Oleh: Tuti Utami, S.Pd., Gr.
(Guru IPA SMP Unggulan Al Amin)
Kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode flipped classroom menjadikan siswa dapat lebih dulu membangun pemahamannya sebelum kelas dimulai, mengonfirmasi dan mengoreksi pemahamannya saat kelas berlangsung dan mengaplikasikan pemahamannya pada tugas dan proyek yang diberikan
Latar Belakang
Maret 2020 merupakan awal perubahan besar pada berbagai bidang di seantero dunia. Sektor pendidikan merupakan salah satu yang terdampak signifikan. Secara serta-merta kegiatan pembelajaran tatap muka dihentikan. Hal ini untuk mengurangi frekuensi mobilitas guru dan siswa yang tujuan akhirnya memutus mata rantai penularan COVID-19.
Kondisi demikian menjadikan banyak pihak kelimpungan. Bukan hanya orang tua yang galau dan khawatir dengan nasib sekolah anak-anaknya. Guru sebagai ujung tombak pendidikan pun memutar otak memaksimalkan berbagai potensi yang dimiliki agar kegiatan pembelajaran dapat terselenggara dengan maksimal.
Menanggapi keadaan tersebut digagaslah pembelajaran jarak jauh dengan berbantuan media daring. Beraneka aplikasi dapat digunakan disesuaikan dengan materi dan kebutuhan masing-masing. Namun pengunaan aplikasi daring dalam pembelajaran ini bukan tanpa kendala. Masalah bermunculan di awal pembelajaran daring. Dari mulai kepemilikan gawai, sinyal dan jaringan hingga kepiawaian dalam menggunakan aplikasi tersebut menjadi hal yang kemudian mesti digarap serius. Karenanya, tantangan guru mengajar di masa pagebluk ini bukan hanya tentang menguasai bahan ajar, tetapi juga mengelola kelas maya dan memilih media daring yang sesuai dan efektif dengan kendala minimal.
Langkah Penyelesaian
Pembelajaran IPA tidak lepas dari kegiatan praktikum. Hal ini merupakan keterampilan yang mesti dibekalkan pada siswa. Namun kegiatan praktikum di masa pagebluk ini hampir tidak mungkin dilaksanakan. Oleh karena nya, laboratorium maya merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan sebagai pendamping pembelajaran IPA.
Bahasan IPA tentang listrik dinamis dan energi kurang lengkap rasanya jika hanya diberikan dengan ceramah. Konsep listrik dan energi yang abstrak mesti dapat dibuat visualisasi atau simulasinya sehingga lebih konkret dan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Apalagi pada pembelajaran daring sekarang ini, guru mesti bisa meramu pembelajaran yang sederhana, bermakna dan dapat dilakukan siswa secara mandiri di rumah.
PhET, laboratorium maya yang memiliki banyak tema kegiatan praktikum di berbagai mata pelajaran merupakan aplikasi yang dipandang tepat mengatasi keterbatasan kegiatan laboratorium semasa pagebluk. Terlebih lagi, PhET mudah digunakan, relatif hemat kuota dan dapat diakses tanpa berbayar.
PhET Kit Kontriksi Sirkuit (https://phet.colorado.edu/sims/html/circuit-construction-kit-dc-virtual-lab/latest/circuit-construction-kit-dc-virtual-lab_in.html) dan PhET Energy Skate Park (https://phet.colorado.edu/sims/html/energy-skate-park/latest/energy-skate-park_en.html) penulis gunakan pada pembelajaran di kelas IPA. PhET Kit Kontruksi Sirkuit penulis gunakan sebagai pendamping materi listrik dinamis kelas 9. Sedangkan PhET Energy Skate Park penulis gunakan sebagai laboratorium maya di materi energi kelas 7.
Hasil
Kegiatan pembelajaran di atas dilaksanakan dengan menggunakan metode flipped classroom. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa metode ini memiliki tiga fase yaitu sebelum kelas dimulai (pre-class), saat kelas dimulai (in-class) dan setelah kelas berakhir (out of class). , yang kemudian dilanjutkan dengan mengevaluasi (evaluating) dan mengerjakan tugas berbasis project tertentu sebagai kegiatan setelah kelas berakhir (creating).
