Dadang A. Sapardan
(Kepala Bidang Pembinaan SD, Disdik Kab. Bandung Barat)
Sekolah merupakan salah satu dari sekian satuan pendidikan yang memiliki tugas utama mentreatment setiap siswanya melalui berbagai program kurikuler, sehingga mereka memiliki kesiapan optimal dalam menghadapi masa depan yang semakin penuh dengan tantangan. Melalui treatment yang dilakukannya, para siswa dipersiapkan menjadi generasi penerus masa depan bangsa yang tangguh dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dengan demikian, sekolah dipertaruhkan sebagai lembaga paling depan dalam mengantarkan siswa agar dapat survive dalam kehidupan masa depannya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah menjadi kepanjangan tangan pemerintah yang secara sistematis dan terstruktur diamanatkan untuk mengimplementasikan berbagai program bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan bagi setiap siswanya. Implementasi atas berbagai rancangan program tersebut dilakukan guna membantu seluruh siswa, sehingga mampu mengembangkan dan memberdayakan kepemilikan potensinya secara optimal. Lewat treatment yang dilakukan sekolah, mereka diharapkan memiliki kesiapan yang mumpuni dalam menghadapi kehidupan masa depannya yang semakin kompleks dan penuh tantangan.
Melihat idealisme penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sepertinya kita tengah memandang sebuah tanggung jawab berat yang harus dipikul oleh seluruh unsur penyelenggaranya, mulai dari kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, sampai dengan orang tua siswa. Beban berat tersebut tidak dapat dipandang enteng dengan penerapan program yang serampangan, tetapi harus disikapi dengan kepiawaian perancangan dan pelaksanaan program yang efektif dan efisien.
Berkaitan dengan perancangan dan pelaksanaan program yang dilakukan sekolah, barangkali tidaklah terlalu berlebihan bila sekolah distimulasi untuk membuat rancangan program berbasis penelitian. Kesadaran akan penerapan program berbasis penelitian ini sudah selayaknya digaungkan agar program-program sekolah benar-benar akuntabel karena didasari oleh fenomena kontekstual yang terjadi dalam lingkup mikro.
Penelitian Tindakan Kelas
Sekolah diwarnai oleh keberadaan para guru sebagai ujung tombak implementasi program-programnya. Mereka merupakan sosok profesional yang potensial untuk menjadi peneliti pada setiap langkah kerja yang menjadi tugas pokok dan fungsinya. Dengan demikian, ada modal yang dimiliki oleh penentu kebijakan sekolah dalam mendorong berbagai kebijakan yang didasari oleh hasil penelitian dari para guru.
Mengacu pada regulasi yang berlaku, tugas guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi. Tugas dan fungsi tersebut menjadi rangkaian aktivitas guru yang senantiasa harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Dengan demikian, tugas dan fungsi guru berlangsung mulai dari hulu sampai dengan hilir.
Melihat kenyataan tersebut, tugas guru tidak dapat dipandang sebagai pekerjaan mudah, karena tugas yang diembannya bukan sebatas menyelesaikan pembelajaran dari awal sampai akhir jam pelajaran. Dalam pelaksanaan tugasnya, guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran dengan baik dan akuntabel sehingga program pembelajaran yang dilaksanakannya menghasilkan nilai manfaat bagi seluruh siswa. Guru dituntut untuk melakukan berbagai kajian akan setiap program pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga nilai manfaat dari pelaksanaan pembelajaran dapat dirasakan setiap siswanya.
Salah satu langkah yang harus dilakukan oleh penentu kebijakan sekolah adalah menstimulasi para guru untuk mau dan mampu melakukan penelitian serta menjadikan hasil penelitiannya sebagai landasan dalam penerapan program. Untuk sampai ke arah tersebut, dalam tataran pembelajaran, yang bisa dilakukan oleh sekolah adalah mendorong setiap guru guna melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).
