Oleh: Dadang A. Sapardan
(Kabid Pend. SMP Disdik Kab. Bandung Barat)
Hari-hari ini masih ditemukan bagaimana sekolah menjadi lembaga yang dianggap terkelola tanpa konsep manajemen yang jelas. Refleksi dari fenomena demikian dapat ditemukan pada lontaran ketidakpuasan atas pengelolaan dan pelayanan yang diberikan. Hal itu terlontar dari beberapa pihak, baik internal maupun eksternal. Lontaran ketidak puasan pada akhirnya dialamatkan pada sikap kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah. Sebagai pucuk pimpinannya, kepala sekolah berada pada posisi sentral sebagai penentu kebijakan sehingga menjadi sasaran tembak yang empuk atas ketidakpuasan pihak-pihak tersebut.
Dalam konsepsinya, sekolah merupakan sebuah masyarakat kecil (mini society) yang harus mendorong keberlangsungan fasilitasi terhadap seluruh siswanya untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga bibit-bibit potensi yang dimiliki para siswa dapat bertumbuh dan berkembang dalam konteks penerapan manajeman yang tepat dan efektif. Melalui kepaiwaian tangan kepala sekolah dalam menerapkan manajemen efektif dengan didukung tangan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan dalam menerjemahkan konsep pembelajaran, siswa dimungkinkan dapat berlatih berkehidupan dalam mini society sehingga mereka dapat menjadi sosok yang siap menghadapi fenomena kehidupan masa depan.
Sekolah tidak boleh dimaknai sebagai sebuah lembaga birokrasi yang sarat dengan beban administrasi, baik bagi guru, apalagi bagi siswanya. Sekolah harus menjadi lembaga yang memberi gambaran terhadap siswa akan kehidupan masa depan yang harus dihadapi. Dengan demikian, seluruh warga sekolah—terutama kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan—harus menjadi sosok futuristik, sosok yang berpandangan jauh ke depan. Dalam konteks ini acuan mengarah pada pendapat Malik El-Shabazz yang mengungkapkan bahwa education is the passport to the future, tomorrow belongs to those who prepare for it today. Mereka yang benar-benar siap—salah satunya disiapkan oleh sekolah—merupakan sosok yang akan dapat survive dalam kehidupan masa depan.
Seluruh ekosistem yang mendukung keberlangsungan pendidikan pada sekolah harus merupakan sarana pemberian ruang dan waktu kepada setiap siswa guna melakukan berbagai eksperimen berkehidupan dan bermasyarakat dalam komunitas terbatas. Sekolah menjadi laboratorium mini kehidupan bagi seluruh siswa sebelum mereka dapat dilepas untuk dapat survive dalam mengarungi dinamika kehidupan masyarakat yang lebih luas dan nyata. Karena itu, sekolah harus menjadi lembaga yang memberi bekal komprehensif kepada seluruh siswanya. Pemberian bekal tersebut secara administrasi terkonsepsikan pada pada kurikulum yang disusun dengan didukung berbagai program inovatif dan kreatif dari sekolah.
Untuk mengarah pada kondisi demikian, dibutuhkan keseriusan dari setiap pengelola sekolah di bawah pimpinan kepala sekolah dalam menyusun konsepsi pengembangan sekolah sehingga menjadi lembaga yang benar-benar menyiapkan seluruh siswanya untuk memiliki passport kehidupan masa depan. Refleksi dari adanya keseriusan ini salah satunya ditandai dengan terbangunnya kerjasama di antara seluruh warga sekolah dalam mengelola sekolah sebagai mini society. ****Disdikkbb-DasARSS.
Nanjeur Wa Haji.