengan kematian seseorang. Hal ini, seperti yang pernah diyakini oleh masyarakat saat putra Rasulullah, sayidina Ibrahim, wafat.
Islam hadir untuk menepis anggapan di atas. Rasulullah menggiring pola pikir dan kebiasaan manusia untuk lebih memahami fenomena tersebut ke arah nilai-nilai spiritual, dan sosial. Hal inilah yang membuat Islam menjadi agama yang sangat rasional dalam menyikapi gerhana sebagai sebuah fenomena alam belaka. Seperti yang ditegaskan Allah Robbanâ mâ khalaqta hâdzâ bâthilan–Tuhan kami, tak sia-sia Kau ciptakan (gerhana) ini. (QS Ali Imran: 191).
Nilai-nilai spiritual yang diusung Rasulullah adalah bahwa fenomen gerhana mengingatkan manusia untuk tidak takabur, sombong. Dengan tidak sombong maka sehebat apapun atribut kemanusiaan, gelar, pangkat dan jabatan, akan mampu memaknai bahwa tidak satu pun makhluk yang akan mampu menandingi kekuasaan Allah.
Nilai lainnya adalah mengajak manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini ditandai dengan segera menyambut gerhana tersebut dengan melaksanakan salat sunah. Dengan mengerjakan salat maka hati hanya akan terpaut kepada Sang Khalik. Sehingga akan terbebas dari penjajahan hawa nafsu yang senantiasa menjerat diri ke dalam teralis malas beribadah.
Di dalam praktik salat diperoleh banyak keutamaan. Saat takbir, kita mengikrarkan diri bahwa yang Maha Agung hanyalah Allah. Begitupan saat ruku, nilai yang diperoleh adalah bahwa terdapat kesetaraan makhluk di hadapan Tuhan. Saat sujud pun manusia diajarkan untuk menginstrospeksi diri bahwa manusia berasal dari tanah. Tidak ada yang lebih mulia dihadapan Allah kecuali ketakwaan diri kepada-Nya.
Sementara itu, pada nilai sosial Rasulullah mengajarkan untuk memperbanyak sedekah. Hal ini menunjukkan bahwa harus ada keseimbangan diri yang harus dijaga. Saat hati hanya terpaut kepada Allah dengan salat maka haruslah diimplementasikan dengan kepekaan dan kepedulian kepada kaum yang kurang beruntung. Sedekah adalah salah satu lading amal yang akan mendidik diri untuk senantiasa berbagi kepada sesama.
Terdapat dimensi pada kesalihan spiritual dengan kesalihan sosial dalam ajaran Rasulullah. Hal tersebut sangat diperlukan pada masa sekarang. Di saat kondisi pandemi belum berakhir maka janganlah hubungan dengan Tuhan terputus. Begitupun dengan hubungan sosial janganlah tergerus.
Itulah pendidikan Islam yang selalu mengedepankan keseimbangan hubungan vertikal dengan horisontal. Dan memang Islam hadir sebagai agama yang dalam misinya meluruskan ketauhidan dan ‘memanusiakan manusia’.
Akhirnya, hadirnya gerhana bulan harus dimaknai secara komprehensif dan disikapi secara positif. Mendekatkan diri kepada Allah dengan salat sunah untuk meng-upgrade diri agar lebih beriman dan men’training’ diri agar lebih peka dan peduli kepada sesama. Sehingga akan berbuah sedekah yang akan menjadikan diri tidak hanya salih secara spiritual tetapi juga sosial.***
Profil Penulis:
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com., Ig.@adhyatnika geusan ulun.