MEMOTIVASI SISWA DENGAN APLIKASI STRAVA

Oleh: Rustandi

(Guru PJOK SMPN 2 Ngamprah)

Pembelajaran PJOK dengan menggunakan aplikasi Strava ternyata dapat memacu siswa untuk melakukan praktek olahraga khususnya lari walaupun tidak dilihat secara langsung oleh guru sehubungan  masa pandemi Covid 19. Penggunaan aplikasi strava membuat siswa mau beraktivitas secara individu dengan kesan yang menyenangkan yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal siswa.

Latar Belakang

Perubahan kebijakan pendidikan menjadi moda pembelajaran jarak jauh membuat guru harus berpikir keras.  Sejumlah aplikasi dipakai untuk menunjang pembelajaran tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjamin terlaksananya kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Seperti diketahui, mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) identik dengan aktivitas gerak yang harus dipraktikkan oleh siswa. Hal ini dikarenakan belajar olahraga tanpa praktik tidak memberikan makna nyata untuk peningkatan kebugaran jasmani siswa. Lalu, bagaimana melakukannya di tengah keadaan seperti saat ini?

Pertemuan dengan siswa tidak memungkinkan, waktu pembelajaran untuk melakukan active learning bersama siswa menjadi sangat terbatas, sementara kebugaran jasmani siswa harus tetap terjaga, karena selama ini siswa hanya membaca dan mengerjakan tugas-tugas yang sifatnya teoritis. Olahraga tidak akan selesai dengan hanya pemberian modul, lembaran kerja siswa, penyampaian foto/video olahraga berdurasi terbatas dari siswa kepada guru.

Hal di atas karena pembelajaran olahraga mengandung unsur penerapan atau mempraktikkan gerak-gerak, teknik-teknik, ataupun tugas-tugas gerak yang harus dilakukan secara nyata untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa.

Langkah Penyelesaian

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, penulis mencoba melakukan active learning dengan cara lain, mencari media perantara yang dirasa cukup dekat dengan anak-anak dan mudah diakses.

Dari alasan tersebut, penulis memutuskan untuk menerapkan salah satu aplikasi untuk kegiatan berlari yaitu penggunaan aplikasi yang dapat diakses dengan menggunakan telepon genggam.

Penggunaan Strava membuat siswa harus mau melakukan kegiatan berolahraga lari secara mandiri di lingkungan sekitar dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan dapat dievaluasi secara mandiri maupun oleh guru dari jarak jauh.

Selanjutnya, penulis menugaskan siswa melakukan aktivitas lari dengan durasi yang berbeda dari mulai 8 menit, 12 menit, 15 menit, 30 menit, sampai diatas 30 menit sesuai dengan kemampuan individu siswa. Hal ini disesuiakan dengan batas olahraga aerobik. Siswa menyampaikan hasil kegiatan pelaksanaan strava nya melalui aplikasi whattsapp kepada guru.

Hasil 

Cara ini sangat besar pengaruhnya untuk mendorong siswa-siswa bergerak secara individu, berlari sesuai dengan batas kemampuannya sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh guru.

Kemudian, siswa memberikan respons positif dan semangat ketika guru memberikan tugas lari menggunakan aplikasi strava dibandingkan dengan mengerjakan tugas, membaca modul, atau mengirimkan foto/video kegiatan olahraga mandiri.

Di lain pihak, siswa bisa kapan saja melakukan tugasnya sesuai dengan keinginan masing-masing yang tentu saja tetap menepati jadwal pelaporan kepada guru. Beberapa di anatara mereka mengatakan bahwa melalui penerapan aplikasi strava ini, pembelajaran terasa lebih bermakna, lebih efektif dibandingkan pemberian modul saja.

Pada akhirnya, siswa mendapatkan manfaat yang signifikan dengan merasakan kebugaran jasmani mereka terjaga sehingga mampu  melaksanakan aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

 Simpulan

Pembelajaran olahraga dengan memanfaatkan aplikasi strava ternyata dapat memicu  semangat siswa untuk belajar olahraga secara mandiri.

Aplikasi di atas dapat diakses dan dilaksanakan secara mandiri serta dapat dilakukan dimana saja di tempat siswa berada.

Berawal dari ketertarikan, mengakses aplikasi, mencoba serta melakukan sesuai langkah-langkah dan prosedur yang harus ditempuh, akhirnya siswa menikmati lari memakai apilkasi strava. Jadi, pandemi bukan halangan untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar, akses pembelajaran tidak terbatas jika mampu mencari celah untuk dijadikan fasilitas belajar.

Namun, walaupun demikian, penulis tetap berharap keadaan segera membaik agar pembelajaran bisa dilaksanakan secara maksimal.***

Catatan: Tulisan di atas lebih lengkap dapat disimak di Buku Kumpulan Best Practice yang segera akan terbit

Profil Penulis

Rustandi, lahir 8 Juni 1970 di Bandung. Tinggal di Cimahi. Guru PJOK/Olahraga di SMPN 2 Ngamprah. Alumni Jurusan Pendidikan Olahraga Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung Tahun 2007.

Email: rustandiarfimna08@gmail.com