Oleh: Herri Setiawan, S.Pd.
(Guru Perintis SMP DTBS PUTRA)
Lewat selisik sinar mentari pagi, kami berlarian berkumpul bersama dalam sebuah atap kehidupan, melukiskan sebuah kenyataan dalam ilusi yang berselisih. Mungkin waktu yang akan menjawab semua tentang impian kami selama ini. Tentang cita-cita luhur yang selama ini kami pendam, dan harapan doa dari kedua orangtua yang melesakkan kami ke penjara suci ini. Di antara kami yang berkumpul, terlihat wajah ceria penuh senda gurau, penuh senyum, dan penuh harap menjadi manusia yang berguna.
Gumaman terucap dari seorang santri: “Pagi ini mandi, sarapan, persiapan untuk sekolah. Waw fantastik pasti penuh kejutan pagi ini!”.
Dia si santri “santuy”, julukan yang diberikan kepadanya. Sebenarnya aslinya bernama Solahudin Al-Ayubi. Berperawakan tinggi besar, kulit sawo matang dan berambut keriting, berasal dari sunda. Si “santuy” termasuk kategori anak yang cerdas. Orangtuanya seorang PNS Kota Bandung dan berasal dari keluarga yang cukup berada. Cita-citanya ingin jadi hafidzh Qur’an.
Dua sahabatku lainnya, yang satu berasal dari Jakarta. Yudi, berkulit hitam berperawakan kurus berwajah manis. Dan satu lagi si “kacamata jenius”, berperawakan gagah, berwajah putih dan berkacamata. Dzaky, asli jawa. Bapaknya seorang pengusaha minyak di Kalimantan, ibunya seorang manager di Bank, sehingga Dzaky dimasukan ke penjara suci ini oleh kedua orangtuanya.
Aku pun terpenjara di sini, sebab orangtuaku bekerja di luar negeri. Sedangkan sahabatku yang satunya lagi, si Yudi, dia berasal dari keluarga kurang mampu. Yudi masuk ke penjara suci ini lewat jalur beasiswa.
Di sinilah cerita kami bermula. Orang-orang memanggil kami: pemuda empat serangkai.
Pada suatu hari, setelah apel pagi, ada pengumuman yang disampaikan oleh salah seorang guru, namanya Pak Herri. Beliau menyampaikan bahwa akan ada program TMBB “Tantangan Membaca Bandung Barat”. Dimana kami dituntut untuk membaca 3 buku dalam satu bulan. Katanya, “Kalau kami mengikuti program TMBB ini akan mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan saat daftar SMA nanti dan kami mendapatkan penghargaan medali”, ucap Pak Herri kepada kami. Sontak kami langsung berlari mengejar Pak Herri untuk meminta formulirnya karena kami merasa tertantang. Akhirnya kami pun menjadi anggota dari tim GLS SMP DTBS PUTRA. Kami menerima tantangan membaca ini selama tujuh bulan di penjara suci ini.
Selama tiga bulan ke depan, kami selalu melaporkan reviu tepat waktu dan selalu mendapatkan rewards karena tim yang pertama kali mengumpulkan. Banyak kegembiraan saat itu, ketika kami mulai membuat sebuah reviu berupa fishbone, AIH, Y-Chart atau infografis sekalipun. Di bulan selanjutnya kami diberikan tantangan untuk membuat sebuah karangan. Tak sengaja temanku yang bernama Yubi dan Yudi menuliskan sebuah karangan yang mencelaku. Maksudnya mungkin mereka bercanda, tetapi setelah kubaca karangannya, telah membuatku marah dan hatiku panas. Mereka menuliskan bahwa aku anak yang dibuang oleh orangtuanya sambil diberikan emotikon tertawa. Sontak kusentak mereka berdua, “Apaan nih, ente ngejek ana kalau ana anak buangan gitu, parah ente berdua”, ujarku kepada Yubi dan Yudi.
Kusobek karangan hasil mereka. Dengan wajah memerah kulemparkan sobekan kertas itu ke wajah Yubi. Dengan kejadian ini menjadikan persahabatan kami sedikit retak.
