Oleh: Ema Damayanti, M.Pd.
(Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Cililin)
Pelaksanaan PJJ dengan metode COVID terbukti mampu meningkatkan partisipasi siswa secara signifikan. Hal tersbeut disebabkan karena guru memperoleh informasi akurat hasil dari pengamatan dan pencatatan sendiri terkait kondisi siswa dan guru bisa menemukan solusi yang tepat dari hasil data yang diperolah. Akan tetapi, metode ini pun tidak akan efektif jika tidak ditunjang dengan semangat dan tekad pantang menyerah dari guru
Latar Belakang
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memiliki banyak kendala, diantaranya: ketidaksediaan sarana prasarana seperti gawai, jaringan yang tidak memadai, kebingungan siswa dan juga orang tua mengerjakan tugas dari guru karena merasa tidak mengerti dengan materi pelajaran. Ketidakhadiran guru secara langsung menjadi penghambat bagi siswa untuk memahami materi pelajaran, tidak ada perhatian dan bimbingan orang tua selama masa PJJ. Oleh karena beberapa alasan itulah, banyak siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam PJJ.
Bulan pertama pelaksananan PJJ di kelas VII A SMP Negeri 2 Cililin, tercatat partisispasi siswa hanya 31 %. Oleh karena itu, Penulis mencoba mencari cara terbaik untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pemeblajaran PJJ. Penulis memilih penyelesaian dengan metode COVID (Cek Data, Observasi Lapangan, Verifikasi, Inovasi, Deskripsi). Penulis ingin mencoba memperbaiki masalah rendahnya pasrtisipasi dengan berbasis data dan Berdasarkan karakteristik belajar siswa dan juga latar belakang sosial psikologis siswa.
Langkah Penyelesaian
Metode COVID merupakan penyelesaian permasalahan PJJ dengan berbasis data dan memperhatikan karakteristik belajar siswa.
Menurut Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa pengembangan pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan; tuntutan, bakat minat, kebutuhan, dan kepentingan siswa. Oleh karena itu karakterisitik belajar siswa dan konsisi sosial psikologis siswa menjadi pertimbangan dalam melaksanakan PJJ.
Menurut KBBI (Kamus besar bahasa Indonesia) data merupakan keterangan yang benar atau nyata yang dapat menjadi sebuah kajian (analisis atau kesimpulan). Dengan pengertian itu, diharapkan hasil belajar PJJ yang berbasis data bisa menghasilkan kesimpulan yang tepat dan solusi permasalahan pun bisa tepat diatasi sesuai dengan kondisi yang ada.
Terdapat lima langkah dalam mengatasi rendahnya pasrtisipasi siswa SMP Negeri 2 Cililin kelas 7A dalam mengikuti PJJ, yaitu: Cek Data, Observasi lapangan (rumah siswa), Verifikasi data, Inovasi pembelajaran, dan Deskripsi hasil pembelajaran. Kelima langkah tersebut penulis rangkum dalam singkatan COVID.
Berikut ini diuraikan satu persatu semua langkah Metode COVID tersebut:
Cek Data
Cek data ini merupakan data awal yang penulis peroleh dari daftar nilai selam tengah semester atau PTS (Pertengahan Tengah Semester). Siswa kelas 7A tahun ajaran 2020/2021 tercatat sebanyak 32 siswa. Siswa yang aktif berpasrtisipasi dalam pembelajaran ada 10 orang. Siswa yang ikut berpartisipasi tetapi masih banyak yang kosong dalam pengumpulan tugas sebanyak 10 orang. Sisanya sebanyak 12 orang tidak mengikuti PJJ dan harus selalu diingatkan. Setelah dilakukan cek data, Penulis mulai menggali informasi terkait data siswa seperti alamat dan ketersediaan gawai. Setelah itu, penulis membagi kelompok siswa Berdasarkan wilayah rumah terdekat.
Observasi Lapangan atau mendatangi rumah siswa
Siswa dibuatkan kelompok kecil sesuai wilayah dalam grup WA. Guru membuat jadwal kunjungan ke setiap kelompok dan juga menetapkan tempat dan kunjungan belajar kelompok di rumah salah satu siswa. Di dalam kelompok tersebut, penulis melakukan tes sederhana untuk melihat kemampuan mereka dalam tes non-akademik dan akademik.
Pada tes non-akademik, penulis bertanya terlebih dahulu tentang perasaan mereka saatharus mengikuti PJJ. Hampir 90 persen siswa di setiap kelompok mengaku kesal dengan PJJ karena banyak hal yang tidak mereka mengerti. Tidak mengerti materi pelajaran dan tidak mengerti mengoperasikan google classroom dan google formulir. lima persen megaku sedih karena tidak bisa bertemu teman-teman dan bosan di rumah. Lima persen mengaku bahagia karena bisa bangun siang tidak perlu bergegas pagi-pagi harus berangkat sekolah.
Hasil observasi juga diperoleh simpulan bawa mayoritas siswa tidak terlalu diperhatikan orang tua saat PJJ. Siswa yang menonjol akademik dalam PJJ karena ternyata mereka memiliki fokus perhatian dari orang tua yang selalu memantau dan memastikan semua tugas sudah dikerjakan.
