Oleh: Lilik Ratna Senjaya
(Guru SDN Kanangasari)
Salah satu hal yang paling berkesan dilakukan oleh penulis saat mengikuti Program Pelatihan Guru Penggerak (PPGP) adalah berlatih meningkatkan kompetensi manajemen sekolah dengan mengembangkan dan merumuskan visi sekolah yang berorientasi pada murid.
Bermula dari belajar untuk merumuskan visi guru penggerak, penulis menyadari ternyata merumuskan sebuah visi bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang penulis pelajari ketika merumuskan visi guru penggerak, mulai dari pemilihan kata dan padanan kalimat visi yang harus berorientasi pada murid, menentukan prakarsa perubahan, dan mengimplementasikan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) melalui model tahapan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi).
Visi guru penggerak menjadi langkah awal penulis untuk memulai gerakan perubahan yang lebih baik di kelas yang penulis ampu sebagai penjabaran dari murid impian dan pengembangan visi sekolah. Adapun visi guru penggerak yang penulis susun yakni, “Terwujudnya murid yang cerdas, mandiri, dan berbudi pekerti” dengan prakarsa perubahan ”Meningkatkan nilai budi pekerti pada murid di sekolah”.
Tujuan dari aksi nyata tersebut yaitu mewujudkan murid yang memiliki nilai budi pekerti luhur melalui kegiatan pembiasaan dan kegiatan pembelajaran. Adapun tahapan yang dilakukan, terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan refleksi.
Aktivitas yang dilakukan oleh penulis pada tahap persiapan, yaitu penulis merumuskan ide strategi untuk meningkatkan nilai budi pekerti murid melalui kegiatan pembiasaan, pembelajaran, dan kegiatan positif lainnya. Kemudian, penulis merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna yang mendukung penguatan nilai budi pekerti. Penulis juga berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk meminta saran.
Pada tahap pelaksanaan, penulis mengimplementasikan prakarsa perubahan yang telah disusun dalam tahapan BAGJA dengan melaksanakan pembelajaran, pembiasaan, dan praktik baik lainnya yang dapat diadopsi oleh murid. Rangkaian kegiatan yang dilakukan merujuk pada upaya peningkatan nilai budi pekerti murid. Strategi yang digalakkan adalah pengenalan dan penguatan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun) kepada murid.
Penguatan budaya 5S diimplementasikan melalui pembiasaan baris-berbaris, periksa kuku, dilanjutkan guru dan murid melakukan salam semangat yang dilakukan sebelum masuk kelas. Hal ini bertujuan agar murid menerapkan budaya antri, menjaga kebersihan, dan lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu, guru mengingatkan murid untuk selalu menanamkan 4 kata ajaib, yaitu ”permisi”, ”maaf”, ”tolong”, dan ”terima kasih”. Saat proses pembelajaran, murid dibiasakan untuk berperilaku sopan, saling menghormati dan menghargai antarsesama, menjunjung tinggi nilai kejujuran, tanggung jawab, dan gotong royong. Penulis juga melakukan penguatan budaya 5S melalui poster yang ditempel di area sekolah. Tidak sebatas itu, penerapan budaya 5S juga diterapkan dalam berbagai praktik baik lainnya.
Pada tahap refleksi, penulis merasa bersyukur karena sepanjang pelaksanaan aksi nyata, murid menunjukkan respon positif dan menampakkan perilaku positif. Adapun rencana tindak lanjut kedepannya adalah menyempurnakan kekurangan saat pelaksanaan aksi nyata dengan menerima saran dan kritik yang diberikan oleh pimpinan, rekan sejawat, dan murid sebagai bahan perbaikan untuk kedepannya. **