BATUJAJAR- (NEWSROOM) Hingar bingar pemberitaan di media elektronik maupun media sosial akhir-akhir ini mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan sejumlah siswa SMP di beberapa kota di Jawa Barat sangat memprihatinkan. Hal tersebut membuat cemas orang tua dan guru.
“Dulu, kejahatan itu hanya terdengar dan terlihat saja di media elektronik. Namun, zaman sekarang, kejahatan terjadi dan dialami di lingkungan terdekat kita. Maka dari itu semenjak dini kita harus membentengi siswa-siswi supaya lebih mendekatkan diri pada sang Maha Pencipta,” ujar Atang Kurniawan, Kepala SMPN 2 Batujajar saat dimintai keterangan tentang program Kelasku Musholaku di sekolahnya, Selasa (23/10/18).
Tak sedikit siswa SMP terjebak dalam pergaulan menyimpang yang melanggar norma-norma agama dan sosial yang berujung pada pelanggaran hukum seperti penyalahgunaan narkoba dan pergaulan bebas, bahkan bisa juga terjun pada LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender). LGBT adalah salah satu bentuk penyimpangan perilaku yang diakibatkan oleh kesalahan dalam bergaul dan kurangnya pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak secara utuh. Kaum LGBT sudah terang terangan mengakui keberadaan mereka dengan menambah jumlah mereka melalui pencarian anak-anak yang masih mencari jati diri, membentuk komunitas khusus lewat laman grup di medsos hingga menggunakan tempat umum sebagai titik pertemuan.
Program “Kelasku Musholaku” SMPN 2 Batujajar yang diluncurkan pada awal September 2018 adalah bentuk usaha maksimal untuk membantu anak anak dalam meningkatkan ibadah ritualnya dengan harapan dapat membentengi mereka dari perilaku perilaku menyimpang. Program ini diisi dengan kegiatan sholat dhuha bersama, tadarus alqur’an dan do’a bersama yang dibimbing oleh wali kelas secara langsung.
Bukan tidak ada mesjid di sekolah tersebut, namun karena kapasitas mesjid yang tidak cukup menampung siswa saat ada kegiatan keagamaan yang berlangsung secara terpusat dan melibatkan 24 rombongan belajar, akhirnya diputuskan kegiatan dilaksanakan di ruang kelas masing-masing.
“Kelasku Musholaku” adalah kegiatan menyulap ruangan kelas menjadi mushola sederhana. Memanfaatkan bagian belakang kelas dengan dipasangi karpet beberapa meter, ada batas suci di depan teras kelas yang ditandai oleh bangku dan tulisan sederhana yang di print out.
Kegiatan “’Kelasku Musholaku” ini untuk pertama kalinya dirintis kelas IX E dengan wali kelasnya bernama Lilis Jumaesih. Kegiatan ini mendapat respon positif dari kelas kelas lainnya sehingga dengan semangat mulai membersihkan kelasnya masing-masing untuk dijadikan mushola kegiatan solat dhuha, dzuhur, dan tadarus berjamaah.
Kegiatan ini memang bukan bentuk usaha yang mudah dari wali kelas, butuh semangat dan kerja keras dalam menjalaninya karena ini adalah salah satu cara untuk membentuk karakter yang hasilnya tidak bisa dilihat dalam waktu dekat. Konsistensi dan pengawasan wali kelas yang ingin siswanya menjadi lebih religius harus tetap terjaga. Sesuai dengan program PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) yang berupaya menjadikan siswa lebih religius.
Untuk membentengi siswa dari perilaku menyimpang dan melanggar norma agama seperti Penyalahgunaan narkoba dan LGBT salah satunya dengan membentuk kesadaran bahwa begitu pentingnya mengenal, mengolah hati dan rasa sesuai tuntunan agama. Hal ini sesuai dengan dimensi pendidikan karakter yang pertama yaitu olah hati (etik) yang sasarannya adalalah siswa bisa menjadi individu yang memiliki kerohanian mendalam, beriman, dan bertakwa.
Dalam Kurikulum 2013 setiap sekolah negeri hanya memiliki waktu 3 jam pelajaran untuk memberikan pengetahuan tentang agama dalam 1 minggu oleh guru agama. Hal tersebut akan menjadi hambatan bagi guru agama untuk bisa mengoptimalkan kegiatan keagamaan dalam pembelajaran.
Melalui peran wali kelas sebagai center dari kegiatan “Kelasku Musholaku” akan banyak manfaat yang didapat di kelas tersebut, di antaranya adalah:
- Terjalinnya keakraban siswa dan wali kelas ,sehingga timbul kasih sayang yang kuat. Dengan kasih sayanglah hal-hal negatif bisa berubah jadi positif secara perlahan hingga karakter yang diharapkan bisa tercipta. Hal tersebut otomatis dapat membentengi siswa dari perilaku-perilaku menyimpang yang melanggar norma agama,sosial dan hukum seperti LGBT, penyalah gunaan narkoba, dll.
- Kebersihan kelas tetap terjaga, karena tiap hari siswa bertanggung jawab untuk menjaga setiap mushola kelasnya tetap bersih untuk dipakai kegiatan sholat berjamaah
Desi, seorang siswi SMPN 2 Batujajar mengaku bahwa dengan sholat dhuha bersama, dzikir dan juga mengaji keadaan hatinya menjadi lebih tenang, kelasnya lebih adem dan nyaman serta merasa ketagihan tiap hari untuk melakukan kegiatan yang sama meskipun kegiatan tersebut hanya rutin dilakukan pada hari kamis dan jum’at selama 20 menit saat jadwal pembiasaan dimasukkan ke dalam jadwal pelajaran.
“Setelah beberapa minggu terakhir kegiatan Kelasku Musholaku diadakan di kelas kami, ,saya merasakan begitu banyak perubahan, keadaan kelas menjadi lebih bersih, hati menjadi damai, tentram, lebih dekat dengan wali kelas dan nyaman. Pungkas Desi. *** Ries.