Oleh: Iham kamaludin Sumantri S.S,.Gr,.M.Ikom
(SMAN 1 Cipongkor)
Karuhun Sunda telah memiliki tradisi tersendiri untuk menata kehidupan, baik yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, maupun hubungan manusia dengan Tuhan. Aturan penataan tersebut ada yang tercatat dalam tradisi tulis, di antaranya dalam naskah kuno Sanghyang Siksakandang Karesian (SSK) yang ditulis tahun 1518 (Danasasmita, 1987:5), banyak pula yang tersebar dalam ingatan kolektif masyarakat berupa ungkapan lisan.
Penataan yang dilakukan leluhur Sunda tersebut hampir menyentuh seluruh sektor kehidupan, mulai dari pendidikan, keagamaan, pemerintahan, kemasyarakatan, hukum, lingkungan, kesenian, dan yang lainnya, seperi tertera pada naskah SSKK. Maka tidak berlebihan jika naskah tersebut dianggap sebagai pedoman moral pada jamannya.
Petunjuk perilaku yang tergambar dalam naskah SSK bahkan telah diformulasikan dalam ungkapan bilangan klitik dan simbol yang mudah diingat, misalnya catur yogya (empat hal yang terpuji) yaitu: emas, jujur dalam perkataan dan tidak berbohong; perak, hidup tentram dan bahagia; permata, hidup tenang dan lapang; intan, murah senyum dan baik hati.
Naskah SSK pun mengingatkan agar senantiasa waspada dan menjauhi pancagati (lima penyakit) yaitu keserakahan, kebodohan, kejahatan, kesombongan, dan keangkuhan. Berkaitan dengan tugas manusia, naskah SSK menyebut sadguna, yaitu enam kegunaan, meliputi nyangka (citacita), nyigi (untaian), ngiket (mengikat), nyigeung (membagi/menyamakan), ngaruang (menggali), dan ngarombong (membatasi).
Adapun cara mencapai kesejahteraan dan agar terhindar dari dosa dan celaka, SSK mengamanatkan dasa kreta, yaitu sepuluh kesejahteraan yang dicapai karena mampu menjaga sepuluh sumber nafsu, yaitu: telinga¸jangan mendengarkan yang tidak layak didengarkan karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; mata jangan sembarang melihat yang tidak layak dipandang karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; kulit jangan digelisahkan karena panas ataupun dingin karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; lidah jangan salah kecap karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; hidung jangan salah mencium karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; mulut jangan sembarang bicara karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; tangan jangan sembarang mengambil karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; kaki jangan sembarang melangkah karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; tumbung (dubur) jangan dipakai “keter” (hubungan sejenis/homoseksual) karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka; baga-purusa (kelamin perempuan – laki-laki) jangan dipakai berzinah karena menjadi pintu bencana, penyebab celaka di dasar kenistaan neraka.
Norma-norma lainnya yang tedapat dalam naskah SSK di antaranya catur yatna (empat kewaspadaan), catur utama (empat keutamaan), catur buta (empat hal yang mengerikan), panca tatagata (lima kenyataan), panca byapara (lima pelindung), panca gati (lima penyakit), panca parisuda (lima penawar), dasa sila (sepuluh larangan), dasa kalesa (sepuluh noda/dosa), dasa pasanta (sepuluh penenang hati), dan dasa prebakti (sepuluh pengabdian).
Berbagai pedoman perilaku yang mengatur sikap dan pebuatan tersebut tujuannya tiada lain untuk menciptakan ketertiban sosial dengan semaksimal mungkin menghindari perbuatan tercela. Itulah yang dicita-citakan sang darma, kesejatian hidup, manusia sempurna, nu luhung elmuna, jembar budayana, pengkuh agamana, tur rancage gawena, nu teu unggut kalinduan tara gedag kaanginan.
Masagi adalah filosofi Sunda yang singkat-padat. Tapi memiliki makna yang mendalam dan penuh makna ”Jelema Masagi” artinya sempurna. Filosofi ”Masagi” yaitu bagaimana berproses menjadi manusia yang memiliki pribadi yang kokoh, ajeg atau seimbang dalam berpikir, merasa, dan bertindak. “Pintar saja tidak cukup, harus dilengkapi kekuatan akhlak, kekuatan spiritualitas, kekuatan fisik yang kita sebut dengan Jabar Masagi,
Jabar Masagi merupakan program yang bertujuan menguatkan fondasi generasi muda di Jabar dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Hal itu diwujudkan dengan mengembalikan pendidikan budi pekerti yang berdampak pada perilaku sosial. Yang mana nilai-nilai kearifan lokal Jabar menjadi dasarnya. Dengan Jabar Masagi, generasi muda diharapkan dapat menjadi manusia berbudaya. Manusia berbudaya ini memiliki kemampuan untuk bisa belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar melakukan (bukti), belajar hidup bersama (bakti/dumadi nyata).
Program SMAN 1 Cipongkor sendiri memiliki berbagai progam unggulan. Hal diantaranya PERSIB DAY (Pekan Elok Resik Sehat Indah Babarengan Day) SMAN 1 Cipongkor. PERSIB DAY adalah salah satu program unggulan juga di SMAN 1 Cipongkor, Adapun kegiatan didalamnya yaitu dengan bersih-bersih di lingkungan SMAN 1 Cipongkor. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat menciptakan kegiatan pembelajaran yang nyaman itu sebagai tujuan dengan diadakannya program PERSIB Day. Program ini dilaksanakan secara rutin selama 1 bulan sekali atau 3 bulan sekali. Tidak hanya peserta didik. Guru dan Staff TU pun ikut melaksanakan dan mengsukseskan program PERSIB Day.
