Oleh: Prita Tania Rahmandita, M.Pd
(Guru SDN Batujajar 3)
Pendidikan Guru Penggerak merupakan Kebijakan Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang bertujuan untuk mewujudkan guru yang berdaya dan mampu memberdayakan lingkungan sekitar demi ketercapaian tujuan pendidikan nasional dan mengimplementasikan Profil Pelajar Pancasila. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pengalaman Pendidikan Guru Penggerak dalam mengimplementasikan pembelajaran, peserta pelatihan atau disebut juga Calon Guru Penggerak mendapatkan proses fasilitasi dari seorang Pengajar Praktik. Proses fasilitasi ini disebut juga dengan Pendampingan Individu.
Pendampingan Individu adalah proses coaching dan mentoring Pengajar Praktik kepada Calon Guru Penggerak. Adapun tujuan dari Pendampingan Individu adalah membantu Calon Guru Penggerak menerapkan hasil pembelajaran daring dan lokakarya, sehingga Calon Guru Penggerak mampu mengembangkan diri sendiri dan rekan sejawatnya dengan cara refleksi, berbagi, dan kolaborasi. Selain itu, Calon Guru Penggerak diharapkan memiliki kematangan moral, emosional, dan spiritual untuk berlaku sesuai kode etik, dan Calon Guru Penggerak diharapkan mampu merencanakan, menjalankan, merefleksikan, dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan melibatkan orang tua untuk berkolaborasi.
Selama proses Pendampingan Individu seorang Pengajar Praktik perlu memiliki keterampilan untuk mengajak Calon Guru Penggerak melakukan refleksi. Keterampilan tersebut adalah pendekatan teknik Coaching. Keterampilan ini penting dikuasai seorang Pengajar Praktik karena proses coaching dapat membangun hubungan kemitraan dalam sebuah percakapan yang kreatif, sehingga memicu pemikiran Calon Guru Penggerak untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Pendampingan Individu yang menggunakan pendekatan coaching perlu memandang beberapa paradigma coaching sebagai acuan seorang coach. Adapun empat paradigma Coaching yaitu fokus pada coachee, bersikap terbuka dan ingin tahu lebih banyak, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan coach mampu membantu cochee melihat peluang-peluang baru.
Selama melakukan Pendampingan individu pada PGP Angkatan 9 ini penulis mempraktikkan keempat paradigma tersebut, pertama penulis menyiapkan perhatian kepada coachee dengan bersikap tenang dan terbuka, setelah pecakapan mulai berlangsung coach mulai memusatkan fokus perhatian agar dapat membawa coachee menggali potensi sesuai keinginan coachee.
Selama proses coaching, coach harus menjadi pendengar aktif, coach juga berupaya untuk mendapati bagaiamana pemikiran/pendapat/bahkan perasaan Calon Guru Penggerak saat menjalankan impelementasi pembelajaran, dan terakhir coach berusaha menangkap adanya energi yang timbul sehingga mempengaruhi percakapan yang membangun solusi bagi coachee sendiri.
Berprofesi sebagai Pengajar Praktik memang pengalaman yang luar biasa. Pengalaman yang penulis dapatkan saat mendampingi Calon Guru Penggerak adalah mengasah kemampuan dalam teknik coaching, berusaha menjadi pendengar aktif, mendapatkan solusi kreatif yang didapatkan dari pembicaraan Calon Guru Penggerak, melatih untuk bersikap terbuka saat menerima pemikiran coachee, dan melatih kemampuan diri untuk menerima pemikiran dengan tenang dan tidak emosional. Pengalaman ini tentu bermanfaat bagi seorang calon pemimpin dan seorang guru, di mana seorang pemimpin perlu bersikap tenang dan terbuka terhadap pemikiran rekan gurunnya atau bawahannya.
Seorang pemimpin juga perlu mahir dalam percakapan coaching agar terbangun komunikasi berbasis kemitraan. Manfaat lain dari coaching bagi seorang guru yaitu guru mampu menggali potensi peserta didik dengan sabar dan terbuka agar peserta didik mengetahui kelebihan yang dimilikinya.
Pendampingan Individu dengan pendekatan Coaching selain memiliki manfaat tentu memiliki tantangan tersendiri. Adapun tantangan yang dihadapi saat melakukan praktik Coaching adalah mengajukan pertanyaan berbobot. Waktu yang begitu cepat ketika proses coaching berlangsung membuat coach perlu berpikir cepat dalam mengajukan pertanyaan berbobot, terkadang pertanyaan yang diajukan belum bersifat terbuka, pertanyaan tidak lahir dari hasil mendengarkan, dan mengajukan pertanyaan yang belum menggali coacheenya.
Hal lain yang menjadi tantangan dalam proses coaching adalah coach sering kali fokus pada topik yang dibawakan coachee sehingga coach terbawa suasana. Tantangan tersebut perlu diminimalisir agar proses coaching berjalan lancar dan mampu menggali potensi coachee.
Tips untuk melakukan coaching agar berajalan dengan baik dan lancar, yaitu kita sebagai coach perlu adanya Presence (kehadiran penuh) sebelum melakukan percakapan coaching. Bagamaiana cara kita agar dapat menghadirkan kesadaran penuh? Pertama, kita perlu hadir sepenuhnya saat coaching, agar kita hadir sepenuhnya coach perlu menghindari coaching di waktu sibuk dan melakukan coaching dalam keadaan hati sedang baik.
Kedua, sabar dalam menanggapi caochee agar mampu merespon dengan tepat saat coachee mengeluarkan pemikirannya, ketiga kita perlu bersikap terbuka yaitu dengan cara tidak memberikan nasihat, solusi, dan tidak melabeli cochee, dan keempat fokus pada tujuan percakapan agar coach tidak terbawa suasana.
Demikian pengalaman penulis saat melakukan Pendampingan Individu Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9. Semoga pengalaman penulis dapat memberikan inspirasi bagi siapa saja yang akan melakukan pendampingan dengan teknik coaching.
Salam Guru Penggerak! Salam Pengajar Praktik, Mendampingi dengan Hati. **