Oleh: DESI ARYANI,S.Pd
(Guru Perintis SMP PGRI Ngamprah)
Pagi itu, saat duduk di deretan kursi kantor sekolah, suasana sunyi senyap karena rekanku yang lain sedang melaksnakan tugasnya di kelas. Suara merdu kepala sekolah SMP PGRI Ngamprah, Dra Siti Nina Hermina, M.Pd. memanggilku, diiringi senyuman yang menenangkan jiwa.
Penulis adalah bunga kuncup yang baru mekar di sekolah. Guru baru yang masih minim pengetahuan. Namun, beliau tiba-tiba memberikan kata-kata yang tak pernah terkira, yaitu memberikan mandat untuk menjadi penggerak literasi di sekolah. Sedikit pun tak pernah menyangka, karena mendengar kata “LITERASI” pun tak pernah.
Merasa berat, berkecamuk dalam hatiku. Masih ada guru lain yang lebih senior. Mengapa mempercayakan tugas ini? Namun sering kali kata mutiara dari beliau meluluhkan keraguanku, hingga menjadi kobaran api semangat yang sulit untuk dipadamkan.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dengan sederet program kegiatan yang sama sekali tak pernah diajarkan saat di bangku kuliah. Namun, beliau mendorongku masuk ke dunia luas dengan mengikuti pelatihan TMBB (Tantangan membaca Bandung Barat) dimana kegiatan tersebut sudah berjalan sekitar dua bulan.
Saat itu Fasda (Fasilitas Daerah) menjelaskan tentang program yang harus dijalankan untuk mengikuti tantangan membaca ini. Kegiatan TMBB ini dilaksanakan oleh seluruh sekolah di Kabupaten Bandung Barat. Ternyata para fasdanya pun merupakan guru-guru yang pernah menjadikan penulis pintar sewaktu masih menggunakan seragam putih biru. Akhirnya, perasaan ragu pun semakin terhapuskan oleh kekuatan magis yang dihembuskan para fasilitator daerah GLS.
Sekolah kami mengikutsertakan 20 siswa dan dua guru perintis. Penulis bersama bu Isya membimbing masing-masing 10 siswa selama tujuh bulan masa TMBB.
Berbagai suka dan duka kami lalui bersama, berharap memberikan hasil yang terbaik. Meskipun terkadang sulit karena ketersediaan buku-buku di sekolah sangatah kurang. Maka berbagai cara dilakukan, dari meminjam buku di perpustakaan, menggalang donasi buku, hingga membuat proposal pembelian buku bacaan.
Bukan hanya buku yang menjadi masalah, ternyata program ini telah mengejutkan siswa yang notabene memang jarang membaca. Sangat sulit untuk membujuk mereka agar tepat waktu dalam mengumpulkan reviu. Tantangan terbesar pada saat libur sekolah. Bagaimana bisa menghubungi peserta, sedangkan mereka minim alat komunikasi. Langkah pun tak berhenti, kami mendatangi rumah mereka. Dan mendapati kenyataan, ternyata mereka tidak membuat reviu.
Putuslah harapan kami, untuk tantangan kali ini sepertinya gagal. Penulis mencari cara bagaimana agar bisa lanjut dengan waktu yang telah lewat. Dan pada saat itu koordinator memotivasi pembimbing agar terus bersemangat. Namun, TMBB telah usai, sekolah kami tidak masuk dalam deretan sekolah yang lolos melaksanakan tantangan membaca tahun 2018.
Hal ini menjadi pembelajaran sangat penting. Dalam mengikuti TMBB segala sesuatunya harus sesuai dengan prosedur. Kegagalan ini tidak mematahkan semangat, namun justru memberikan hikmah. Kami akan melaksanakan TMBB selanjutnya dengan semangat yang makin membara. Dan tak akan lagi terjatuh dalam jurang sama.
Penulis mulai mencintai profesi ini, meskipun belum seoptimal yang diharapkan. Terjun kembali dalam pertarungan menularkan virus literasi di sekolah, menjadi tujuan kali ini. Bukan lagi lolos tantangan, akan tetapi harus menjadi sekolah inspiratif GLS.
Bagaimana pun caranya, apa pun jalannya, semua warga sekolah harus menjadi bagian dalam menyukseskan program TMBB 2019. Sayangnya, ibu Dra Siti Nina Hermina, M.Pd. telah hilang dari pandangan. Ibu kepala sekolah, sebagai motivator kami, telah dipindah tugaskan ke sekolah lain.
Kami yakin untaian doanya selalu terpanjatkan, agar semangat berliterasi di SMP PGRI NGAMPRAH takkan luntur. Semoga dengan kegitan literasi menjadikan kita memiliki sikap yang dapat memajukan bangsa.
Luar biasa bu desi… Semangat… Tekad yg kuat akan menjadi alat dalam menghalau segala rintangan yang ada… Keterbatasan fasilitas bukanlah masalah utama, yang utama adalah membiasakan pembiasaan menjadi kebiasaan, ya kebiasaan yg awalnya tdk berteman dgn buku mencoba untuk pedekate dan berkenlan shingga bisa berteman.