Oleh: Dani Husna Rahman
(Guru SD Negeri 1 Cililin)
SD Negeri 1 Cililin adalah salah satu sekolah Inklusif di Kabupaten Bandung Barat. Kami harus menerima siswa apapun kondisinya. oleh karena itu, banyak sekali siswa kami yang mempunyai kesulitan belajar. Siswa dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai semangat belajar yang kurang, mereka sulit berkomunikasi dan cenderung tidak percaya diri pada akhirnya mereka menjadi korban bulliying dan dijauhi teman temannya. Akibatnya, siswa dengan kesulitan belajar akan malas untuk bersekolah mereka pun dianggap tidak ada karena mereka hanya beban dan penghambat untuk kemjuan sekolah.
Penulis percaya bahwa pendidikan adalah hak untuk semua orang. Oleh karena itu, siswa yang termarjinalkan seperti siswa dengan kesulitan belajar sudah selayaknya mendapatkan perhatian lebih. Oleh karena itu, penulis membuat Kelas HEBAT sebuah kelas yang mengumpulkan semua anak dengan kesulitan belajar di SD Negeri 1 Cililin lalu kami memberikan intervensi yang disesuaikan dengan kesulitan belajarnya. Diharapkan mereka yang telah lulus dari kelas HEBAT dapat Kembali kelingkungan belajarnya dengan lebih percaya diri dan setara dengan siswa lain pada umumnya.
Kelas HEBAT (Humanis, Empati, Bersama, Aku & Kamu Tidak Berbeda) adalah sebuah program Kokulikuler sebagai bentuk keperdulian kami kepada siswa dengan kesulitan belajar yang sangat banyak di sekolah kami. Kesulitan belajar diantaranya tidak bisa membaca, tidak bisa menulis lalu ada kesulitan belajar spesifik diantaranya disleksia dan diskalkulia.
Perlu diingat, kesulitan belajar berbeda dengan ketidakmampuan belajar. Siswa dengan kesulitan belajar memiliki potensi untuk mencapai tingkat yang sesuai dengan usianya setelah diberikan program yang sesuai dan dukungan yang tepat (Auspeld, 2008) Artinya, siswa dengan kesulitan belajar mempunyai hambatan yang bisa dihilangkan agar mereka dapat kembali pada potensi yang dimilikinya, berbeda dengan siswa dengan ketidakmampuan belajar. Siswa ini tidak bisa mengingat dan memproses informasi yang didapat disebabkan oleh gangguan pada system syaraf (otak). Siswa dengan ketidakmampuan belajar mempunyai hambatan yang tidak bisa dihilangkan sehingga sekeras apapun guru berusaha mereka tidak akan pernah bisa setara dengan siswa lain pada umumnya
Identifikasi awal terhadap siswa yang berisiko mengalami kesulitan literasi dan numerasi, lalu pengenalan intervensi dan dukungan yang efektif adalah kunci keberhasilan pendidikan (Auspeld, 2022) Oleh karena itu, kami melakukan identifikasi awal dengan cara bertanya ke setiap guru kelas lalu setiap siswa yang teridentifikasi mempunyai kesulitan belajar kami kumpulkan di ruang kelas HEBAT dan dilakukan identifikasi lanjutan berupa observasi langsung. Hasil dari observasi langsung ini kami simpan dalam bentuk file, kami memiliki waktu maksimal 1 bulan untuk mempelajari setiap file nya dan kami tentukan intervensi serta dukungan apa yang harus diberikan.
Setelah proses identifikasi awal slelsai, kami melanjutkan ketahap selanjutnya yaitu pemberian intevensi dan dukungan. Pemberian intervensi bagi anak yang tidak bisa membaca dan menulis kami berikan les membaca dan menulis dengan metode tertentu dan menggunakan berbagai alat penunjang seperti gambar dan aplikasi di tablet. Untuk yang mempunyai kesulitan belajar spesifik sperti disleksia dan diskalkulia kami melibatkan guru pembimbing khusus yang berkompeten di bidangnya.
Jadwal kelas Hebat untuk kelas 1 sampai dengan kelas 3, intervensi dilakukan setiap hari setelah pulang sekolah yaitu dari jam 11.00 sd 12.00. Jadwal kelas 4 sampai dengan kelas 6 intervensi dilakukan seminggu 2 kali yaitu hari Selasa dan Kamis setelah jam istirahat yaitu dari jam 11.00 sd 12.00. Setiap satu bulan sekali di akhir bulan kelas HEBAT mengumpulkan semua member kelasnya untuk ikut serta dalam acara fun games atau sekedar makan bersama sekaligus pemberian motivasi yang diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan kepercayan diri mereka.
Kami percaya dengan adanya kelas HEBAT rasa humanis akan semakin meningkat. Setiap siswa lebih empati, kebersamaan akan semakin terjaga karena ‘aku’ (siswa dengan kesulitan belajar) & ‘kamu’ (siswa pada umumnya) tidak berbeda. ‘Kami’ adalah siswa SD Negeri 1 Cililin dan kami adalah siswa Indonesia yang percaya bahwa pendidikan harus adil untuk semua anak di Indonesia. **