Hasil dari tes awal akademik dengan soal bahasa Indonesia dengan materi kelas 6 SD, hasilnya juga sangat rendah. Salah satu alasannya karena di SD juga mereka merupakan produk pembelajaran Jarak Jauh dengan pembejaran tidak maksimal. Siswa ternyata bahkan masih kesulitan dalam mencerna perintah tugas dari guru, tentu saja apalagi memahami isi tugas.
Penulis juga dapat berinteraksi dengan siswa secara indvidu, mengetahui latar belakang keluarga mereka, dan menelaah karakteristik dan sifat mereka. Hal itu membuat Penulis dapat melakukan pendekatan Indvidu terhadap setiap siswa.
Sepulang kunjungan dari rumah siswa, penulis berkesimpulan bahwa pendidikan di negeri ini ternyata masih terdapat kesenjangan yang signifikan. Pendidikan yang dibahas di dalam webinar berbasis teknologi melesat jauh. Sementar dunia pendidikan di daerah masih di bawah rata-rata. Satu hal yang penulis pahami (sambil menitikkan air mata) bahwa mereka adalah anak-anak yang masih butuh bimbingan dan perhatian dari orang tua dan guru.
Verifiksi Data
Setelah observasi ke rumah siswa, penulis melakukan verifikasi data terkait informasi siswa secara individu dengan memetakan keaktifan mereka dalam PJJ yang dihubungkan dengan kondisi sosial budaya di lingkungan mereka.
Inovasi
Penulis mencoba melakukan kegiatan Google meet. Akan tetapi yang hadir hanya enam orang. Ahirnya, Penulis menyimpulkan bahwa inovasi terbaik yang sesuai dengan kondisi siswa kelas7A adalah memanfaatkan grup WA. Guru melakukan kuis di WA.
Malam hari sebelum kuis dimulai, siswa diminta membaca materi yang sudah ada di buku paket. Pagi hari dilaksanakan kuis dengan batas waktu pengerjaan. Dengan cara itu, partisipasi siswa bertambah secara significant. Kelemahnnya, guru harus lebih banyak meluangkan waktu mengecek chat siswa satu persatu secara berulang-ulang.
Deskripsi
Hasil dari kegiatan PJJ didsekripsikan perkembangannya dan dituliskan perkembangan siswa satu persatu dan deskripsi ini bermanfaat untuk digunakan sebaga perbaikan misalnya menjadi tindak lanjut bagi guru Bimbingan Konseling.
Hasil
Hasi penerapan metode COVID di kelas VII SMP Negeri 2 Cililin, partisipasi siswa meningkat dengan rata-rata 84,4 %. Artinya hanya menyisakan 5 siswa yang sama sekali tidak mengikuti PJJ. Hal yang menggembirakan, ada perubahan signifikan terhadap siswa yang awalnya pasrtisipasi nol. Bahkan ada tiga siswa yang berubah menjadi sangat rajin.
Hal tersebut terlihat dari komunikasi anak tersebut terhadap guru. Siswa tersebut menjadi sering bertanya tentang tugas dan mengerjakan tugas tepat waktu tanpa harus diingatkan guru. Akan tetapi, siswa lainnya masih harus terus dibimbing. Bahkan setelah dipanggil ke sekolah, diberi nmoro kontak semua guru mata pejaran, sudah diberitahu cara-cara belajar dan mengumpulkan tugas, sudah diingatkan melalui orang tua. Anak tersebut tetap tidak mengumpulkan tugas. Ada satu siswa yang bahkan orang tuanya pun menolak untuk kooperatif berkomunikasi dengan guru.
Simpulan
Pelaksanaan PJJ dengan metode COVID terbukti mampu meningkatkan partisipasi siswa secara signifikan. Hal tersbeut disebabkan karena guru memperoleh informasi akurat hasil dari pengamatan dan pencatatan sendiri terkait kondisi siswa dan guru bisa menemukan solusi yang tepat dari hasil data yang diperolah. Akan tetapi, metode ini pun tidak akan efektif jika tidak ditunjang dengan semangat dan tekad pantang menyerah dari guru. Guru jangan mudah bosan untuk melaksanakan tahapan demi tahapannya. Di daerah dengan fasilitas teknologi yang kurang dan Ortu kurang aktif membimbin, guru harus ekstra perhatian.
SARAN
Pembelajran Jarak jauh dengan moda daring sebenranya efektif diterapkan jika masyaraat dan siswa memiliki fasilitas tersebut dan memahami cara memanfaatkannya. Pembelajaran akan terjadi secara mudah dan cepat dengan bantuan teknologi.
Oleh karena itu, saran saya kepada pemerintah harus melakuakan sosilisasi pemanfatan gawai kepada siswa dan orang tua. Pemerintah juga memberikan fasilitas memadai untuk melaksanakan itu. Semua itu sudah dimulai dengan adanya bantuan kota belajar dari Kemdikbud.***
Catatan: Tulisan di atas secara lengkap dapat disimak di Kumpulan Buku Best Practice yang sebentar lagi akan terbit.
Profil Penulis
Ema Damayanti merupakan guru di SMP Negeri 2 Cililin. Pernah menulis buku yang berjudul Embun di Atas Daun Teh dan beberapa Antologi buku.
Editor: Adhyatnika Geusan Ulun