Cipongkor (Newsroom)- Kreativitas guru olahraga dapat dilihat ketika mampu memanfaatkan sarana pendudung yang ada di sekolah seefektif mungkin. Bahkan, pada saat berada di sekolah yang terbatas ketersediaan fasilitas olahraga guru tersebut dapat mencari solusi, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sesuai program pembelajaran.
Demikian disampaikan, Adjhar Muhamad Fajrin, Mahasiswa PJOK STKIP Pasundan yang sedang melakukan penilitian skripsinya, dengan judul Kreativitas Guru Pendidikan Jasmani Kesehatan Olaharaga dan Kesehatan untuk Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Se-Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat.
Menurut Adjhar, saat ini banyak sekolah yang sudah mendapatkan bantuan pemerintah berupa fasilitas pendukung olahraga. Sehingga, guru olahraga memiliki peluang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
“Kreativitas guru olahraga dapat dilihat ketika mampu memanfaatkan sarana pendudung yang ada di sekolah seefektif mungkin. Bahkan, pada saat berada di sekolah yang terbatas ketersediaan fasilitas olahraga guru tersebut dapat mencari solusi, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sesuai program pembelajaran. Saat ini banyak sekolah yang sudah mendapatkan bantuan pemerintah berupa fasilitas pendukung olahraga. Sehingga, guru olahraga memiliki peluang untuk mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang olahraga,” terang Adjhar kepada Newsroom Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat, Senin (12/9/22).
Lebih jauh disampaikan Adjhar, tujuan penilitian adalah untuk memotret kreativitas guru olahraga di wilayah Cipongkor untuk dipetakan sejauhmana pemanfaatan fasilitas olahraga di sekolah masing.masing. Termasuk antisipasi ketika sekolah tidak memiliki fasilitas pendukung pada materi tertentu di mata pelajaran olahraga.
Dari hasil survei dan wawancara dengan sejumlah guru olahraga, umumnya mereka mengembangkan pembelajaran dengan kreativitas masing-masing. Hal tersebut terutama guru yang bertugas di sekolah yang memiliki keterbatasan sarana pendukung olahraga.
Kemudian, dari wawancara dengan guru olahraga, diperoleh kesimpulan bahwa untuk mengatasi keterbatasan tersebut, mereka mengambil sejumlah langkah refleksi, seperti berkoordinasi dengan sekolah, mengajukan sarana yang belum dimiliki sekolah untuk materi tertentu, hingga menggunakan sarana hasil kreativitas masing-masing.
“Hasil survei dan wawancara, umumnya para guru olahraga mengembangkan pembelajaran dengan kreativitas masing-masing. Terutama yang terjadi ketika guru tersebut mengajar di sekolah yang memiliki keterbatasan sarana pendukung olahraga. Kesimpulannya adalah untuk mengatasi keterbatasan tersebut, para guru olahraga mengambil sejumlah langkah refleksi, seperti berkoordinasi dengan sekolah, mengajukan sarana yang belum dimiliki sekolah untuk materi tertentu, hingga menggunakan sarana hasil kreativitas masing-masing,” pungkas Adjhar.
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun-Newsroom Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat-Sumber Berita: Adjhar Muhamad Fajrin (Mahasiswa STKIP Pasundan Jurusan PJOK)