Aziz Ismail, M.Pd
(Kepala SDN 3 Rancapanggung Ciliin Bandung Barat)
Pendidikan merupakan salah satu modal untuk terjun ke era globalisasi. Kesadaran global merupakan salah satu yang akan membekali kita dalam memasuki era globalisasi. Kita sudah mengetahui tentang globalisasi sehingga diharapkan dapat mengubah sikap dan pandangan yang semula berpandangan ke-Indonesiaan menjadi pandangan yang lebih luas yaitu keduniaan. Apabila kita sudah memiliki wawasan dan pandangan yang demikian luas, maka kita sudah memiliki perspektif global. Guru harus mampu menangkap trend (kecenderungan) globalisasi yang demikian hebat. Kesadaran global membuat kita menjadi guru yang berupaya mempersiapkan diri sebagai guru global.
Dalam upaya mempersiapkan ke dalam persaingan global dunia Pendidikan terus berinovasi mengembangan pembelajaran yang terbaik, agar peserta didik dapat menyelaraskan dirinya dalam persaingan global. Salah satu upaya yang dulakukan akademisi dan praktisi pendidikan menyoroti dalam hal pembelajaran yang efektif dan efesien. Pembelajaran efektif dan efesien itu dimulai dengan memperbaiki peran dalam interaksi pembelajaran anatar guru dan peserta didik. Ini tentu bagaimana guru dan siswa memilki peranan yang satu sama lain akan memberi dampak terhadap kualitas yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Orientasi peranan dalam pembelajaran guru di kelas sejalan dengan waktu selalu mencari format terbaik, pembelajaran itu sendiri dilakukan anatar interaksi siswa dan guru di kelas. Pada prakteknya interaksi yang terjadi di sana tentu memunculkan beberapa praktek pembelajaran. Ada yang guru aktif mengajar ada yang siswa aktif belajar atau kedua-duanya aktif. Sehingga muncul istilah teacher Centre dan Student Centre. Berbagai teori pembelajaran mengemukan bahwa siswa belajar terbaik itu dengan memberikan pengalaman belajar pada siswa, sehingga siswa harus aktif dalam belajar, karena guru bukan harus transfer ilmu, tapi guru memfasilitasi siswa belajar. Siswa harus aktif dengan istilah student centre. Siswa bukan hanya menerima ilmu atau dengan istilah DDCH (duduk, dengar, catat dan hapal) tetapi siswa harus diberi pengalaman belajar sehingga di kelas siswa harus aktif belajar dengan segala potensinya .
Maka di Indonesia pernah memberlakukan sebuah pendekatan yang terkenal yaitu Pendekatan CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif) namun hal itu ternyata kurang berhasil karena diplesetkan dalam bahasa sunda dengan Cul Budak Sina Anteng. Sehingga perumusan bagaimana pendekatan, metode, model dan strategi terbaik di ramu sedemikian rupa agar harapan siswa belajar dan mengusai apa yang dibelajarkan dapat kuasai oleh siswa.
Dari masa kemasa dan waktu ke waktu semua hal yang ada di dunia berubah, bahkan bisa dikatakan bahwa hanya satu yang tidak berubah yakni perubahan itu sendiri.
Begitupun manusia dan lingkungannya, adanya perkembangan teknologi dengan cepat di setiap bidang, membuat manusia harus beradaptasi untuk bisa lebih relevan dengan zaman. Maka dari itu guru sebagai ujung tombak pengembang manusia harus tahu mengenai perkembangan & perubahan zaman. Salah satu caranya adalah mengetahui apa itu pembelajaran abad 21.
Pembelajaran Abad 21, mencakup beberapa hal, diantaranya bahwa ada Pendidikan Karakter, Literasi dan 4C ( Creativity and Innovation, Critical Thinking and problem Solving, Comunication and Colaboration).
Untuk menghadapi persaingan global yang semakin kompetitif, Pendidikan memiliki peranan penting dalam peranannya. Peranan penting Pendidikan bukan hanya meningkatkan skill dan kompetensi sumber daya manusia saja, lebih dari itu bagaimana meningkatkan pondasi dari manusia itu sendiri yaitu karakter. Karakter itu sendiri ada 2 hal yaiti karakter akhlak dan karakter kinerja yang keduanya harus seimbang dan selaras.
