Oleh: Citra Roska Awaliyah, M.Pd
(Guru IPA SMPN 3 Ngamprah)
Pembelajaran STEAM pada Materi Aksi Interaksi Pada Makhluk Hidup dengan tema Budikdamber dapat meningkatkan kreativitas dan penguatan pendidikan karakter bangsa pada diri siswa
Latar Belakang
Seiring hadirnya Pandemi Covid 19 di seluruh dunia telah merubah seluruh tatanan kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Proses pembelajaran yang berjalan normal dengan dilakukan tatap muka langsung, kini demi kemaslahatan bersama dilaksanakan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Sementara itu, pelaksanaan PJJ yang dilakukan di SMPN 3 Ngamprah difasilitasi dengan dua moda. Ada yang mengikuti PJJ daring dan luring, bagi siswa yang terkendala fasilitas gawai.
Sudah lebih dari satu tahun, siswa melaksanakan PJJ. Berbagai media berbasis IT dicoba dan diterapkan dalam pembelajaran agar mereka merasa senang dan menikmati PJJ ini. Namun, sebagian besar merasa jenuh. Dari hal tersebut, penulis berasumsi perlu adanya inovasi pembelajaran “fresh” yang dapat mengusir kejenuhan tersebut.
Ketika semua pembelajaran berupaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa, penulis mulai berfikir “Out of the box” dengan melakukan pembelajaran yang menekankan pada upaya meningkatkan kreativitas siswa dan penguatan karakter bangsa melalui pembelajaran STEAM pada materi Aksi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya.
Langkah Penyelesaian
Berawal dari penentuan pendekatan pembelajaran STEAM, penulis mulai menganalisis KD IPA kelas VII di semester 2. Akhirnya dipilih KD 3.7 dan 4.7 dengan materi Aksi dan Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya.
Melalui pertemuan online di Google meet, penulis mengangkat isu upaya pemanfaatan lahan sempit dalam pengadaan pangan. Berbagai alternatif dikemukakan siswa. Penulis berusaha menggiring mereka agar mengarah kepada budikdamber. Setelah berhasil, baru penulis menghubungkan konsep budikdamber dengan materi yang akan dipelajari.
Selanjutnya, penulis menjelaskan prinsip kerja budikdamber dan alat dan bahan yang bisa digunakan dalam bentuk LKPD. Dari LKPD yang sudah diisi siswa akhirnya mereka mengetahui jenis ikan dan tanaman apa saja yang dapat digunakan dalam Budikdamber. Kemudian, siswa diberikan tantangan untuk membuat budikdamber dengan alat dan bahan yang tersedia di rumah masing-masing.
Setelah budikdamber berhasil dibuat siswa, langkah selanjutnya adalah pengamatan selama kurang lebih 14 hari. Pada saat itu, siswa melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dan ikan, mengecek kondisi air dan memastikan aksi interaksi antar komponen biotik maupun abiotik budikdamber baik. Berikut gambar proses pembuatan instalasi budikdamber dan pengamatan yang dilakukan selama 14 hari.
Hasil
Dalam proses pembuatan instalasi Budikdamber siswa diberikan kebebasan menentukan alat dan bahan yang dipergunakan, disesuaikan dengan ketersediaan alat dan bahan yang ada di rumah. Kreativitas siswa mulai tergali dengan memanfaatkan semua alat dan bahan yang ada di rumah. Kecuali untuk tanaman dan ikan siswa membeli dengan menyesuaikan budget masing-masing siswa.
Dari data yang terkumpul, 90% siswa menggunakan ember yang ada di rumah masing-masing. 2% siswa sengaja membeli ember berukuran besar yang biasa digunakan untuk budidamber, 6% menggunakan botol bekas air gallon “le mineral” dan 2% menggunakan drum yang tersedia di rumahnya.
Sedangkan untuk ikan, sekitar 92% menggunakan ikan lele, 4% menggunakan ikan mas dan 4% lainnya menggunakan ikan nila. Untuk tumbuhan 95% menggunakan kangkung yang merupakan limbah rumah tangga yang dibuang orangtuanya saat memasak tumis kangkong, 4% menggunakan seledri dan daun bawang, 2% menggunakan tanaman hias.
Selama proses pemilihan alat dan bahan, pembuatan instalasi budikdamber dan pengamatan, dapat digali penguatan karakter siswa seperti peduli lingkungan sekitar, jujur, kerja keras, disiplin dan tekun serta sabar dalam melakukan pengamatan.
Karakter peduli lingkungan dapat dilihat dari upaya siswa dalam memanfaatkan alat dan bahan yang ada di rumah masing-masing. Pemilihan ember yang sudah tersedia dan kangkung yang merupakan limbah rumah tangga menandakan siswa mampu dan peduli terhadap lingkungan.
Sifat tekun dan kerja keras bisa dilihat dari upaya siswa dalam merakit alat dan bahan budikdamber sampai dipastikan budikdamber yang dibuat sudah benar- benar baik dan berfungsi. Dalam proses pengamatan, kita dapat menilai kejujuran, didiplin, tekun dan kesabaran yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan tugas pengamatan selama 14 hari ke depan.
Dari hasil pekerjaan yang dilakukan siswa, kreativitas dan karakter baik bangsa yang ada pada diri mereka dapat tergali dengan baik. Selama proses pembelajaran ini siswa sangat senang, karena hal tersebut merupakan yang baru, yang bukan hanya duduk mengerjakan soal atau menyaksikan media berbasis IT tetapi juga kegiatan fisik siswa ketika membuat dan mengamati budikdamber. Tidak sedikit siswa yang justru ingin melanjutkan pengamatan dan memanfaatkan budikdamber sebagai alternatif pembudidayaan ikan dan tanaman sayuran di lahan sempit.
Simpulan
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat disimpulkan Pembelajaran STEAM pada Materi Aksi Interaksi Pada Makhluk Hidup dengan tema Budikdamber dapat meningkatkan kreativitas dan penguatan pendidikan karakter bangsa pada diri siswa.***
Catatan: Tulisan lebih lengkap dapat disimak di Buku Kumpulan Best Practice yang segera akan terbit.
Profil Penulis
Citra Roska Awaliyah, M.Pd.,, guru IPA SMPN 3 Ngamprah Kabupaten Bandung Barat, Penulis buku Non Fiksi yang berjudul Rangkuman Materi IPA kelas 7, Rangkuman Materi IPA Kelas 8, Rangkuman Materi IPA Kelas 9 serta Kumpulan Latihan Soal IPA Kelas 7, Kumpulan Latihan Soal IPA Kelas 8 dan Kumpulan Latihan Soal IPA Kelas 9. Selain itu, buku Fiksi yang pernah ditulisnya, diantaranya Senandung Kasih Ibu, Pendaran Aura dan Terjebak Freindzone, Bertahan Di Tengah Pandemi. Guru yang aktif menulis PTK dan Best Practice ini berhasil meraih penghargaan sebagai Guru Berprestasi Tk Kabupaten (2013), Peraih Medali Perak OGN IPA Nasional (2014), Peraih The Best Experiment OGN IPA Nasional (2014), menjadi Instruktur Nasional Guru Pembelajar (2016) dan Instruktur Nasional PKB (2017) dan Ketua Gerakan Literasi Sekolah, GATOT GACA (Gerakan Total Tiga Ngamprah Membaca).
Editor: Adhyatnika Geusan Ulun