Oleh: Yuli Rahmawati, S.Pd
(SDN Pangheotan Cikalongwetan)
Nilai dan peran yang dimiliki seorang guru menjadi pedoman untuk mendidik anak bangsa menjadi Profil Pelajar Pancasila yang ‘Merdeka’. Hal ini dikarenakan seorang guru harus bisa menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia tentunya.
Di dalam tuntutan Merdeka Belajar di mana seorang siswa mampu memilih dan mempraktikan pengalaman apa yang dipelajarinya, menjadi tantangan yang besar bagi peran seorang guru.
Kemudian, kebijakan Merdeka Belajar merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.
Di sisi lain, salah satu kendala pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Merdeka Belajar adalah rendahnya literasi numerasi pada tingkat pendidikan dasar. Salah satunya sebagai akibat dari pendemi selama dua tahun. Untuk itu, penulis beserta seluruh guru SDN Pangheotan mulai memperbaiki hal di atas dengan menerapkan pembiasaan literasi numerasi ini di sekolah.
Seperti diketahui, literasi numerasi adalah kemampuan atau kecakapan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan menggunakan matematika dengan percaya diri di seluruh aspek kehidupan.
Kemudian, berdasarkan pengertiannya, numerasi atau literasi numerasi merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan numerasi berfungsi efektif dalam kegiatan belajar, bekerja, dan berinteraksi sepanjang hayat. Oleh sebab itu, literasi numerasi dikembangkan secara sistematis dan berkelanjutan, baik dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas maupun kegiatan pembelajaran di luar kelas (ekstrakurikuler).
Hal di atas, ditegaskan dalam modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Sekolah Dasar Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemdikbudristek yang juga menyampaikan bahwa kemampuan literasi numerasi sebagai pengetahuan dan kecakapan yang erat kaitannya dengan pemahaman angka, simbol dan analisis informasi kuantitatif (grafik, tabel, bagan, dan sebagainya), sangat penting dimiliki generasi saat ini. Dengan memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik, peserta didik secara cakap mampu mengaplikasikan pengetahuan matematikanya dalam kehidupan nyata.
Sementara itu, pada pelaksanaan program, penulis dan seluruh guru berkolaborasi dalam menyediakan sarana literasi numerasi berupa perkalian yang digambar pada dinding ruang kelas. Kami menjadwalkan pembiasaan numerasi perkalian setiap hari Kamis pukul 07.00–08.00 WIB. Sementara itu, literasi numerasi mandiri dilaksanakan setiap jam istirahat, dan setoran hapalan setiap hari sabtu.
Pembiasan yang dilakukan adalah siswa diajak mengucapkan perkalian secara bersama-sama di depan kelasnya masing-masing secara berkelompok dengan pendampingan tutor sebaya. Sebelumnya, guru telah memilih beberapa siswa yang telah hapal perkalian untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa kelas 1 sampai kelas 6.
Pada awalnya siswa masih kesulitan menghapal perkalian. Setelah dilakukan pembiasaan yang terjadwal, sedikit demi sedikit mereka mampu menghapal perkalian.
Simpulan
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa pembiasaan literasi numerasi dengan tutor sebaya efektif untuk meningkatkan kemampuan menghafal perkalian.
Diperlukan peran guru dalam mengolaborasi pembiasaan numerasi literasi dengan beberapa kegiatan yang dapat memotivasi siswa, agar mampu mendapatkan hakikat dari merdeka belajar dalam berliterasi numerasi.***
Profil Penulis
YULI RAHMAWATI, S.Pd. Lahir di Cikalongwetan, 13 Juli 1979. Tinggal di Kp. Cibitung RT 01/06 Desa Ganjarsari Kecamatan Cikalongwetan. Mengajar di SD Negeri Pangheotan Cikalongwetan Kab.Bandung Barat.
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun-Newsroom Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat.
Mantep, lanjutkan terus