Yubi ingin memukulku, tapi Dzaky menahannya, “Opo iki le, kalian bertiga ini kaya anak kecil yo. Sob, ini semua udah diluar batas, tahan emosi kalian ini napa. Kita ini sahabat to le. Jangan ada pertengkaran pertumpahan darah dong, ojolali to!!”. Sontak dengan ucapan Dzaky tadi yang ‘lebay’ membuat kita ingin tertawa terbahak-bahak. Dan gesture tubuhnya itu loh yang membuat lucu.
Tapi akhirnya kejadian ini ketahuan oleh Pak Herri yang melihat kami bertengkar. Kami pun dihukum untuk menulis istigfar 1000x dalam program menjaga lisan. Kami diberitahu bahwa di penjara suci ini tepatnya di pesantren ini harus dapat menjaga lisan dengan konsep “BMT TENSOPALES”. “Pertama “Benarkah?”, yaitu saat akan berbicara, tanya dalam hati niat kita benar atau tidak? Infonya benar atau tidak? yakin bahwa ucapan kita itu benar. Ke–dua, “Manfaat”, saat kita berbicara tentang kebenaran dan yakin bahwa kata-kata itu bermanfaat bagi orang lain. Ke–tiga, “Tidak Menyakiti Hati”, jika perkataan kita sudah benar dan yakin manfaat, maka berusahalah untuk menyampaikan perkataannya dengan tidak menyakiti hati orang lain. Ke–empat, “Tenang”, mari biasakan setiap bicara itu tenang jangan terlalu cepat, jangan terlalu lambat dan jangan tergesa-gesa. Kelima, “Sopan”, saat berbicara dengan orang lain harus sopan, sopan saat beradu tanggapan dengan orang lain. Ke–enam, “Fasih”, pastikan setiap perkataan kita itu fasih, jelas dan terdengar bagi yang lain. Ke–tujuh, “Lembut”, semua tutur kata Rasulullah sangat lembut sekali, pasti benar, manfaat dan tidak menyakiti orang lain. Dan yang terakhir ke–delapan, “Secukupnya”, tidak perlu perkataan kita panjang lebar tapi secukupnya saja, usahakan dan niatkan bahwa apa yang kita bicarakan bermanfaat dan Allah ridho”, ucap Pak Herri kepada kami saat berada di ruangan kesiswaan.
Mulai saat itu, kami berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi. Serta persahabatan kami akan tetap terjaga sampai kapanpun juga. Inilah persahabatan di penjara suci ini, inilah kami “4 Serangkai”. Akhirnya setelah melewati masa hukuman dan melewati tujuh bulan TMBB “Tantangan Membaca Bandung Barat 2019” kami dapat lulus dengan hasil terbaik serta mendapatkan sertifikat dan penghargaan medali. Kami bangga menjadi bagian keluarga di SMP Daarut Tauhiid, terutama sahabat-sahabat di tim GLS sehingga pengetahuan, pengalaman kami saat membaca buku, menambah wawasan kami saat ini. Terimakasih guruku, sahabat-sahabatku , penjara suci ini pesantren suci ini banyak mengajarkan nilai-nilai kehidupan bagi kami.
Tersenyum bahagia saat upacara senin pagi ini, dengan kicauan burung, dan angin semilir mengiringi penghargaan yang diberikan kepada kami 4 serangkai dari Bapak Bupati Kabupaten Bandung Barat. Disertai riuh tepuk tangan dari seluruh santri dan civitas di pesantren ini.
PROFIL DIRI :
- Nama lengkap : Herri Setiawan, S.Pd
- Asal Sekolah : SMP Daarut Tauhiid Boarding School
- Nomor telepon : 085794000762
Editor: Nani Sulyani
Catatan editor:
“Tulisan guru yang satu ini mengupas sekelumit kehidupan keseharian di pesantren/boarding school yang mungkin tak banyak diketahui guru-guru yang mengajar di sekolah reguler. Intrik di dalamnya sungguh menarik, juga solusi reward yang dihadiahkan oleh pembimbingnya.”
Alhamdulillah… mempunyai Ustadz yang perhatian pada santri untuk diarahkan dan dibimbing kearah yang positif, semoga segala kebaikan ini menjadi ladang amal di akherat kelak… Aamiin