Oleh: Danni Haryanto, S.Pd
(SMKN 1 Cihampelas)
Aksi nyata yang paling berkesan dan penuh dengan tantangan adalah pada saat Calon Guru Penggerak mempelajari Modul 1.3 mengenai teori Inkuiri Apresiatif (IA) dan menyusun kerangka tahapan BAGJA. Mengapa demikian? Karena dalam aksi nyata ini Calon Guru Penggerak bersama-sama dengan kepala sekolah, dewan guru dan peserta didik untuk mengkaji visi misi sekolah apakah sudah sesuai dengan tahapan BAGJA dan memenuhi kriteria pendekatan berfikir menggunakan Inkuiri Apresiatif (IA).
Pada tahapan ini penulis harus menelaah visi misi sekolah yang tertera dan sudah berjalan selama kurun waktu 14 tahun semenjak sekolah ini berdiri pada tahun 2007 sampai dengan sekarang. Langkah pertama yang penulis ambil adalah berkonsultasi dengan kepala sekolah, komite, serta tokoh masyarakat yang berperan serta dalam pendirian SMK Negeri 1 Cihampelas.
Setelah instruksi pengerjaan yang jelas yang tertera pada LMS, kami para Calon Guru Penggerak pun mendapatkan arahan dan bimbingan dari guru pendamping praktik. Bimbingan dan arahan dari guru pendamping ini sangat membantu dalam menentukan langkah aksi nyata yang akan kami lakukan, dalam hal ini khususnya penulis pribadi yang dibimbing oleh Ibu Prita Tania Rahmandita, M.Pd merupakan angin segar karena beliau sangat intens membimbing calon guru penggerak untuk menuntaskan setiap tugas, baik itu dalam bentuk LMS maupun dalam bentuk aksi nyata.
Setelah penulis berkonsultasi dengan kepala sekolah, komite dan dewan guru maka selanjutnya penulis mengundang pihak terkait untuk duduk bersama mengkaji dan menelaah visi misi yang ada pada sekolah tercinta SMK Negeri 1 Cihampelas, kami memulai diskusi dengan membahas kalimat rumpang untuk menunjukkan keinginan para peserta didik sampai ke tahapan BAGJA.
Dalam diskusi tersebut kami menemukan beberapa perbedaan pendapat, yang mana dalam hal ini adalah sebuah kewajaran karena kita semua memiliki perbedaan pandangan dalam memaknai keinginan sekolah yang merupakan fondasi dalam mencanangkan sebuah visi misi sekolah. Hal inilah yang menurut penulis sebuah tantangan terbesar di mana penulis harus mengumpulkan beberapa perwakilan guru, kepala sekolah dan perwakilan orang tua serta peserta didik.
Hal yang paling kurang berkenan di hati penulis adalah cibiran kepada kami Calon Guru Penggerak dari mereka yang tidak mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak dan menganggap bahwa kami kurang layak dalam merumuskan visi misi sekolah atau bahkan mengganti visi misi sekolah tersebut, namun dalam perjalanannya penulis pribadi tidak menghiraukan cibiran tersebut dan tetap fokus kepada tujuan kami yaitu bersama-sama dalam mengkaji visi misi sekolah saat ini.
Akhirnya setelah kami berdiskusi dengan durasi yang cukup lama dan dihadiri oleh kepala sekolah serta ibu pendamping praktik, kepala sekolah akhirnya menyimpulkan bahwa visi misi sekolah yang ada pada saat ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan peserta didik dan kondisi lingkungan baik regional maupun global saat ini, sehingga kepala sekolah berharap para Guru Penggerak dan Calon Guru Penggerak dapat menjadi mesin penggerak dalam mengkaji proses pergantian visi misi sekolah menjadi visi misi yang relevan dengan kondisi saat ini.
Seperti pepatah Amerika mengatakan “Don’t try this at home if you are homeless” yang artinya “hal mustahil bisa menjadi kenyataan ketika kita mempunyai ruang pola pikir yang mumpuni sehingga kesulitan bisa teratasi”.
Salam Guru Penggerak ! Bergerak Bersama Demi Merdeka Belajar yang Bahagia!