Kontribusi Jabar Masagi dalam Penguatan Nilai-Nilai
Pancasila Jabar Masagi adalah fokus membangun manusia. Jabar Masagi adalah menumbuhkan manusia Masagi Jawa Barat untuk belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar melakukan (bukti/karsa), belajar hidup bersama (bakti/dumadi nyata) untuk melayani.
Manusia Masagi Niti Surti
Manusia tersebut adalah Manusia Jabar yang belajar untuk merasakan, menghargai prikehidupan manusiawi. Seseorang perlu memiliki kepekaan baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, juga dalam menyikapi gejala atau fenomena sosial yang terjadi. Sumber kepekaan adalah hati dan rasa. Kepekaan adalah wujud dari kepedulian. Peka dan peduli adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Manusia Masagi Niti Harti,
Manusia tersebut bearti manusia yang belajar untuk mengetahui megembangkan akal. Manusia yang mengerti atau memahami tentang kehidupan. Intinya seseorang perlu memiliki wawasan yang luas, mampu memahaminya, dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata harti tidak dapat lepas dari kata pangarti, pangabisa, atau pangaweruh yang zaman sekarang disebut sebagai kompetensi, yaitu sejumlah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dicerminkan dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan setelah mengikuti sebuah proses pendidikan.
Manusia Masagi Niti Bukti
Manusia tersebut adalah bermakna adalah manusia Jabar yang belajar untuk melakukan, membuktikan laku diri. Artinya seseorang harus mampu berkarya atau memberi bukti. Generasi muda sebagai agen perubahan dan calon penerus pembangunan harus menjadi generasi yang pandai berkarya dan memberikan bukti sebagai bukti peran sertanya dalam pembangunan bangsa dan negara. Kebermanfaatan seseorang tergantung dari sejauh mana bukti, karya, kinerja, dan kebermanfaatannya untuk orang lain.
Ngabakti
Berartinya bisa dalam artian seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, bakti murid terhadap gurunya, atau bakti seorang warga negara terhadap bangsa dan negaranya. Bakti seorang anak terhadap orang tua misalnya dengan melaksanakan perintah orang tua, menaati nasihatnya, membantu pekerjaan orang tua, dan tidak menyakiti hatinya. Bakti murid terhadap guru misalnya belajar dengan sungguh-sungguh, melaksanakan perintahnya, dan menaati nasihatnya.
Bakti seorang warga negara terhadap bangsa dan negaranya misalnya dengan berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengaan profesi, pekerjaan, dan kemampuannya masing-masing. Dalam kehidupan masyarakat kita mengenal isitilah “kerja bakti” atau juga disebut dengan gotong royong, yaitu bekerja bersama-sama membangun, memperbaiki, atau membersihkan fasilitas umum untuk kepentingan publik
Penerapan Jabar Masagi di SMA 1 CIPONGKOR
Penerapan Kurikulum Jabar Masagi di SMA 1 Cipongkor melibatkan beragam Kompetensi Dasar pada aneka mata pelajaran. Adapun rincian 4 (empat) niti pada proyek pembelajaran dengan pembuatan bawang goreng di SMA 1 Cipongkor adalah sebagai berikut:
Niti Surti
Penerapan niti surti dalam Persib day itu sendiri adalah, pihak manajemen dalm hal ini kepala sekolah membuat sebuah pemahaman kepada guru-guru dan TAS di sekolah. Dimulai dari pemahaman tentang PERSIB day itu sendiri dan aplikasi kepada pihak sekolah. Selanjutnya menjadi bahan kedepan untuk pengaplikasian.
Niti Harti
Pada proses ini dilakukan sebuah sosialisasi kepada peserta didik dalam hal ini grup kelas. Selanjutnya diberikan teknis kepada peserta didik untuk dilakukan. Selanjutnya dijelaskan secara terperinci. Sehingga wali kelas memonitoring dan ikut bersama peserta didik ikut serta.
Niti Bukti
Pelaksanaan Persib day yang dilakukan bersama wali kelas di dalam kelas masing-masing. Selanjutnya wali kelas sendiri membuat list yang sudah dikerjakan oleh peserta ddik dan berbagai aktifitas.
Niti Bakti
Niti bakti disini adalah keberlangsungan selama Persib day itu sendiri. Dan publikasi kepada lingkungan baik di sekolah maupun di luar sekolah hal ini. Hal ini diliat dari link https://www.instagram.com/p/CvOz5g0utiD/.
Referensi
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2020). Panduan Kurikulum Jabar Masagi: Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA/SMK/SLB. Kosasih. (2014). Strategi Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Yarma Widya. Ilmi, D. (2015).
Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Kearifan Lokal Melalui Ungkapan Bijak Minangkabau. Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1 Insyasiska,D. Zubaidah, S. Susilo, H. (2015).
Pengaruh Project Based Learning Terhadap Motivasi Belajar, Kreativitas, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Kemampuan Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi.Jurnal Pendidikan Biologi Volume 7 Nomor 1,hlm. 9-21 Maya Nurfitriyanti. (2016).
Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif 6(2): 149-160, ISSN: 2088-351X Nurhidayati, I. (2018).
Analisis Kontribusi Pendapatan Wanita Tani dalam Kegiatan Pasca Panen Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Jurnal Bisnis Tani Vol 4 No 1 ISSN 2477-3468 Universitas Teuku Umar pp. 77-83 77 BPS. 2015.