Berita : Elis Lisnawati
CILILIN-(NEWSROOM) Berada di lingkungan padat penduduk, kami mendatangi Bening Saguling Foundation yang berada di kampung Babakan Cianjur Rt 08/Rw.04 Desa Cihampelas Kabupaten Bandung Barat dengan tujuan melakukan survey tempat lokasi pelatihan menulis yang akan dilaksanakan awal bulan Februari 2019 nanti. Dengan bermodalkan pengetahuan tempat yang dianggap representatif untuk pelatihan menulis karena dianggap bisa menghadirkan berbagai inspirasi dan imajinasi, kami tim newsroom yang terdiri dari Nani Sulyani, Mimin Rukmini, Elis Lisnawati, Riska Mutiara dan Nuni Fitriarosah mendatangi tempat tersebut, Sabtu (19/01/2019).
Ruang terbuka yang cukup luas terdiri dari beberapa saung menghiasi lokasi yang kami datangi siang itu. Konsep alami nyata terlihat mulai dari saung-saung yang sebagian besar bahannya terbuat dari eceng gondok yang telah diolah terlihat begitu menawan, villa yang dibuat di atas kolam sebagai tempat menginap pun menjadi pemandangan yang cukup indah untuk dilihat. Pepohonan yang begitu mendominasi di sekitar lingkungan menambah sejuknya suasana, serta bunga-bunga yang bermekaran begitu indahnya untuk dipandang mata.
“Terimakasih telah datang ke saung eceng, inilah tempat kami melakukan berbagai aktivitas keseharian yang banyak melibatkan warga sekitar.“ Kata pertama dari Tati istri pemilik saung eceng sesaat setelah melakukan senam pagi yang rutin dilaksanakan setiap hari sabtu bersama ibu-ibu dari lingkungan sekitar.
Dengan pancaran rasa bahagia, beliau menyambut kedatangan kami, hingga suasana hangat dan akrabpun tercipta dalam obrolan pagi itu. “Alhamdulilah telah banyak orang yang mengunjungi tempat ini. Ada siswa yang melakukan pembelajaran disini, mahasiswa/i yang melakukan penelitian, sebagai tempat melaksanakan berbagai kegiatan, bahkan ada beberapa orang dari luar negeri yang sengaja mengunjungi tempat ini dengan berbagai tujuan” tambahnya.
“Kami mendirikan tempat ini, berawal dari keprihatinan karena kerusakan lingkungan di Waduk Saguling yang diakibatkan adanya tumpukan sampah dan gulma eceng gondok yang bukan saja berdampak pada pendangkalan waduk, namun berdampak juga terhadap kondisi sosial masyarakat di sekitar,“ ungkap Indra Darmawan pemilik saung eceng mengungkapkan awal mula berdirinya bening saguling ini.
Lebih lanjut Indra mengungkapkan bahwa “Tahun 2014 lahir Yayasan Bening Saguling dimana pengurus dan anggotanya adalah warga masyarakat sekitar. Kami lebih banyak merekrut orang yang awalnya berprofesi sebagai pemulung dan masyarakat miskin sekitar hingga bisa diberdayakan disini,“ tambahnya.
Waktu yang demikian panjang serasa singkat, kala kami mendengarkan cerita-cerita menarik dan inspiratif dari sang founder bening saguling ini. Banyak nilai yang bisa kami petik dari obrolan panjang saat itu. Satu yang pasti bahwa manfaat yang disebar untuk kemaslahatan warga sekitar demikian kental terlihat. Profit oriented jauh dari tujuan yang ingin dicapai dari pendirian yayasan ini. Kiprah yang dilakukannya sangat memperhatikan keberlangsungan lingkungan sekitar agar tetap terjaga. Bagaimana sampah diolah menjadi sesuatu yang bernilai, gulma eceng gondok yang ada di waduk saguling diolah dan dimanfaatkan menjadi produk keterampilan yang bernilai ekonomis, penanaman tanaman di sekitar waduk agar bisa menghasilkan sesuatu bagi warga atau beberapa program yang mengedukasi dan bisa menambah wawasan warga sekitar (Taman Bacaan Masyarakat, pendirian PAUD, Citarum Kids).
Lahir dan mengabdikan hidup di kampung halaman, hingga ilmu yang didapat bisa digunakan untuk membangun kampung halaman sendiri adalah sesuatu yang luar biasa. Tidak semua orang memiliki kesempatan dan jiwa seperti itu. Karena yang dibutuhkan bukan hanya semangat tapi butuh keikhlasan, konsistensi dan pengorbanan yang luar biasa hingga yang menjadi permasalahan di lingkungannya yakni kemiskinan dan kerusakan lingkungan bisa diatasi sedikit demi sedikit.
Berbagai penghargaan terpampang rapih di sekitar saung yang menandakan bahwa kiprah sang founder telah diakui oleh banyak orang. Satu kalimat yang terngiang dan menjadi bahan renungan kami adalah “bahwa dalam konsep matematika, ketika angka dikalikan maka jumlahnya akan berlipat, namun ketika angka dibagi maka jumlahnya akan berkurang konsep ini berbeda ketika kita memiliki harta, ketika harta kita kalikan misalnya dengan cara dipinjamkan hingga kita memiliki bunga maka secara jumlah memang berlipat namun yakin Alloh akan mengambilnya dengan jalan yang kita tidak sukai, namun ketika harta kita bagikan secara jumlah memang berkurang namun yakin Alloh akan melipatgandakannya dengan cara yang tidak kita ketahui.“ Pungkas lulusan Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNPAD yang lulus tahun 1998 ini mengakhiri obrolannya pagi itu.***