Cipongkor-(Newsroom). Gerakan Literasi Sekolah (GLS) SMPN 1 Cipongkor mendukung program Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB) 2021 yang diluncurkan GLS Mekar Kab. Bandung Barat. Dukungan tersebut diwujudkan dengan menyiapkan segala persyaratan yang diwajibkan TMBB baru-baru ini.
Kepala SMPN 1 Cipongkor, Agus Solihin, mengungkapkan literasi merupakan kebutuhan yang harus dimiliki warga sekolah. Menurutnya, untuk menjadikan sekolah literat diperlukan keseriusan dalam membangun budaya membaca, menulis, berkarya, dan inovasi di bidang literasi. Oleh karena itu, pihaknya mendorong tim GLS di sekolah untuk sesegera mungkin menyiapkan segala persyaratan yang diwajibkan TMBB yang dikeluarkan GLS Mekar Kab. Bandung Barat.
“Literasi saat ini sudah menjadi satu kebutuhan yang harus dimiliki warga sekolah. Oleh karena itu, untuk mewujudkan sekolah yang literat diperlukan kesungguhan semua pihak dalam membangun budaya membaca, menulis, berkarya, dan inovasi di bidang literasi,” ungkapnya.
Lebih jauh disampaikan, TMBB 2021 merupakan sarana aktualisasi diri untuk meningkatkan kemampuan literasi warga sekolah. Terlebih saat ini tantangannya sesuai dengan tuntutan era digital yang menuntut pemanfaatan berbagai flat form media sosial.
Seperti diketahui, pada tahun 2021 ini GLS Mekar telah meluncurkan kembali program TMBB yang pelaksanaannya diselenggarkan selama tiga bulan, mulai 13 September -13 Desember 2021. Adapun tema yang diusungnya, yakni Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Wujudkan Literasi Digital untuk Bandung Barat. Sementara, tujuan utamanya adalah meningkatkan minat baca untuk menumbuhkan dan membangun budaya Literasi di Sekolah.
Selanjutnya, di TMBB 2021 peserta terbuka untuk semua SMP negeri dan swasta yang ada di Kab. Bandung Barat, dengan melibatkan semua unsur-kepala sekolah, guru dan siswa. Kemudian, terdapat tiga kategori TMBB, yakni Kategori A-Sekolah Dedikatif Literasi, Kategori B-Sekolah Inspiratif Literasi, Kategori C- Sekolah Inovatif Literasi.
Untuk Sekolah Dedikatif Literasi yang merupakan level pertama dengan tantangan yang paling ringan. Kategori ini dikhususkan bagi sekolah yang baru bergabung dalam program TMBB atau sekolah yang memiliki keterbatasan dalam menghasilkan karya bersama dan pemanfaatan sosial media.
Sementara untuk Sekolah Inpsiratif Literasi dikhususkan bagi sekolah yang pernah mengikuti TMBB periode sebelumnya, dan bertekad menuntaskan tantangan dengan menghasilkan buku karya bersama yang ber-ISBN, namun memiliki keterbatasan dalam pemanfaatan sosial media.
Sedangkan, Sekolah Inovatif literasi adalah level ketiga. Kategori ini dikhususkan bagi sekolah yang berpotensi dan mahir memanfaatkan aplikasi sosial media -youtube, Instagram, dan lain-lain, dalam menginformasikan kegiatan literasi di sekolahnya.
Sementara itu, Novy Citra Pratiwi, Ketua GLS Satu Hati SMPN 1 Cipongkor, menyampaikan tema yang diusung GLS Mekar di TMBB 2021, sangat mendukung keadaan literasi saat ini yang dibentuk dengan serba digital. Menurutnya, literasi digital tidak hanya menitikberatkan pada pembiasaan membaca dan menulis, tetapi juga pada literasi yang berbasis teknologi, sehingga menciptakan generasi yang cakap dalam memanfaatkan teknologi untuk kegiatan literasi yang pada akhirnya memudahkan mereka untuk mengakses berbagai ilmu pengetahuan secara luas.
“Mendengar kabar (tema) ini, saya merasa ikut antusias. Dan semoga, dengan adanya gerakan literasi digital ini tidak hanya menitikberatkan pada pembiasaan membaca dan menulis, tetapi juga pada literasi yang berbasis teknologi, sehingga menciptakan generasi-generasi yang cakap dalam memanfaatkan teknologi untuk kegiatan literasi yang pada akhirnya memudahkan mereka untuk mengakses berbagai ilmu pengetahuan yang tidak terbatas,” ungkapnya kepada Newsroom, Kamis (2/9/21).
Ditambahkannya, secara bahasa literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Namun, jika diartikan secara lebih dalam, literasi tidak hanya sebatas itu, literasi juga merupakan kemampuan memahami karya-karya dalam dunia menulis.
Novy memaparkan, dalam menikmati karya tulis, di era saat ini kita sangat dimanjakan oleh teknologi. Berbagai aplikasi perpustakaan digital bermunculan, mulai dari iPusnas, iJakarta, ePerpus, dan masih banyak lagi yang jumlahnya tidak terbatas. Menyediakan berbagai macam genre tulisan fiksi atau non fiksi yang bisa dipinjam dan dibaca kapan dan di mana pun, tentu, dengan tidak mengenyampingkan buku cetak. Namun, Perpustakaan digital ini jelas memudahkan semua pihak untuk menggali sumber bacaan.
Di sisi lain, Lani Mulyani, salah seorang tim GLS Satu Hati, menyampaikan keberadaan GLs menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan. Termasuk siswa akan lebih giat dalam membaca, baik buku fiksi atau nonfiksi maupun menjaga pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Di lain pihak, Hanifah Munfarijah, tim GLS lainnya, mengungkapkan GLS merupakan sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa. Hal ini sesuai dengan Nawa Cita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo yang salah satunya membentuk masyarakat literat dengan memilki karakter yang kuat.
“Saya memiliki harapan dengan adanya kegiatan GLS siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Selain itu, saya pun berharap GLS ini akan menjadi budaya juga dilingkungan sekolah, kesan membaca hanya sebagai kebutuhan yang dimiliki oleh siswa sementara warga lainnya-guru, pegawai,dan orang tua, belum menjadikan membaca sebagai sebuah kebutuhan. Nah, dengan adanya GLS mudah-mudahan akan menjadikan warga sekolah memiliki kebiasaan dan kemampuan membaca yang lebih baik dari waktu ke waktu, sehingga dapat menjadi masyarakat literat yang memiliki karakter kuat sesuai dengan salah satu tujuan Nawa Cita dari Presiden Joko Widodo,” tandasnya.***
Berita: Adhyatnika Geusan Ulun
Sumber Berita: Novy Citra Pratiwi, S.Pd (Guru Matematika-Ketua GLS SATU HATI SMPN 1 Cipongkor)