Oleh : Budhi Slamet. S
LEMBANG-(NEWSROOM). Sampai saat ini sampah menjadi masalah besar baik di daerah maupun skala nasional. Hal ini dapat diketahui dari pemberitaan di beberapa daerah di Indonesia yang masih mengalami kendala terkait volume sampah yang terus meningkat, sementara tempat pembuangan akhir (TPA) semakin berkurang. Hal ini diperparah masih banyak perilaku masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas untuk memberikan pengetahuan dan pembiasaan kepada siswa agar mampu dan terbiasa membuang dan mengelola sampah dengan baik. Sampah seringkali dipandang sebagai benda yang menjijikan, tidak memiliki manfaat bahkan bisa mendatangkan bencana. Kesan menjijikan tersebut salah satunya disebabkan kurangnya pengenalan bagaimana cara pengelolaan sampah dengan baik sehingga bermanfaat.
“Sampah jika dikelola dengan baik maka akan menjadi berkah,” ungkap Endang Supriatna, Kepala SMPN 1 Lembang saat membuka pelatihan pengelolaan sampah bagi siswa dan guru di kampus SMPN 1 Lembang, Sabtu (3/11/18).
Lebih jauh Endang mengatakan bahwa siswa sebagai generasi masa depan diharapkan mampu menjadi generasi yang bisa mengubah kebiasaan masyarakat yang tadinya produsen sampah menjadi pengelola sampah sehingga sampah ke depannya bisa berkurang dan termanfaatkan dengan baik.
Tini Kartini selaku ketua pelaksana kegiatan pelatihan pengelolaan sampah di SMPN 1 Lembang mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk melatih dan membiasakan siswa dan warga sekolah lainnya lebih peduli terhadap lingkungan terutama bagaimana cara mengelola sampah baik organik maupun anorganik dengan baik.
“Melalui composting sampah-sampah organik disulap menjadi pupuk organik oleh para siswa dan guru yang tergabung dalam tim adiwiyata, maka hasilnya akan dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman di lingkungan sekolah maupun oleh masyarakat sekitar” papar Tini.
Kegiatan pelatihan yang diselenggaran selama satu hari ini diikuti oleh seluruh civitas akademika SMPN 1 Lembang dan mendapatkan antusiasme dari semua peserta yang hadir.
“Kemampuan dan kebiasaan untuk memilih dan memilah sampah organik dan anorganik kemudian bagaimana mengelolanya menjadi pupuk organik harus terus diajarkan” pungkas Tini.