Adhyatnika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
Semakin menarik saat penulis mengikuti kegiatan program calon guru penggerak di 2021 ini. Sejumlah penguatan pemahaman mengenai filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) benar-benar mematik penulis untuk merefleksi diri tentang sejauhmana hal tersebut diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran KHD, maka dapat dipahami bahwa gagasannya tentang pendidikan memunculkan kata kunci, yakni kemerdekaan, kebebasan, dan kemandirian. Dari diksi inilah memunculkan suatu konsep mengenai nasionalisme dan kebudayaan. Hal di dikarenakan beliau sangat memahami bahwa persatuan dan kesatuan akan membawa bangsa Indonesia yang heterogen ini kepada keselarasan dan kedamaian.
Ki Hadjar Dewantara mengusung konsep nasionalisme dan kebudayaan karena tidak ingin kelak generasi bangsa ini lupa akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia yang beradab. Konsep ini sangat penting, selain mengingatkan generasi bangsa akan jati dirinya, juga menunjukkan bahwa nasionalisme dan kebudayaan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipsahkan satu sama lain. Dengan nasionalisme, bangsa ini akan semakin sadar tentang persatuan dan kesatuan di atas segala-galanya. Selain itu, nasionalisme diyakini akan memunculkan semangat saling menghormati, menghargai, dan saling menjaga eksistensi keutuhan negeri ini. Sementara kebudayaan dipercaya sebagai capaian satu bangsa beradab yang akan memunculkan rasa bangga menjadi bagian dari satu bangsa yang besar, Indonesia.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis berusaha menerapkan pengetahuan dan pengalaman belajar dari CGP dengan menampilkan kearifan lokal yang ada di daerah tempat mengajar. salah satunya yang diimplementasikannya adalah dengan mengusung tradisi religius sebagai kekuatan kebudayaan dalam sejumlah kegiatan, seperti pembiasaan membaca asmaul husna dan kitab suci di setiap memulai pembelajaran. Hal ini untuk membangkitkan semangat untuk melestarikan budaya daerah yang bernafaskan agama. Selain itu, di setiap perayaan hari besar keagamaan mendorong peserta didik untuk menampilkan kesenian daerah agar mereka bangga akan kebudayaan yang merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa Indonesia yang majemuk.
Di sisi lain, Penulis dituntut untuk mengubah diri agar bisa beradaptasi dengan kearifan lokal daerah tempat mengajar. Hal ini sangat penting untuk menunjukkan kepada para peserta didik tentang sikap saling menghargai kebudayaan daerah. Sekaligus hal ini sebagai penumbuhan karakter berkebhinekaan global yang menjadi elemen penting dari Profil pelajar Pancasila.
Selanjutnya, kemerdekaan dan kemandirian yang disajikan dalam program CGP menjadi pemantik lainnya agar dalam setiap proses pembelajaran harus selalu bisa memahami tentang beragamnya potensi yang dimiliki peserta didik. Tentu setiap guru telah dibekali pengetahuan tentang kecerdasan majemuk yang menyatakan bahwa masing-masing anak berkembang dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Oleh karena itu, kemerdekaan dan kemadirian bagi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran harus ditempatkan di posisi utama. Sehingga mereka akan menjadi pribadi yang merdeka dalam kreativitas, dan inovasinya, serta mandiri dalam menentukan arah hidup sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Diperlukan sinergitas semua pihak. Fenomena yang terjadi di lapangan tentu tidak selamanya dapat diprediksi. Hal ini dikarenakan belum semua perangkat kebijakan menjangkau dan memenuhi harapan di atas. Namun, penulis selalu yakin bahwa sebuah proses jauh lebih penting daripada hasil. Proses tersebut harus dimulai dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dan tidak menunda-nunda kreativitas yang kan dibangun menuju satu perubahan yang lebih baik.
Akhirnya, sebuah refleksi penting bagi penulis, dengan mempelajari secara mendalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara, maka menjadi semakin sadar bahwa nasionalisme dan kebudayaan merupakan hal terpenting dalam pendidikan. Hal ini menjadi momentum berharga untuk peningkatan kompetensi diri sebagai bagian dari satu bangsa yang selalu bangga dengan jati diri dan bangga akan kekayaan budaya yang dimiliki.***
Dari berbagai sumber
Profil Penulis
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com.,Channel Youtube: Adhyatnika Geusan Ulun, Ig.@adhyatnika geusan ulun.