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman.
Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis, sekarang definisi baru dari literasi menunjukkan pengertian baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajarannya.
Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti Literasi Baca Tulis, literasi numerik, literasi digital, literasi budaya, media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat berliterasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, meliputi, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.
Dan secara etimologis istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatur” yang dimana artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis.
Yang ketiga dari pembelajaran Abad 21 adalah 4C diantaranya creativity and innovation, dimana siswa dibimbing oleh guru untuk menjadi sosok manusia yang kreatif dan melakukan penemuan penemuan maka pembelajaran dilakukan dengan Discovery Learning, Inquairy Learning. Hal ini dimaksudkan agar siswa memilki keahlian yang diharapkan.
Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya
Critical Thinking and Problem Solving adalah merupakan suatu upaya agar dalam pembelajaran siswa ingin serba tahu, dan berpikir kritis, makanya saat ini dikenal dengan pembelajaran dan evaluasi HOTS (higher Order Thinking Skill), dari serba ingin tahu itu siswa akan mampu memecahkan masalah dalam pembelajaran.
Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan siswa dalam berpikir kritis berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Di era reformasi critical thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter paham radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawali dengan kemampuan seseorang mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian menilai dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian ia memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak padanya.
Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan dengan adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas Pendidikan
Comunication atau komunikasi merupakan satu hal yang sangat penting dalam pergaulan di abad 21, karena dengan komunikasi siswa akan mampu menunjukan eksistensi dirinya dan menunjukan kepercayaan diri. Mereka akan mampu mengemukakan pendapat, berargumentasi serta menapilkan diri yang maksimal. Maka dalam pembelajaran siswa diberi ruang yang luas untuk menunjukan komunikasi baik dalam kelompok kecil maupun kelompok kelas, baik komunikai dengan siswa lain maupun dengan guru, baik berkomunikasi verbal maupun non verbal.
Salah satu dari pembelajaran Abad 21 tersebut adalah collaboration atau berkolaborasi atau bekerja sama. Intinya bahwa dalam kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa bersinergi satu sama lain.
Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi dengan berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya
Pembelajaran Kolaborasi (Colaborative Learning) dianggap salah satu pembelajaran terbaik karena tidak mengorientasikan pada salah satu subjek, bukan student centre atau Teacher Centre tetapi Both Student and teacher centre. Dalam pembelajaran Kolaborasi akan memaksimalkan peran aktif siswa dalam pembelajaran dengan bekerjasama dengan siswa lain dan bekerja sama dengan guru. Pembelajaran kolaborasi juga Meminimalisir perbedaan individu.
Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di sekolah akan memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi tantangan hidup abad 21.
Pembelajaran abad 21 juga akan dihadapkan pula pada menyeruaknya revolusi industry 4.0 yang tidak dapat dihindari. Revolusi industry sangat cepat berkembang dan bergerak dan tidak akan berhenti pada 4.0 tetapi pada tahapan selanjutnya, seperti sudah Nampak revolusi industry 5.0 dan mungkin yang lainnya. Hal ini bahwa dunia digital dalam pendidikan harus ikut serta melakukan revolusi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan digital.
Pendidikan Karakter, Literasi dan 4C itu harus dapat menyeimbangkan dengan peranan digital yang tentu saja akan memberi dampak positif dan dampak negative dalam perkembangannya. Tentu saja dampak yang ditimbulkan itu kalua yang bersifat positif harus digali dan dikembangkan sedangkan dampak begatifnya harus mampu diminimalisir.
Ada kekhawatiran dlm mempersiapkan anak-anak kita, dengan adanya jeda KBM disekolah selama kurang lebih 2 thn
Membuat kami ( Guru ) ciut, pesimis,
bagaimana tidak ciut jika selama PJJ ternyata anak lebih dekat dan akrab dengan Gadget dibandingkan dngn buku pelajaran, mereka lebih mahir mempermainkan game, tiktok dsb.
Siip
4.c
Kita kembangkan di sekolah
Sebagai bekal peserta didik hidup di masyarakat