Langkah pertama (pre-class) dilakukan dengan memberikan tautan-tautan berisi konten materi yang akan dipelajari dan video penjelasan penggunaan PhET melalui kelas maya (Google classroom). Hal ini dimaksudkan sebelum kelas dimulai, siswa sudah mempelajari materi yang akan dibahas, dalam tahap ini kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa adalah mengingat (remembering) dan memahami (understanding).
Langkah kedua adalah fase in class atau fase pada saat kelas dimulai. Di fase ini, siswa dapat mengaplikasikan (applying) dan menganalisis (analyzing) materi melalui berbagai kegiatan interaktif di dalam kelas. Penulis melaksanakannya dengan pertemuan daring menggunakan Google meeting membahas membahas konten materi dan melakukan simulasi penggunaan PhET sehingga siswa dapat memiliki pemahaman yang paripurna. Fase ini memberikan ruang bagi siswa untuk mengonfirmasi pengetahuan yang sudah didapat sebelumnya. Guru juga dapat memeriksa pemahaman siswa dan meluruskan jika terjadi miskonsepsi.
Langkah ketiga adalah fase out of class meliputi kegiatan proyek membuat rangkaian listrik virtual untuk kelas 9. Lembar kerja diberikan guna memandu kegiatan pembelajaran. Lembar kerja yang dibuat beralur dan berjenjang memungkinkan siswa melatih kemampuan mengevaluasi (evaluating) dan kemampuan mencipta (creating).
Pembuatan rangkaian listrik virtual untuk kelas 9 dimulai dari meniru contoh yang paling sederhana, rumit hingga membuat rangkaian listrik sesuai dengan imajinasi siswa. Untuk kelas 7 fase ini dilakukan dengan pengamatan analitis lintasan skateboard yang dicontohkan sampai membuat sendiri lintasan dan mencatat hasil analisanya. Pada tahap ini, siswa dapat mengubah berbagai variabel yang ada pada kit dan mengevaluasi serta menemukan variasi rangkaian yang paling sempurna menurutnya.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan presentasi perwakilan siswa yang dilanjutkan dengan pemberian tanggapan dari siswa lain dan penguatan konsep dari guru.
Simpulan
Kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode flipped classroom menjadikan siswa dapat lebih dulu membangun pemahamannya sebelum kelas dimulai, mengonfirmasi dan mengoreksi pemahamannya saat kelas berlangsung dan mengaplikasikan pemahamannya pada tugas dan proyek yang diberikan.
Laboratorium maya PhET menjadikan materi yang diajarkan lebih konkret, memberikan pengalaman kegiatan laboratorium yang melatih keterampilan serta memudahkan siswa dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Pembelajaran IPA dengan metode flipped classroom berbantu laboratorium maya PhET efektif meningkatkan pemahaman dan keterampilan labboratorium siswa, khususnya di pembelajaran daring.***
Catatan: Tulisan lebih lengkap dapat disimak di Buku Kumpulan Best Practice yang segera kan terbit.
Profil Penulis
Tuti Utami, S.Pd.,Gr. mengampu mata pelajaran IPA di SMP Unggulan Al Amin. Koleris sulung dari tiga bersaudara ini memulai karir nya sebagai pengajar sejak tahun 2011. Salah satu hal yang menjadi catatan prestasi nya menjadi kordinator persiapan UN yang mengantarkan siswanya menjadi peraih nilai UN dan nilai IPA terbaik di Kabupaten Bandung Barat tahun 2015. Menulis merupakan hal yang didambakan olehnya. Buku “KOLASE” merupakan tulisan pertamanya yang dibuat buku. Tulisan ini merupakan tulisan kedua nya yang diharapkan dapat menjadi motivasi untuk terus berkarya. Korespondensi dapat dilakukan melalui surat elektronik di alamat tutiutami5@gmail.com atau akun instagram tutiutami89. Salam Semangat.
Editor: Adhyatnika Geusan Ulun