Sampai saat ini, kegiatan yang bernuansa penelitian tersebut belumlah dapat memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Begitu banyak hasil PTK dari para guru yang terlahir hanyalah sebatas memenuhi kewajiban untuk syarat kenaikan tingkat belaka. Masih sering ditemukan, PTK yang konon merupakan hasil penelitian mereka belum memiliki kelayakan untuk dijadikan basis penerapan program inovatif dan kreatif. Bahkan disinyalir, PTK yang diajukan guru sebagai syarat kenaikan tingkatnya merupakan PTK yang kadar orisinalitasnya harus dipertanyakan.
PTK merupakan penelitian yang mengungkapkan terjadinya sebab akibat dari treatment pembelajaran yang dilakukan oleh guru. PTK pun mengungkapkan berbagai fenomena yang terjadi saat pemberian treatment pembelajaran dari awal sampai akhir. PTK yang dihasilkan menjadi dasar bagi setiap guru untuk menentukan kebijakan pembelajaran. PTK bukan semata untuk memenuhi kebutuhan kenaikan tingkat semata. PTK yang disusun guru harusnya diproyeksikan sebagai modal perbaikan pengelolaan pembelajaran.
Karena itu, upaya yang harus dilakukan saat ini adalah mendorong para guru agar mampu melakukan penelitian dan menyusun hasil penelitian tersebut dalam bentuk PTK. Langkah ini dilakukan untuk melapaskan mereka dari zona nyaman. Melalui upaya tersebut dimungkinkan lahir ratusan, bahkan ribuan inovasi pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan sekolah.
Bila dipandang secara kasat mata, minimal terdapat dua manfaat yang didapat dari pelaksanaan PTK, yaitu sebagai jembatan bagi para guru untuk kenaikan pangkat serta sebagai bahan perbaikan pelaksanaan pembelajaran di kelasnya masing-masing. Bila dilakukan secara serius dengan menerapkan prosedur ilmiah, PTK yang tersusun bisa memiliki multimanfaat.
Hal yang harus disodorkan kepada unsur sekolah saat ini adalah menjadikan sekolah sebagai lembaga yang menerapkan programnya berdasarkan hasil penelitian mereka sendiri. Hal ini bukan sesuatu yang tidak mungkin, karena di sekolah cukup banyak guru yang mumpuni untuk melakukan penelitian. Mereka adalah sosok potensial yang dalam kehidupannya, minimal telah merasakan satu atau dua kali penelitian akhir masa kuliah—skripsi atau tesis. Semangat ini yang harus terus didorong dan dibangkitkan oleh berbagai pemangku kepentingan.
Ke depan, implementasi PTK seharusnya menjadi kebutuhan guru dalam upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. PTK menjadi strategi dari setiap guru dalam upaya melakukan perubahan akan tugas dan fungsinya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Disadari ataupun tidak, manusia selalu tidak akan puas dengan sesuatu yang bernuansa statis, tetapi mereka selalu berkeinginan untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Pada sisi inilah para guru harus disentuh, sehingga mereka mau dan mampu menyusun PTK.
Simpulan
Sekolah merupakan kepanjangan tangan pemerintah yang secara sistematis dan terstruktur mengemban amanat untuk mengimplementasikan berbagai program bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan bagi setiap siswanya. Implementasi berbagai program tersebut dilakukan untuk membantu seluruh siswa, sehingga mampu mengembangkan dan memberdayakan potensinya secara optimal. Potensi yang dimilikinya diharapkan dapat memiliki kebermanfaatan bagi kehidupan masa depan mereka yang semakin kompleks dan penuh tantangan.
Upaya yang harus dilakukan oleh penentu kebijakan sekolah adalah mengajak para guru agar mau dan mampu melakukan penelitian serta menjadikan hasil penelitiannya sebagai landasan dalam penerapan program. Untuk sampai ke arah tersebut, dalam tataran pembelajaran, yang bisa dilakukan oleh sekolah adalah mendorong setiap guru guna melakukan PTK sebagai upaya perbaikan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. ****DasARSS.